Bab 463.  Sama-Sama Lega

Uang memang adalah standar pengukur nilai yang sah. Akan tetapi, apakah nilai seseorang berdasarkan uang? Termasuk aku di mata Papa Bram.

Aku sebenarnya penasaran. Bagaimana Papa Bram menilaiku seandainya menolak permintaannya meminjamkan uang. Apakah dia masih membanggakan aku? Atau, justru mengutukku sebagai anak yang tidak tahu diri?

Biarlah. Itu sekadar uang yang bisa dicari. Yang terpenting, aku masih dibanggakan oleh Papa Bram. Tidak peduli karena apa alasannya, lebih baik aku menutup mata.

“Wisnu! Sini!” Suara Papi Kusuma, memaksaku untuk mendongak. Papi melambaikan tangan, memintaku untuk segera menghampirinya di roof top. Gegas, aku menapaki tangga dengan setengah berlari.

“Kamu dari mana? Mama dan Amelia mencari kamu sedari tadi,” tanya Papi Suma kemudian terdiam dan memberi tatapan menyelidik kepadaku.

“Katanya Mama kamu pergi ke toko buku? Kok tidak ada belanjaannya?”

Duh! Seketika aku ingat apa yang aku jadikan alasan menutupi kepergianku ke bank. Tadi antriannya panjang,
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo