Bab 468. Ngapel Diantar Papi
“Jatuh cinta oh sejuta rasanya. Oh dia bisa membuatku menggila. Bertemu denganmu membuatku bahagia. Walau aku tak tahu harus bagaimana.”

Nyanyian yang diperdengarkan selama perjalanan oleh Papi Kusuma. Sesekali meledekku dengan sindiran syair tentang jatuh cinta. Entah lagu zaman kapan itu.

“Eh, ini lagunya terkenal. Eyang sering bernyanyi dulu, saat ada ada pesta.”

“Gitu, ya, Pi. Wisnu dengar lagu ini. Malah belum pernah,” ucapku sambil ikutan bersenandung. Lagu yang baru aku dengar, langsung bisa lekat di kepala. Pantas saja terkenal, gampang diingat dan bahasanya pun sederhana tetapi mengena.

“Tapi keren, kan?”

“Iya, Pi!” sahutku sambil menunjukkan jempol tangan.

Kami keluar jalan tol dan mulai masuk ke jalan umum. Kecepatan diturunkan seperti mobil-mobil di sekitarnya. Pemandangan pun terganti dengan kehidupan yang sebenarnya. Kegiatan yang dinamis memanjakan mata, dibanding yang tertangkap di jalan bebas hambatan tadi.

“Menulis lagu itu menyampaikan sesuatu ke khalayak. Buk
Astika Buana

Maaf. Sengaja post nya setelah waktu buka puasa. He-he-he. . Selamat membaca Wisnu yang sedang ngapel.

| 1
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo