"Kandungan istri Anda sangat lemah Dokter Adam, tipis sekali kemungkinannya janin itu bisa bertahan. Apa lagi emosinya yang tidak stabil, stress berat," jelas Dokter yang baru saja memeriksa keadaan Renata.Adam hanya bisa diam sambil menatap wajah Renata yang masih belum sadarkan diri, terbaring di atas brankar rumah sakit.Entah siapa yang membawanya ke rumah sakit, tetapi, Adam tentu sangat berterima kasih pada seseorang tersebut."Saya permisi dulu Dok."Adam mengangguk dan kembali menatap Renata.Mungkin mulai saat ini Adam tak akan pernah lagi mengingat Kinanti, Adam hanya akan fokus pada Renata.Sejenak Adam meyakinkan dirinya bahwa tidak pernah mencintai Kinanti, dan berjanji akan memberikan segala perhatian hanya pada Renata."Adam, aku di mana?" Renata sadarkan diri dan menatap sekitarnya."Kamu di rumah sakit."Adam mendekati Renata dan memeluk Renata dengan erat."Kamu jangan stress lagi, aku janji akan selalu ada buat kamu, asal kamu janji juga terus menjaga anak kita den
Adam kehilangan semangat hidupnya, hatinya benar-benar yakin sudah mencintai Kinanti. Tidak ada lagi cinta untuk Renata, Adam mengakui itu.Ada rasa kecewa begitu dalam. Bahkan, hati bertanya-tanya; Mengapa di saat seorang malaikat hadir di rahim istri malah cinta itu hilang?Bukankah kehamilan Renata adalah sumber kebahagiaan nya?Ya. Tetapi, itu dulu.Dulu, jauh sebelum Kinanti hadir dan memperkenalkan apa itu cinta yang sesungguhnya.Karma seakan datang begitu cepat, dalam hitungan hari saja setelah Kinanti keluar dari hidupnya. Rasa kehilangan itu muncul, sayang semua sudah terlambat.Dulu menghina, mencaci, memaki bahkan, sempat meragukan anaknya sendiri. Kini semua benar-benar berbeda, ada yang hilang bersama dengan perpisahan di hari itu.Lantas mengapa bayangan wajah Kinanti tak ikut menghilang juga.Cinta Adam terlalu menyiksa diri, entah sampai kapan bisa bertahan dalam rindu yang tak kunjung tersampaikan.Menatap dari kejauhan tanpa bisa menyentuh, merangkul dalam mimpi, s
Tanpa sengaja mata Adam melihat Renata yang berdiri di pintu masuk, seketika itu Renata pun melangkah masuk dan duduk di samping Adam."Kenapa menyusul?""Aku lapar, kamu aku tungguin nggak muncul-muncul. Kita makan di sini aja, aku udah lapar banget "Adam mengangguk menyetujui usul Renata, sesaat kemudian makanan yang di pesan olah Adam tiba dan mulai menikmati makan siangnya.Sesekali mata Adam mencuri pandang ke arah Kinanti, sekalipun wanita itu benar-benar tidak menyadari bahwa tengah menjadi pusat perhatian Adam.Renata ter-batuk-batuk hingga Adam mulai beralih menatapnya, memberikan mineral hingga membuat tenggorakan lebih baik.Itu bukan karena, tersedak biasa. Melainkan dengan sengaja agar Adam tidak lagi memperhatikan Kinanti.Sedih rasanya hanya di anggap sebuah pigura, ada di dekat Adam tetapi, tak di anggap ada sama sekali.Sesaat kemudian Kinanti bersama Ilham selesai makan siang, keduanya keluar dari restoran kembali menuju rumah sakit karena, jam istirahat sudah habis.
Hati Renata begitu sakit melihat Adam yang sudah tak lagi mencintainya, masa lalu yang kelam ternyata mampu menghancurkan masa depan yang sudah di bayangkan bersama Adam.Hukuman ini begitu menyakitkan hingga menyayat hati begitu perih, matanya terus menitihkan air mata sambil menatap Zidan, Kinanti dan Adam yang tengah terlibat ketegangan di dalam sana.Renata kini tersadar setelah mendengar pengakuan Zidan, ternyata kebenaran nya adalah bukan Kinanti yang menjebak Adam. Melainkan Zidan dengan alasan sakit hati.Tak ada kata yang mampu menguatkan hati, Renata hanya menangis meninggalkan ruangan Zidan. Melangkah tanpa arah pasti membawa hukuman yang kini terasa sangat menyakitkan.Hingga tersadar sudah cukup jauh berjalan, kakinya mulai terasa sakit dan ia duduk di atas trotoar jalanan.Suara tangisan masih terdengar dari bibirnya, sisa-sisa rasa penyesalan di bawanya pergi.Sedangkan Sarah yang berada di dalam mobil, tanpa sengaja melihat Renata."Pak, mundur. Ada menantu saya," kat
Suara ketukan palu terdengar, dengan arti bahwa Adam dan Renata sudah resmi bercerai.Keduanya duduk saling bersebelahan, sama-sama mendengarkan keputusan cerai yang sudah dikabulkan oleh majelis hakim.Adam bangun dari duduknya begitu juga dengan Renata, sejenak keduanya hening dengan rasa canggung.Sejenak saja keduanya kembali menjadi asing, padahal selama proses perceraian berlangsung keduanya masih tinggal satu atap. Bahkan tidur dengan panjang yang sama.Renata ingin menikmati hari-hari terakhir menjadi istri Adam, setiap malam memeluk Adam tanpa melepas hingga pagi menjelang.Akhirnya hari ini tiba, di mana dirinya hanyalah seorang Mantang, tak memiliki hak apa-apa atas Adam lagi.Hingga akhirnya Adam memeluk Renata tanpa meminta izin kepada Renata terlebih dahulu, keduanya sudah sah bercerai. Semua kini sudah berakhir. Rumah tangga yang di jalani selama satu Tahun lebih harus berakhir dengan perceraian."Aku, minta maaf jika, selama ini tidak bisa menjadi suami yang baik untu
Tubuhnya tinggi, tegap, hidung mancung, dengan jambang tipis yang terkesan Arrogant. Dengan cepat berita perceraian Adam dan Renata tersebar, hingga kini dirinya sudah mendapatkan gelar duda tampan yang banyak digilai oleh Dokter maupun perawat yang bekerja di rumah sakit, bahkan orang wanita di luar sana.Jika Adam merasa iba atas keadaan dirinya kini, maka lain halnya dengan para wanita di luar sana yang merasa senang dengan perceraian Adam.Artinya dengan begitu mereka memiliki kesempatan untuk bisa menjadi istri pemilik rumah sakit Pelita Bunda tersebut.Seorang dokter, mapan, tampan, tak sulit membuat Adam mendapatkan pengganti Renata. Akan tetapi, Adam pun tidak semudah itu untuk jatuh hati lagi.Dalam hatinya kini hanya ada seorang perawat cantik, Kinanti Anastasia sekaligus mantan istrinya sendiri.Bayangan wajah Kinanti seperti racun ampuh yang memabukkan, hingga membuat mabuk kebayang.Pagi ini pun saat masuk ke UGD matanya melihat Kinanti yang tengah bercerita dengan teman
Adam hanya diam menatap Zidan, ingin mengambil Fikri pun yang ada hanya membuat dirinya malu.Sebab, Fikri masih belum terbiasa dengan dirinya, baiklah. Mulai hari ini Adam akan merebut kembali anaknya, bukankah lebih berhak dari pada Zidan ataupun yang lainnya.Tetapi, mengapa malah kini dirinya begitu asing bagi anaknya sendiri.Karma memang di bayar nyata, Adam hanya bisa berdoa semoga tidak selamanya Fikri menganggap dirinya orang asing."Kinan, boleh Mas bicara?" Tanya Adam menatap wajah Kinanti penuh harap.Mas?Kinanti ingin sekali mengambil air panas dan menyiramkan tepat di bibir Adam.Bibir sialan itu yang dulu selalu memaki dirinya, menjatuhkan talak, bahkan memberikan peringatan untuk tidak jatuh hati pada seorang Adam.Hari ini Adam datang dengan senyum manisnya seakan ingin lebih dekat, maaf. Kinanti tidak akan mudah luluh.Sudah pernah berjuang, di sia-siakan. Setelah di lepas jangan lagi mengharapkan kembali!.Kinanti tidak akan sudi jatuh untuk kedua kalinya dalam lu
Semakin hari Adam semakin tidak karuan, bukan karena, perceraian dengan Renata. Melainkan karena, wajah Kinanti terus saja menghantuinya.Tak mengerti mengapa bisa begitu menderita, sejak berpisah dari Kinanti.Tak pernah terpikirkan bahwa kehilangan Kinanti adalah suatu penderitaan yang berujung menjadi racun dalam hidupnya.Hari-hari Adam penuh dengan kerinduan yang begitu dalam, sayangnya Kinanti sepertinya membuat dinding pembatas diantara mereka.Mungkin itu karena, kesalahan Adam sendiri. Adam yang dulu menciptakan dinding itu. Tetapi, kini dirinya yang tersiksa dengan harapan hampa untuk memiliki Kinanti.Adam memang di ijinkan untuk bertemu dengan Fikri. Akan tetapi, tidak untuk berjumpa dengan Kinanti.Hari ini saja Adam hanya bertemu dengan Fikri, membawa banyak mainan dan juga makanan. Tetapi lagi-lagi Serena lah di minta untuk mengantarkan Fikri padanya.Entah kapan bisa menemuinya, duduk bersama sekali pun hanya beberapa menit saja. Adam merindukan saat-saat memandang wa