Bab 250. Barang Bekas

Ada aura kecemburuan yang menguar dari sikap dan ucapannya. Aku tidak boleh terikut dengan apa yang ditunjukkan.

Kutunjukan senyuman, kemudian menutup bacaan yang belum terselesaikan. Sejujurnya aku malas berjumpa apalagi bicara dengannya, apalagi dengan keadaan seperti sekarang.

“Kamu bicara apa?” tanyaku berusaha bersikap tenang.

“Saya pikir, ucapanku begitu jelas untuk wanita yang pintar sepertimu. Aku tahu, cinta pertama memang sulit untuk dilupakan.” Kali ini dia berkata sambil tertawa sinis.

“Duduk dulu Wulan. Mau minum apa?”

Kalau mengikuti kata hati, wanita di depanku ini pasti habis aku lumat. Semenjak perselingkuhan Mas Bram dengannya aku dapati, tidak pernah sekalipun aku mengumpat atau bersikap kasar kepadanya. Bahkan, mereka sempat aku undang ke rumah saat Wisnu ulang tahun.

Bagiku, perselingkuhan menandakan cinta dan janji Mas Bram sudah tidak murni lagi, dan itu aku tidak mau.

“Saya ke sini untuk mencari Mas Bram. Suami saya,” ucapnya dengan penekanan di kata terakhir.
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo