Hari ini Kinanti sudah di perbolehkan untuk melihat keadaan bayinya karena, keadaannya yang mulai membaik sekalipun masih membutuhkan perawatan khusus.Adam dengan senang hati mendorong kursi roda Kinanti menuju ruang rawat bayi mereka.Mata Kinanti berkaca-kaca melihat anaknya di dalam inkubator."Siapa nama yang di berikan Papa Agatha Mas?""Fikri Agatha Sanjaya.""Fikri," Kinanti tersenyum memanggil nama anaknya, tak menyangka bahwa kini sudah menjadi seorang Ibu.Air mata haru menetes dari pelupuk mata indahnya, tak pernah terbayangkan akan melahirkan seorang bayi dengan keadaan yang sangat memprihatikan.Bayi malang yang sudah ikut dalam penderitaan belum sampai di lahirkan pun ke dunia, banyak perjuangan yang di lalu.Air mata yang terbuang dengan sia-sia tanpa bisa di tahan, Kinanti berharap bisa membahagiakan anaknya tak ingin terus menderita."Sampai kapan dia terus berada di sini Mas?""Sampai dokter yang menanganinya mengatakan sudah siap untuk di bawa pulang.""Aku pun tid
Sudah satu Minggu berlalu Renata merasa dirinya di acuhkan dan tidak mendapatkan perhatian sama sekali.Hingga hari ini memutuskan untuk datang ke rumah sakit meminta Adam untuk memiliki sedikit waktu untuk dirinya.Tapi sampai di sana justru emosinya mendidih melihat Adam yang tengah menyuapi Kinanti, segera masuk tanpa permisi hingga Kinanti dan Adam beralih menatap Renata yang tiba-tiba sudah muncul."Adam, kamu pulang sekarang!"Renata mengambil piring dari tangan Adam lalu, memberikannya pada Kinanti."Nggak usah manja, kamu bisa makan sendiri. Ingat anak mu sudah lahir artinya, sudah tidak ada alasan untuk tetap bersama Adam!"Renata menarik Adam untuk ikut bersamanya, membawa pergi dan tak lagi terus bersama dengan Kinanti.Sampai di parkiran rumah sakit, Adam masih mengikuti Renata menimbang banyak orang yang berada di sekitarnya.Kemudian ia masuk ke dalam mobil pun hanya menurut saja, hingga keduanya duduk di dalam mobil."Adam, kamu bilang akan menceraikan dia! Mana? Yang a
Satu Minggu berlalu Kinanti pun sudah kembali ke rumah bersama dengan anaknya yang bernama Fikri.Sekalipun bayi itu terlahir prematur, dengan berat badan di bawah rata-rata tapi Kinanti terlihat begitu telaten dalam mengurusnya. Tak sulit bagi Kinanti merawat bayinya yang berusia 3 Minggu tersebut, apa lagi ia adalah seorang perawat membuatnya cukup memiliki potensi dalam mengurus bayi.Selesai dengan mengurus bayinya berlanjut membersihkan diri, belum sempat memakai pakaian Fikri sudah menangis.Sebagai seorang Ibu Kinanti akan mengutamakan anaknya terlebih dahulu, dengan senyuman bahagia segera berjalan menuju ranjang sekalipun masih memakai balutan handuk pada tubuhnya.Perlahan Kinanti mengambil Fikri kemudian memberikan asi hingga bayi mungil itu berhenti menangis, menyusui dengan lahapnya.Sesaat kemudian pintu terbuka, Adam masuk dengan jas putri di tangannya berjalan mendekati Kinanti yang tengah menyusui Fikri."Anak Ayah," Adam langsung berjongkok dan mencolek pipi Fikri d
Berhari-hari Adam tak pulang ke rumah, saat ini Renata hanya mondar-mandir di dalam kamarnya menantikan kepulangan Adam yang entah kapan akan pulang ke rumah.Cukup sudah Renata bersabar hingga tiba-tiba pintu kamarnya terbuka terlihat Adam masuk."Sudah cukup aku bersabar Adam, janji mu menceraikan Kinanti sampai detik ini pun belum juga terjadi. Anak itu sudah lahir dan apa lagi? Sebentar lagi masa nifasnya juga akan berakhir!!!"Baru saja Adam sampai di rumah tapi Renata sudah menyambutnya dengan pertengkaran."Kapan Adam? Kapan kamu akan membuktikan janji mu?"Adam melempar tubuhnya ke atas ranjang, berbaring di sana mungkin bisa membuat perasaan menjadi lebih baik."Adam, jawab aku. Sampai saat ini justru kamu bukan menceraikan dia, yang ada kamu malah jarang pulang! Bagaimana dengan aku?""Aku nggak tau Renata, wajah Fikri terlalu membuat bingung," jawab Adam."Maksud kamu apa? Jangan bilang kamu ragu untuk menceraikan Kinanti?"Renata berjalan mendekati Adam, ingin mendengar se
Adam terlalu stress memikirkan Kinanti, suara lembut panggilan Ayah padanya membuat perasaan menjadi kacau seketika.Tekat untuk mengutarakan talak tiba-tiba hilang begitu saja, bahkan lenyap tanpa tahu cara mengutarakan nya.Adam hanya duduk di ruang tamu, memijat kepalanya dengan kedua tangannya. Sesaat kemudian Kinanti menuruni anak tangga dan melihat Adam duduk di sofa."Mas di sini? Aku pikir udah pulang," Kinanti tahu posisinya hanya sebuah selingan bahkan kini yang di pikirkan oleh nya kapan Adam mengutarakan talak.Bahkan Kinanti sudah bertekad untuk bertanya langsung pada Adam jika, memang dalam waktu beberapa hari ini Adam belum juga mengutarakan nya.Kinanti pun ingin lepas dari pernikahan ini, ingin mencari kebahagiaan nya sendiri. Menata hidup kembali setelah sekian lama menderita."Buatkan Mas kopi."Kinanti mengangguk dan segera membuatkan secangkir kopi untuk Adam, setelah itu kembali menuju ruang tamu di mana Adam masih berada di sana.Tangan Kinanti meletakan secangk
Tak ada kata talak yang keluar dari bibir Adam yang ada sampai hari nifas Kinanti berakhir Adam masih belum mengucapkan kata talak.Renata tak lagi diam, pertama kalinya ia mendatangi rumah Kinanti. Rumah pemberian mertuanya..Kinanti yang tengah berjemur bersama Fikri terkejut melihat Renata masuk ke dalam rumah."Serena bawa, Fikri masuk."Serena mengikuti kemauan Kinanti, melihat ada Renata yang semakin berjalan ke arah nya.Tapi ada yang berbeda dari Renata, Kinanti melihat perut Renata yang membuncit dan menyimpulkan bahwa sedang mengandung."Aku ingin bicara," tutur Renata.Kinanti mengangguk kemudian keduanya duduk di kursi teras rumah.Sejenak keduanya diam dalam hening, sampai akhirnya Renata memulai pembicaraan."Berapa uang yang kamu butuhkan untuk bisa meninggalkan suami ku?" Kinanti tersenyum mendengar pertanyaan Renata yang cukup membuatnya terkejut.Uang?Mungkinkah hanya uang serta harta yang menjadi ukuran kebahagiaan bagi mereka yang kaya.Jika memang mereka merasa
"Aku menerima talak mu Mas."Satu butir air mata jatuh di pipinya, Kinanti mengusap dada yang terasa sesak.Sesak bukan karena, kesal tetapi, kasihan akan nasib anaknya yang tak pernah bisa merasakan keluarga yang utuh layaknya anak di luar sana.Mata nanar Kinanti terus menatap punggung Adam, sesaat sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil Adam kembali menatap Kinanti yang kini berdiri di ambang pintu depan menggendong bayi nya yang malang.Sedetik kemudian Adam benar-benar pergi, menghilang dari pandangan mata Kinanti."Kamu kuat," Serena mengusap punggung Kinanti.Memberikan kekuatan untuk sahabatnya itu agar tetap berdiri tegak di atas segalanya."Aku boleh nangis, ya, Serena? Aku janji setelah ini tak akan menangisi dia lagi," Kinanti memberikan Fikri pada Serena.Setelah itu masuk ke dalam kamar dan menangis sekencang-kencangnya untuk meluapkan perasaan emosi yang tertahan.Mengapa harus anaknya ikut merasakan apa yang pernah di rasakan olehnya, Kinanti tak ingin membagi penderi
Akhirnya semua kembali seperti semula setelah beberapa lama merasakan pahit getirnya rumah tangga yang kelam. Renata dan Adam kembali bahagia dengan pernikahan mereka, bahkan keduanya memutuskan untuk berlibur ke luar negeri.Memperbaiki hubungan yang sempat retak, sekaligus untuk mengulangi honeymoon yang kini menjadi baby moon.Sungguh hari-hari sangat membahagiakan bagi keduanya.Menara Eiffel, atau dikenal juga sebagai La Tour Eiffel, merupakan salah satu bangunan ikonik dan terkenal di dunia. Bangunan yang ada di Kota Paris, Perancis, ini menjadi salah satu monumen berbayar yang paling banyak dikunjungi di dunia.Sudah lama Renata memimpikan berlibur bersama Adam ke negeri impiannya itu, akhirnya setelah melewati terjalnya badai kini ia benar-benar bisa mewujudkan semua mimpinya itu."Adam Terim kasih banyak," Renata berteriak dengan keras, merentangkan kedua tangannya dan mendongkak menatap langit.Indahnya langit kini sama seperti bahagianya hatinya, Renata tak bisa mengatakan