Bab 245. Rasa yang Salah

Kami mengendari mobil yang sudah disiapkan Wisnu. Ini kali pertama aku satu mobil bersama Mas Bram setelah perceraian. Seperti dulu, dia membukakan pintu untukku. Kebiasaannya tidak berubah, bahkan tangannya sempat terulur untuk melindungi kepalaku dari kemungkinan terantuk.

“Terima kasih.” Aku mengucapkan dan segera mengalihkan pandangan ke arah lain, menghindari senyuman dan tatapan lekat darinya.

Untungnya jarak hotel ke kampus hanya dekat. Aku tidak perlu mencari bahan pembicaraan untuk mengurangi rasa canggung ini. Begitu juga, kemacetan yang menyita konsentrasi mantan suamiku ini. Dia memusatkan mencari jalan yang lapang, dan mencari tempat parkir.

“Untungnya kita alumni kampus ini. Jadi tahu jalan dan tempat tersembunyi seperti ini,” seru Mas Bram setelah menarik tuas hand rem. Terpaksa kami parkir di sebelah gedung perpustakaan pusat.

Aku hanya tersenyum dan tidak menimpali ucapannya. Menghindari dia membahas gedung perpustakaan yang menjadi saksi kisah cinta kami. Di sanalah
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo