Inicio / Romansa / Istri Gelap Tuan Arrogant / Capítulo 81 - Capítulo 90
Todos los capítulos de Istri Gelap Tuan Arrogant: Capítulo 81 - Capítulo 90
674 chapters
Bab 83
Kinanti menikmati sarapan paginya dengan bahagia, rasanya puas melihat Adam tersiksa.Kinanti bukan wanita jahat, tapi Adam mengajarkan dirinya melakukan ini. Mengubah dirinya menjadi wanita keras dan pembangkang, kapan akan bahagia bisa terus disiksa lahir batin.Tidak.Kali ini tak lagi sama, cinta tak mampu melumpuhkan ego. Begitu pun dengan luka, tertutup kabut kebencian, hanya seorang wanita lemah pejuang kebahagiaan.Manusia dengan punya batas kesabaran, kali ini pun sama kesabaran itu sudah sampai pada batas, hingga kedepannya tak lagi ingin terperangkap akan cinta yang semu tak pernah di balas Adam padanya.Padahal selama ini hanya menurut, tanpa menuntut. Tak satu kali pun di pandang, di tatap dengan sepenuh hati lalu, bertanya akan perasaan wanita rapuh seperti dirinya."Kamu sarapan apa?"Suara Adam membuat selera makanya rusak, seketika berdiri dan meninggalkan makannya yang belum habis.Adam menatap punggung Kinanti yang semakin menjauh.Adam mendesus sambil tertunduk le
Leer más
Bab 84
Kinanti tersenyum miring menatap wajah Adam dari kejauhan, sebenarnya ini bukanlah dirinya tapi Serena mengajarkan dirinya akan kecurangan demi membalaskan sakit hati. Sakit hati seiring dengan kehancuran yang di lakukan Adam.Wajah Adam terlihat gusar, shock, kebingungan mendengar kata-kata nya barusan. Itulah yang memang di harapkan, biarkan Adam bingung dalam pikirannya.Hingga membuat batin tersiksa, ini hanya sebuah cara untuk bisa membuat Adam tahu bahwa ada wanita lain yang terluka selain dari Renata istri tercintanya.Kinanti segera menuju taman belakang melihat bunga-bunga indah kesayangannya yang tengah bermekaran, selama ini menyiram bunga sudah menjadi salah satu kebahagiaan untuk nya."Selamat pagi," Kinanti menyapa bunganya dan segera menyiraminya."Udah sarapan?" Tanya Serena.Kinanti tersadar kedatangan Serena."Udah, tapi terganggu karena, suami tak jelas ku itu," jawab Kinanti dengan malas."Em," Serena mengangguk kemudian berbisik pada Kinanti, "biarkan dia yakin u
Leer más
Bab 85
"Kinanti," desah Adam saat Kinanti mulai memasukan milik Adam pada mulutnya.Ini menjijikan bagai seorang jalang tak berharga diri, tapi sudah terlanjur tidak mungkin lagi mundur."Sial!"Adam pun membalikkan posisi menjadi Kinanti yang berada di bawahnya, dan mulai melakukan penyatuan."Ah.....Mas," desah Kinanti merintih dengan nikmat dan berteriak.Adam semakin bersemangat untuk melakukan nya.Semakin Kinanti berteriak menggema maka semakin membuatnya bahagia dan terperangkap jauh dalam gejolak panasnya berada dalam diri Kinanti.Kenapa bisa Kinanti begini, bermain sesukanya tanpa ada rasa malu seperti biasanya tapi biarlah.Biarkan semua begitu jika ini bisa membuat bahagia dan Adam memilih untuk tetap menikmati.Setelah sampai pada puncaknya keduanya terkapar, Adam bahkan tertidur lelap di samping Kinanti.Kinanti segera bangun sekalipun tubuhnya terasa remuk, tapi tetap menuju kamar mandi sambil memijat dahinya yang terasa pusing.Segera mengguyur tubuhnya, bayangan wajah Renata
Leer más
Bab 86
Sepanjang perjalanan menuju rumah Adam terus saja di buat stress memikirkan setiap perubahan sikap Kinanti, tak ada lagi kelembutan seperti sebelumnya.Hanya ada Kinanti keras kepala, egois dan sulit di tebak. Hati wanita itu terlalu hancur terlalu sakit karena, luka yang di torehkan Adam begitu dalam.Berdamai pun dengan keadaan terlalu menyakitkan, menjadikan kenangan juga terlalu menyulitkan.Tapi apa mungkin bisa bahagia dalam dua perahu satu pendayung, satu payung dua pemilik.Mustahil!_________________________Adam langsung memarkirkan mobilnya segera turun dan langsung menuju kamar, waktu masih terlalu siang tapi ia memilih untuk segera menuju kamar.Tapi ternyata pintu kamar terkunci dari dalam sana.Tok tok tok.Adam tak membawa kunci kamarnya, lagi pula tidak biasanya Renata mengunci pintu kecuali sedang berdua di dalam sana.Tok tok tok.Tak ada suara jawaban ataupun di buka sampai saat ini pun pintu kamar masih terkunci dengan rapat."Renata!!!" Adam menaikan nada suara
Leer más
Bab 87
"Aku nggak akan bisa tenang sampai kamu menceraikan Kinanti, kapan kamu akan menceraikan dia! Atau kamu tidak berniat mencerahkan nya?! Aku nggak mau! Aku nggak mau punya suami dengan dua istri aku nggak mau!!!" Seru Renata histeris."Renata kamu tenang dulu.""Biar saja aku mati kalau kamu lebih memilih dia, aku lebih memilih mati bersama dengan anak ku!""Renata kamu bicara apa?"Sarah pun mengerti dengan perasaan menantunya tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur tak akan mungkin kembali menjadi beras.Semua tak bisa di ubah lagi, keadaan ini bukan hanya membuat Renata yang terluka tapi semua anggota keluarga termasuk juga dirinya.Sarah juga terluka sekalipun hanya seorang mertua, ia ikut merasakan penderitaan dua wanita yang kini terjebak dalam rumah tangga penuh duri.Siapa yang salah.Adam?Renata?Kinanti?Tidak ada.Tidak ada yang salah dari ketinggiannya, semua terjadi begitu saja.Semua terjadi karena, memiliki alasan tanpa tau arah.Sarah tak berpihak pada Adam, tidak
Leer más
Bab 88
Selama beberapa hari di rumah sakit Adam terus menemani Renata, hingga hari ini Renata di bawa pulang ke rumah.Waktu Adam hanya untuk Renata, bahkan untuk menghubungi Kinanti saja tidak bisa sebab, Renata terus berada bersamanya selama 24 jam penuh.Jika tidak maka Renata meminta ponsel Adam untuk di pegang nya.Adam tak mempermasalahkan nya mengingat kondisi Renata yang memang harus di perhatikan."Adam, aku mau peluk dan kita fhoto." "Buat apa?""Kamu nggak mau?" Adam memeluk Renata sesuai dengan arahan Renata berfoto bersama dengan mesra.Setelah itu tanpa sepengetahuan Adam ia memasang di stori hingga Kinanti melihatnya."Sssstttt....." perut Kinanti sudah berhari-hari terasa tidak nyaman tapi, memilih untuk tetap berada di rumah.Sudah satu Minggu ini Adam tak pernah melihatnya, sekalipun hanya menghubungi pun tak pernah, ada rasa kesal dan juga marah tapi, apa daya dirinya bukan siapa-siapa sehingga kini Kinanti sadar ia tak ada apa-apa bila dibandingkan dengan Renata.Lihat
Leer más
Bab 89
Renata terkapar di atas ranjang setelah mendapatkan kepuasan, bahkan untuk membuka matanya saja sudah tak lagi sanggup.Adam langsung turun, segera mandi, sudah menjadi kebiasaannya setelah bercinta sekalipun sudah malam seperti sekarang ini.Selesai dengan ritual mandi ia segera memakai pakaian dan naik kembali ke atas ranjang namun, terdengar suara ponselnya bergetar lagi.Awalnya Adam merasa tak tertarik, sudah lelah dan ingin beristirahat tapi rasa penasaran muncul saat ponselnya terus saja berdering tanpa henti.Segera mengambil ponselnya dan menjawab nya."Halo," jawab Adam."Dokter Adam, saya Serena, tiga puluh menit yang lalu Kinanti tidak sadarkan diri dia pendarahan Dok dan sekarang sudah berada di rumah sakit, Dokter Zidan menyarankan untuk mengangkat janinnya segera dan membutuhkan persetujuan suami atau keluarganya," jelas Serena dari sebrang sana tanpa basa basi.Sudah berulangkali kali Serena mencoba untuk menghubungi Adam, tapi berulangkali pula di tolak dan kali ini m
Leer más
Bab 90
Keesokan harinya Kinanti mulai sadarkan diri, matanya perlahan terbuka dan tersadar kini berada di rumah sakit.Hatinya begitu was-was takut akan kemungkinan terburuk mengenai anaknya.Dengan gerakan cepat memegang perutnya, memastikan bahwa janinnya masih berada di dalam sana.Tapi tunggu, Kinanti merasa perutnya mengempis artinya sudah tidak ada janin di dalamnya.Pikiran buruk mulai menghantui seketika itu juga.Kinanti menangis tersedu-sedu merasa bersalah karena, sudah gagal menjaga janin tak bersalah tersebut. Padahal hanya janin itu alasannya untuk tetap bertahan hidup.Alasan untuk tetap berpijak di bumi yang kejam ini, berharap bisa bahagia hidup berdua saja.Kinanti tak kuasa menahan kesedihannya.Adam tersadar dari lamunannya, segera ia bangun dari sofa sebelumnya menjadi tempat duduk nya dan berjalan mendekati brankar tempat di mana Kinanti berbaring."Syukurlah kamu sudah sadar," Adam benar-benar merasa lega setelah melihat mata Kinanti terbuka.Sejak operasi di lakukan
Leer más
Bab 91
Hari ini Kinanti sudah di perbolehkan untuk melihat keadaan bayinya karena, keadaannya yang mulai membaik sekalipun masih membutuhkan perawatan khusus.Adam dengan senang hati mendorong kursi roda Kinanti menuju ruang rawat bayi mereka.Mata Kinanti berkaca-kaca melihat anaknya di dalam inkubator."Siapa nama yang di berikan Papa Agatha Mas?""Fikri Agatha Sanjaya.""Fikri," Kinanti tersenyum memanggil nama anaknya, tak menyangka bahwa kini sudah menjadi seorang Ibu.Air mata haru menetes dari pelupuk mata indahnya, tak pernah terbayangkan akan melahirkan seorang bayi dengan keadaan yang sangat memprihatikan.Bayi malang yang sudah ikut dalam penderitaan belum sampai di lahirkan pun ke dunia, banyak perjuangan yang di lalu.Air mata yang terbuang dengan sia-sia tanpa bisa di tahan, Kinanti berharap bisa membahagiakan anaknya tak ingin terus menderita."Sampai kapan dia terus berada di sini Mas?""Sampai dokter yang menanganinya mengatakan sudah siap untuk di bawa pulang.""Aku pun tid
Leer más
Bab 92
Sudah satu Minggu berlalu Renata merasa dirinya di acuhkan dan tidak mendapatkan perhatian sama sekali.Hingga hari ini memutuskan untuk datang ke rumah sakit meminta Adam untuk memiliki sedikit waktu untuk dirinya.Tapi sampai di sana justru emosinya mendidih melihat Adam yang tengah menyuapi Kinanti, segera masuk tanpa permisi hingga Kinanti dan Adam beralih menatap Renata yang tiba-tiba sudah muncul."Adam, kamu pulang sekarang!"Renata mengambil piring dari tangan Adam lalu, memberikannya pada Kinanti."Nggak usah manja, kamu bisa makan sendiri. Ingat anak mu sudah lahir artinya, sudah tidak ada alasan untuk tetap bersama Adam!"Renata menarik Adam untuk ikut bersamanya, membawa pergi dan tak lagi terus bersama dengan Kinanti.Sampai di parkiran rumah sakit, Adam masih mengikuti Renata menimbang banyak orang yang berada di sekitarnya.Kemudian ia masuk ke dalam mobil pun hanya menurut saja, hingga keduanya duduk di dalam mobil."Adam, kamu bilang akan menceraikan dia! Mana? Yang a
Leer más