Bab 163. Tunggu Aku
Ingin aku segera berlari menuju suamiku untuk meminta maaf. Seandainya dia dalam jangkauanku, aku pasti berhambur ke dalam pelukannya.

“Jangan nambahi ruwet pikiran suami yang sudah ruwet.” Kata-kata Ibu yang dilontarkan dengan nada biasa tetapi menohok tepat di hati ini. Mengukuhkan aku sebagai istri seorang Tuan Kusuma yang tidak berguna. Tidak mampu melakukan tugas walaupun sekadar memberi semangat. Alih-alih memberi dukungan, aku justru memambah beban pikirannya.

Aku mengambil ponsel. Kalau belum bisa bertemu langsung, minimal permintaan maaf melalui pesan bisa mengurangi rasa berdosa yang membebani ini.

[Mas Suma ….]

[Aku meminta maaf karena mencurigaimu hanya berdasar foto tanpa mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya]

Jemari ini terhenti oleh ingatan kalau foto yang aku dapatkan berasal dari orang yang tidak dikenal. Bagaimana kalau Mas Suma bertanya dari mana mendapatkan foto itu? Bisa jadi ini menambah pikiran pada suamiku itu. Kata maaf yang tiba-tiba akan membuatkan
Astika Buana

"Kamu ini perempuan aneh, diajak jalan-jalan di mall tidak mau. Eh, giliran ke pasar seperti ayam keluar kandang!" celetuk Mas Bowo yang mengikutiku. *** Cerita ini ada berjudul: Diusir Ipar saat Suami Tiada *** Menceritakan perjalanan Nisa yang bertahan hidup di perantauan bersama kedua anaknya. Kemampuan memasaklah yang membuatnya menjadi maju.

| 1
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo