"Aku tahu, aku pernah melakukan kesalahan-""Bagus kalau kau sadar!" Timpal Zidan dengan cepat."Tapi aku juga manusia biasa, aku bisa khilaf dan bisa berubah 'kan? Tolong beri aku kesempatan," lirih Renata.Zidan tersenyum miring menetap Renata."Awalnya kamu bersama Adam. Setelah Adam pergi kamu bersama ku dan Adam kembali kamu meninggalkan aku, membuang ku begitu saja. Sekarang kamu berkorban untuk Adam juga, menikah dengan ku untuk membuat Adam bahagia bersama dengan Kinanti! Kau pikir pakai otak," Zidan menunjuk kepala Renata, "pernah tidak kau berpikir tentang perasaan ku? Di otak mu hanya Adam! Lalu bagaimana dengan aku?!" Bentak Zidan.Kedua kalinya Zidan membentak Renata, semua benar-benar berbeda setelah banyaknya masalah terjadi. Sampai hari ini pun Renata dan Zidan seakan asing tak mengenali masing-masingnya."Sekarang aku harus apa Zidan, aku juga ingin bahagia seperti impian ku-""Impian mu bukan aku!" Zidan menaikkan nada bicaranya satu oktaf, meluapkan rasa kesal di ha
Akhirnya kini Serena sudah benar-benar menjadi pengasuh Fikri, hari pertama bekerja harus bersemangat apa lagi dengan gaji yang lumayan besar.Cukup besar.Sangat besar.Belanja tas, baju, sepatu, yang jelas berpoya-poya. Lupakan tentang Bayu seorang pria yang sangat di bencinya itu sejenak."Fikri mau main apa sama Tante Serena, eh...... Manggilnya Seca aja deh," kata Serena berbicara pada Fikri yang duduk di pangkuan.Bermain di ruang keluarga, duduk lesehan di atas karpet berbulu tebal agar Fikri leluasa untuk bergerak tanpa takut terluka dan berbagai hal."Apaan Seca?" Tanya Kinanti penasaran."Serena Cantik.""Lebih bagus Seba kali Ren!" Serena menatap Kinanti dengan otaknya yang mulai berpikir keras."Apaan tuh?" "Serena Bayu!""Brengsek!" Kinanti benar-benar membuatnya kesal bukan main."Ahahahhaha..........." Kinanti tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal Serena."Lanjutin aja asal kamu bahagia!""Bahagia banget!"Serena memilih bermain bersama dengan Fikri dari pada me
"Huuueekkk........ Hueekkkk........" Adam muntah-muntah merasa merasa jijik pada banci tersebut.Belum lagi sentuhan tangan pada lengannya membuat Adam jijik pada dirinya sendiri."Mas, mau pulang atau mau ikut Kinan belanja?" Adam menatap Kinanti dengan kesal, banyak sekali pria yang menatap istrinya. "Itu sayurnya segar sekali," Kinanti melihat banyak sayuran dan mulai memilihnya, "Harganya berapa Bu?""Wah, Masnya tampan sekali. Gratis Mbak ambil aja!" Penjual tersebut terus menatap Adam tanpa jeda."Kalau begini caranya Kinan tidak harus keluar uang setiap berbelanja, lagian juga Mas nggak ngasih uang sih," gerutu Kinanti.Segera Adam mengambil dompetnya, memberikan semua uang si dompetnya pada Kinanti."Dari tadi kek," Kinanti tersenyum bahagia, wanita mana yang di beri uang oleh suaminya tak bahagia.Ada?Kalau yang bilang bahagia juga munafik!"Mbak nggak usah pakai uang, ambil aja gratis. Saya cuman mau peluk Masnya!"Dengan bobot besarnya wanita tersebut meloncati sayuranny
Setelah siang berlalu maka malam pun menjelma.Artinya ini adalah waktunya untuk beristirahat, begitu juga dengan Serena.Dirinya tak di ijinkan menginap di kediaman Kinanti, setelah kejadian warga memergokinya bersama Bayu beberapa hari yang lalu.Sumpah serapah terus keluar dari mulut Serena, kebebasan yang hakiki kini tinggal kenangan. Mala benar-benar bersikap keras padanya tanpa ampun.Sialnya lagi sepeda motornya mogok, padahal waktu tempuh menuju rumah masih memerlukan waktu sekitar 30 Menit."Sejak bertemu dia aku memang selalu sial," berulang kali Serena menendang ban sepeda motor matic nya.Jika saja menginap di rumah Kinanti, saat ini dirinya sudah bobo cantik ala-ala putri Cinderella.Lupakan soal bobo cantik, kini matanya kembali menatap motor matic nya dan harus berpikir siapa akanmenolongnya.Awalnya memilih menggunakan sepeda motor dari pada mobil, alasan utama adalah macetnya Jakarta.Tapi, siapa sangka ternyata ada cara sama membuatnya kesal bukan kepalang."Bukannya
Baru saja Bayu keluar dari kamar mandi, handuk masih melingkar di pinggang nya. Tapi, matanya sudah melihat pemandangan yang begitu indah.Berulangkali tangannya mengucek matanya, ini begitu nyata dan masih betah berlama-lama untuk memandang Serena di hadapannya.Sial.Dari ujung kaki naik ke atas, hingga dada yang setengah menyembul keluar membuat jantung Bayu berdegup kencang.Jangan lupa dengan lingerie berwarna hitam yang melekat di tubuh Serena. Tubuh sexy itu seakan menggoda dirinya untuk segera menyentuhnya.Oh ini sangat menyiksa. Ada yang meronta-ronta ingin di bebaskan, handuk yang melilit di pinggangnya pun tak mampu menegakkan tiang yang mulai mengeras."Aku udah nungguin kamu dari tadi," bisik Serena di telinga Bayu dengan merdunya.Ah. Sejenak Bayu memejamkan matanya meresapi bertapa nikmatnya sentuhan tangan Serena pada dadanya langsung tanpa mengenakan sehelai benang pun.Bayu pun kembali membuka matanya, menatap Serena yang kini melingkarkan tangannya pada tengkuknya
"Bayu, berhenti!" Teriak Serena.Dengan mendadak Bayu pun menghentikan laju sepeda motornya, kesal sekali pada Serena yang tak bisa berbicara layaknya manusia.Belum lagi dirinya sedang memikirkan mimpi gilanya malam tadi, lengkap sudah kekesalannya pada pagi ini.Calon istri dadakannya itu memang sedikit tidak waras. Tapi, tak lupa untuk membuatnya juga ikut tidak waras bersama."Kau itu, kalau mau minta berhenti bisa pelan-pelan tidak? Aku tidak mengerti bagaimana jika kita menikah nanti. Mungkin banyak piring terbang yang akan melayang," gerutu Bayu kesal.Serena mengibaskan tangannya tak perduli pada Bayu, dirinya perlahan turun dari sepeda motor Bayu dan terus menatap ke arah depan.Begitu pun dengan Bayu yang penasaran apa penyebab Serena minta berhenti mendadak.Di sebrang sana Zidan sedang bersama dengan Zoya, keduanya berjalan menuju mobil dengan berpegangan tangan."Apa dia lupa punya istri?" Lupakan Bayu, Serena segera mengambil ponselnya dan mengambil gambar. Setelah itu
Dua jam kemudian Renata memasuki dapur, ternyata Mala masih berkutat dengan alat-alat memasak."Mama masak apa?" Berkat kemampuannya dalam hal make-up wajahnya yang pucat terlihat masih segar.Mala pun tak tega untuk memarahi Renata seperti biasanya, kini dirinya hanya tersenyum."Renata bantu ngapain Ma?""Kamu potong-potong sayuran ini, kita masak sama-sama dan setelah itu kamu antara makanan untuk Zidan."Renata meneguk saliva mendengar nama Zidan, tapi lagi-lagi dirinya harus mengangguk setuju.Flashback on.Saat semalam ponsel Renata berdering, tertulis nama Raya pada layar ponselnya, segera Renata menjawabnya dan ternyata dirinya di ajak dugem.Renata menolak, dengan alasan tidak enak badan. Saat pembicaraan berlangsung Zidan pun masuk ke dalam kamar, dan mendengar pembicaraan.Setelah panggilan terputus, Renata baru menyadari bahwa dirinya tak lagi sendiri di dalam kamar. Melainkan aa Zidan juga ternyata, entah sejak kapan."Pergi saja, dari rumah ini kau tak berguna!" Papar
"Mungkin Renata memang pantas untuk di hukum Ma, Renata memang wanita jahat. Padahal dulu Zidan baik banget. Kami bersahabat lama, saat Adam dan Zidan kuliah kedokteran dan Renata di fakultas hukum kami tetap bersahabat. Sayangnya semua harus hancur, dan itu karena, Renata.""Yang sudah berlalu biar berlalu pergi, tidak usah di ingat lagi. Kalau kamu mati sekalipun tidak mungkin bisa berubah keadaan, kedepannya Mama harap kamu bisa lebih baik. Ya, Mama yakin sebenarnya kamu punya hati baik dan tulus," Mala bisa melihat raut wajah penyesalan di wajah Renata, semua manusia pernah melakukan kesalahan. Bukan tidak mungkin untuk berusaha memperbaiki diri."Sekali lagi makasih ya, Ma, Renata mohon jangan sampai Mama Renata tahu, soalnya Mama udah berfikir Renata bahagia sekarang."Mala kembali memeluk Renata dengan eratnya, mengusap punggung itu dengan penuh kehangatan.Sesaat kemudian Mala pun menjauh dan mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.Mala mengirimkan pesan pada Serena u