Bab 143. Aku Iklas, Mas Suma

Aku pun semakin membenamkan kepalaku ke dalam pelukannya.

Mas Suma, suamiku.

I love you

*

"Mas Suma ... aku sakit apa?" tanyaku melihat raut kegusaran diwajahnya.

Dengan kedua tangannya dimasukkan di saku celana, dia mondar-mandir dari kamar rawatku ke ruang tamu, atau berkeliling di kamar dengan sesekali melongok ke luar jendela. Tidak mungkin dia menantikan sesuatu, karena kamar ini terletak di lantai lima. Kebiasaan lamanya mulai muncul lagi. Biasanya, dalam keadaan ini aku akan membuatkan teh chamomile untuknya dan mengajaknya berbincang sampai dia merasa tenang.

"Mas Suma," panggilku sekali lagi ketika dia berjalan dekat denganku.

Aku raih lengannya untuk berhenti. Mas Suma berhenti melangkah dan berbalik ke arahku. Meletakkan kedua tangannya di bahu ini, dan menatap ke arahku dengan sendu. Aku terhenyak melihat sorot mata itu, ada kesedihan yang terlihat jelas di sana.

"Ada apa, Mas Suma?” Aku menatap matanya dan mengarahkan tanganku ke wajah yang terlihat sendu ini.

"Ran,
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo