Início / Romansa / Istri Gelap Tuan Arrogant / Capítulo 91 - Capítulo 100
Todos os capítulos do Istri Gelap Tuan Arrogant: Capítulo 91 - Capítulo 100
674 chapters
Bab 93
Satu Minggu berlalu Kinanti pun sudah kembali ke rumah bersama dengan anaknya yang bernama Fikri.Sekalipun bayi itu terlahir prematur, dengan berat badan di bawah rata-rata tapi Kinanti terlihat begitu telaten dalam mengurusnya. Tak sulit bagi Kinanti merawat bayinya yang berusia 3 Minggu tersebut, apa lagi ia adalah seorang perawat membuatnya cukup memiliki potensi dalam mengurus bayi.Selesai dengan mengurus bayinya berlanjut membersihkan diri, belum sempat memakai pakaian Fikri sudah menangis.Sebagai seorang Ibu Kinanti akan mengutamakan anaknya terlebih dahulu, dengan senyuman bahagia segera berjalan menuju ranjang sekalipun masih memakai balutan handuk pada tubuhnya.Perlahan Kinanti mengambil Fikri kemudian memberikan asi hingga bayi mungil itu berhenti menangis, menyusui dengan lahapnya.Sesaat kemudian pintu terbuka, Adam masuk dengan jas putri di tangannya berjalan mendekati Kinanti yang tengah menyusui Fikri."Anak Ayah," Adam langsung berjongkok dan mencolek pipi Fikri d
Ler mais
Bab 94
Berhari-hari Adam tak pulang ke rumah, saat ini Renata hanya mondar-mandir di dalam kamarnya menantikan kepulangan Adam yang entah kapan akan pulang ke rumah.Cukup sudah Renata bersabar hingga tiba-tiba pintu kamarnya terbuka terlihat Adam masuk."Sudah cukup aku bersabar Adam, janji mu menceraikan Kinanti sampai detik ini pun belum juga terjadi. Anak itu sudah lahir dan apa lagi? Sebentar lagi masa nifasnya juga akan berakhir!!!"Baru saja Adam sampai di rumah tapi Renata sudah menyambutnya dengan pertengkaran."Kapan Adam? Kapan kamu akan membuktikan janji mu?"Adam melempar tubuhnya ke atas ranjang, berbaring di sana mungkin bisa membuat perasaan menjadi lebih baik."Adam, jawab aku. Sampai saat ini justru kamu bukan menceraikan dia, yang ada kamu malah jarang pulang! Bagaimana dengan aku?""Aku nggak tau Renata, wajah Fikri terlalu membuat bingung," jawab Adam."Maksud kamu apa? Jangan bilang kamu ragu untuk menceraikan Kinanti?"Renata berjalan mendekati Adam, ingin mendengar se
Ler mais
Bab 95
Adam terlalu stress memikirkan Kinanti, suara lembut panggilan Ayah padanya membuat perasaan menjadi kacau seketika.Tekat untuk mengutarakan talak tiba-tiba hilang begitu saja, bahkan lenyap tanpa tahu cara mengutarakan nya.Adam hanya duduk di ruang tamu, memijat kepalanya dengan kedua tangannya. Sesaat kemudian Kinanti menuruni anak tangga dan melihat Adam duduk di sofa."Mas di sini? Aku pikir udah pulang," Kinanti tahu posisinya hanya sebuah selingan bahkan kini yang di pikirkan oleh nya kapan Adam mengutarakan talak.Bahkan Kinanti sudah bertekad untuk bertanya langsung pada Adam jika, memang dalam waktu beberapa hari ini Adam belum juga mengutarakan nya.Kinanti pun ingin lepas dari pernikahan ini, ingin mencari kebahagiaan nya sendiri. Menata hidup kembali setelah sekian lama menderita."Buatkan Mas kopi."Kinanti mengangguk dan segera membuatkan secangkir kopi untuk Adam, setelah itu kembali menuju ruang tamu di mana Adam masih berada di sana.Tangan Kinanti meletakan secangk
Ler mais
Bab 95
Tak ada kata talak yang keluar dari bibir Adam yang ada sampai hari nifas Kinanti berakhir Adam masih belum mengucapkan kata talak.Renata tak lagi diam, pertama kalinya ia mendatangi rumah Kinanti. Rumah pemberian mertuanya..Kinanti yang tengah berjemur bersama Fikri terkejut melihat Renata masuk ke dalam rumah."Serena bawa, Fikri masuk."Serena mengikuti kemauan Kinanti, melihat ada Renata yang semakin berjalan ke arah nya.Tapi ada yang berbeda dari Renata, Kinanti melihat perut Renata yang membuncit dan menyimpulkan bahwa sedang mengandung."Aku ingin bicara," tutur Renata.Kinanti mengangguk kemudian keduanya duduk di kursi teras rumah.Sejenak keduanya diam dalam hening, sampai akhirnya Renata memulai pembicaraan."Berapa uang yang kamu butuhkan untuk bisa meninggalkan suami ku?" Kinanti tersenyum mendengar pertanyaan Renata yang cukup membuatnya terkejut.Uang?Mungkinkah hanya uang serta harta yang menjadi ukuran kebahagiaan bagi mereka yang kaya.Jika memang mereka merasa
Ler mais
Bab 97
"Aku menerima talak mu Mas."Satu butir air mata jatuh di pipinya, Kinanti mengusap dada yang terasa sesak.Sesak bukan karena, kesal tetapi, kasihan akan nasib anaknya yang tak pernah bisa merasakan keluarga yang utuh layaknya anak di luar sana.Mata nanar Kinanti terus menatap punggung Adam, sesaat sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil Adam kembali menatap Kinanti yang kini berdiri di ambang pintu depan menggendong bayi nya yang malang.Sedetik kemudian Adam benar-benar pergi, menghilang dari pandangan mata Kinanti."Kamu kuat," Serena mengusap punggung Kinanti.Memberikan kekuatan untuk sahabatnya itu agar tetap berdiri tegak di atas segalanya."Aku boleh nangis, ya, Serena? Aku janji setelah ini tak akan menangisi dia lagi," Kinanti memberikan Fikri pada Serena.Setelah itu masuk ke dalam kamar dan menangis sekencang-kencangnya untuk meluapkan perasaan emosi yang tertahan.Mengapa harus anaknya ikut merasakan apa yang pernah di rasakan olehnya, Kinanti tak ingin membagi penderi
Ler mais
Bab 98
Akhirnya semua kembali seperti semula setelah beberapa lama merasakan pahit getirnya rumah tangga yang kelam. Renata dan Adam kembali bahagia dengan pernikahan mereka, bahkan keduanya memutuskan untuk berlibur ke luar negeri.Memperbaiki hubungan yang sempat retak, sekaligus untuk mengulangi honeymoon yang kini menjadi baby moon.Sungguh hari-hari sangat membahagiakan bagi keduanya.Menara Eiffel, atau dikenal juga sebagai La Tour Eiffel, merupakan salah satu bangunan ikonik dan terkenal di dunia. Bangunan yang ada di Kota Paris, Perancis, ini menjadi salah satu monumen berbayar yang paling banyak dikunjungi di dunia.Sudah lama Renata memimpikan berlibur bersama Adam ke negeri impiannya itu, akhirnya setelah melewati terjalnya badai kini ia benar-benar bisa mewujudkan semua mimpinya itu."Adam Terim kasih banyak," Renata berteriak dengan keras, merentangkan kedua tangannya dan mendongkak menatap langit.Indahnya langit kini sama seperti bahagianya hatinya, Renata tak bisa mengatakan
Ler mais
Bab 99
Pagi ini Kinanti dan Renata duduk di kursi meja makan, menikmati nasi goreng yang baru saja di sajikan oleh Kinanti sendiri."Ren, kamu yakin mau tinggal di kontrakan aku?" Tanya Kinanti, mengingat Serena memiliki apartemen dan juga terlahir dari keluarga berada."Nggak papa, lah, penting sama kamu.""Ini gubuk reyot. Menurut kalian yang berada.""CK, omongan Renata di dengar. Reyot dari mana, dinding beton, cat bagus, lantai keramik, pakai AC. Reyot pala nya iya!""Makasih kamu ada buat aku."Keduanya berpelukan layaknya Teletubbies yang tengah berbahagia."Ren, cariin aku kerjaan dong."Tabungan Kinanti mulai menipis, kini ia harus berjuang untuk membesarkan anaknya.Sebenarnya tidak sulit untuk membiayai Fikri sebab Papa mantan mertuanya dengan senang hati membiayai Fikri tetapi, Kinanti bukan wanita lemah. Tak ingin merepotkan orang lain dan juga tak ingin di pandang rendah, di anggap memanfaatkan anaknya untuk mendapatkan uang."Ijazah aku di simpan Mulu, kasian bener. Aku cape
Ler mais
Bab 100
Hari ini di mulai dengan senyuman, pakaian perawat berwana putih berpadu dengan topi perawat dan sepatu putih meletakan indah di tubuh Kinanti.Berulangkali kali menatap diri di depan pantulan cermin, lama sudah tidak menggunakan pakaian kesukaannya itu.Akhirnya setelah sekian purnama semuanya bisa di lalui dan benar-benar ingin menata hidup kembali."Kinanti, kamu cantik banget," Serena memuji sahabatnya yang terlihat cantik dengan seragam perawat nya."Biasa aja," Kinanti memakai jam di pergelangan tangannya, dan menatap diri kembali.Kemudian segera mendekati Fikri dan mencium pipi bocah itu."Fikri tinggal sama Mbak Indah ya, Bunda kerja dulu. Jangan nakal."Indah adalah tetangga yang tak jauh dari rumah kontrakan Kinanti, wanita itu bersedia menjaga Fikri selama Kinanti bekerja.Sebab Indah hanya di rumah saja sedang mencari pekerjaan tambahan untuk membantu perekonomian keluarga. Suaminya hanya seorang buruh sehingga, saat mendapatkan tawaran menjaga Fikri membuat Indah segera
Ler mais
Bab 101
Setelah keluar dari ruangan direktur utama Kinanti terlihat biasa saja, awalnya memang cukup shock tapi tak lama kemudian kembali santai mengingat Adam hanyalah sebuah masa lalu.Tidak ada kesedihan dan juga luka seperti dulu. Fikri adalah semangat baginya. Kini segalanya hanya untuk Fikri tak ada yang lain."Kinanti, tolong belikan aku kopi, di restoran depan rumah sakit," pinta Dokter Zidan."Iya, Dok. Sekalian saya mau makan siang, ijin ya, Dok.""Iya, tapi, jangan lupa pesanan ku."Kinanti segera meninggalkan Dokter Zidan di ruangannya, sedangkan ia segera menuju restoran yang terletak saling berhadapan di depan rumah sakit.Tapi saat memesan kopi malah ada tangan yang menepuk pundaknya.Kinanti segera berbalik dan menatap pria tersebut."Bayu!" Kinanti tersenyum melihat Bayu, setelah sekian lama tak bertemu akhirnya kini bertemu kembali."Apa kabar?" Tanya Bayu dengan seragam polisi yang masih melekat di tubuhnya."Baik."Bayu menatap seragam perawat yang masih melekat ditubuh Ki
Ler mais
Bab 102
"Kamu ngontrak di sini?""Iya."Kinanti turun dari sepeda motor milik Bayu, begitu juga dengan Bayu sambil mengamati rumah kontrakan sederhana milik Kinanti."Anak kamu mana?" Bayu ingat saat Kinanti mengatakan memiliki seorang anak dan ia juga ingin melihatnya."Kamu tunggu di sini, aku jemput dulu. Di sana, rumah tempat aku nitipin dia. Ya," Kinanti menunjukkan kursi yang ada di depan teras rumah kontrakan nya.Meminta Bayu menunggu sambil duduk manis di teras.Setelah itu segera berjalan menuju rumah Indah, di mana di sana lah, Fikri di titipkan selama bekerja."Aduh Bunda kamu datang," Indah yang sedang bermain bersama dengan Fikri melihat kedatangan Kinanti, seketika ia tersenyum pada Kinanti."Fikri rewel ya, Ndah?" Kinanti mengambil alih Fikri dan menciumi pipi nya dengan gemas.Baru saja tak berjumpa beberapa jam membuat Kinanti sudah sangat merindukan putranya."Nggak, dia baik dan aku nggak kerepotan sama sekali."Indah begitu menyayangi Fikri dan mengurus dengan baik, bahk
Ler mais