Bab 475. Intuisi atau Halusinasi

“Bodok!”

“Kamu tidak percaya?”

“Tidak,” jawabku cepat menolak pembelaan yang dilontarkan Mas Suma.

Di kepalaku masih lekat bayangan laki-laki norak itu. Dengan kancing kemeja bagian atas terbuka, dia bergoyang sambil mengangkat tangannya yang berisi lembaran uang. Saking semangatnya, perut buncit berwarna kontras dengan kemejanya menyembul. Bahkan tangan-tangan lentik itu mengusap dan seakan bersorak saat lembaran uang itu berpindah tangan.

“Ran. Aku itu buka kancing kemeja saat di mobil. Itu pun karena gerah.” Mas Suma bersikukuh sambil mendekatkan diri kepadaku yang duduk di tepi ranjang. Aku melemparkan pandangan pecuh kecurigaan, kemudian melengos.

“Huh! Alasan! Mana ada di mobil terasa gerah. AC nya kan super dingin. Tidak masuk di otak,” ucapku sambil beringsut menjauh. Rasa kantukku sakarang hilang seketika. Padahal jarum jam sudah menunjuk angka satu.

Mas Suma beranjak berdiri. Sudut mataku menangkap dia yang menatapku lekat.

“Memang kamu tahu dari mana? Kan kamu tidak ikut? B
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo