Setelah memastikan Nada baik-baik saja dan sedang tak membutuhkan bantuan, Adam dan Kinanti pun sejenak menuju kamar mereka.Semetara Nada hanya diam duduk ranjangnya, sesaat kemudian ponselnya pun berdering.Rasa bahagia pun begitu terasa, karena merasa yang menghubunginya adalah Tama.Namun, ternyata bukan. Sebab, tertulis nama Sarah di sana.Huuuufff.Apa yang di harapkan oleh Nada, bukankah dirinya yang sudah tegas menolak untuk tidak kembali pada Tama?Ayolah Nada jangan labil dan tidak mengakui semua itu, jika masih ingin bersama mengapa harus saling menyiksa diri.Ini sungguh sangat memalukan, karena terlalu munafik mengakui bahwa dirinya tak sanggup berjauhan dengan Tama.Pada kenyataannya bibir tak sesuai dengan perasaan yang tersimpan, karena jauh di lubuk hati yang paling dalam masih jelas terukir indah nama Tama serta kenangan indah saat bersama.Bersama memang lebih banyak menyimpan luka dari pada bahagia, namun percayalah bahwa dirinya juga tak dapat melupakan kebahagiaa
8 hari berlalu.Artinya selama itu pula Nada dan juga Tama tidak bertemu, sebenarnya Nada berharap jika di hari ke tujuh akan bertemu dengan Tama seperti apa yang dikatakan oleh Tama padanya sebelum berangkat ke luar negeri.Namun sampai hari ini pun Tama belum juga menemuinya, apakah Tama belum kembali juga.Atau mungkin sudah kembali tapi tidak menemuinya.Lagi-lagi Nada menatap layar ponselnya, di mana ada gambar janinnya di sana..Mengapa Nada menjadikan gambar janinnya hasil USG menjadi layar ponselnya, karena, itu adalah hasil dari cintanya terhadap Tama.Sesuatu yang terus saja membuatnya terjebak dalam perasaan yang teramat sangat mencintai Tama.Nada ingin menjalani semuanya dengan baik, karena berusaha melupakan pun hanya membuatnya menderita saja.Jadi jika pun melupakan biar terlupakan dengan sendirinya tanpa menyiksa diri dengan melupakan secara paksa."Hay," Sarah pun membawa mineral untuk Nada yang duduk di kursi taman.Mulai kemarin keduanya sudah kembali ke kampus, ka
"Gimana kuliahnya? Aman? Apa banyak tugas?""Lumayan Mas.""Mas, bisa bantu untuk menyelesaikan tugasnya.""Benarkah? Kita beda jurusan Mas," kata Nada sambil terkekeh."Iya juga ya, paling nggak Mas bisa bantu lewat doa," seloroh Tama."Hehe, Mas bisa aja," Nada pun terkekeh mendengar apa yang dikatakan oleh Tama barusan, "kayaknya Mas punya bakat dalam melawak.""Sedikit," Tama membenarkan apa yang dikatakan oleh Nada.Jika dirinya sendiri dianggap bisa melawak maka tidak bagi Tama, Nada yang jauh berbeda dari yang dulunya.Dalam hati Tama ingin sekali melihat Nada yang seperti dulu, cerewet, centil dan manja. Walaupun terkesan lebay tapi Tama menyukai gaya Nada yang manja saat bersama dengan dirinya.Tapi sayangnya itu semua hanyalah mimpi saja, sebab sepertinya Nada tidak akan bisa kembali seperti itu.Apa lagi Tama pun tak memiliki hak untuk mengatur Nada.***Hari-hari terus berlalu hari berganti hari, bulan berganti bulan, hari ini usia kandungan Nada genap 7 bulan.Sedangkan
Hari ini seperti janji kemarin hari, Nada dan Tama sibuk membeli peralatan bayi di salah satu mall.Seperti biasanya, Sarah juga ikut serta dalam berbelanja.Itulah keinginan Nada sendiri sebab tak ingin berduaan saja dengan Tama."Ya ampun ini gemes banget sih bajunya," Sarah melihat sebuah baju yang teramat lucu, membuatnya tersenyum bahagia."Baju apa itu?" tanya Nada melihat baju aneh yang di sukai oleh Sarah."Baguskan?" tanya Sarah penuh percaya diri."Itu baju badut Sarah, emang anak aku mau kamu jadikan badut setelah lahir?""Ini gemes tau, aku suka. Pokoknya aku mau ambil yang ini," dengan segera Sarah memasukan ke dalam barang belanjaan lainnya.Tidak perduli saat Nada menatapnya kesal."Suka-suka akulah, kan keponakan aku!" gerutu Sarah kemudian kembali melihat yang lainnya.Hingga dia menemukan baju renang yang tak kalah menggemaskan."Ya ampun, ini baju berenang. Dia bisa jadi mermaid ini," ujar Sarah dengan matanya yang berbinar.Semetara Nada hanya geleng-geleng kepala
"Dasar wanita itu, otaknya memang sudah miring!" umpat Nada.Hingga tiba-tiba saja ada anak kecil yang berlari pada Nada dan mendorongnya."Aaaa!" teriak Nada.Hampir saja Nada terjungkal ke belakang, tapi beruntung ada Tama yang berdiri di belakang Nada.Sehingga tubuh Nada di topang dengan cepat."Huuuufff," napas Nada begitu ngos-ngosan karena hampir saja dirinya terjatuh, bayangkan saja jika itu terjadi.Nada memang sedang tidak fokus karena kesal pada Sarah, hingga membuatnya demikian."Maaf ya Mbak, anak saya kalau ngambek begitu. Mbaknya baik-baik saja?" tanya Ibu dari anak itu merasa tidak enak hati, di tambah lagi anaknya menyenggol wanita hamil.Nada pun mengangguk dan bagaimana pun itu hanya anak kecil."Sekali lagi maaf Mbak, saya permisi.""Mas, tolong lepaskan aku," kata Nada karena Tama masih saja memegangnya."Maaf," kata Tama dengan tidak enak hati."Aku yang ucapin makasih.""Ya ampun, ada apa dengan dua orang ini? Aku nggak ngerti," umpat Sarah.Karena lagi-lagi tam
"Diva kenapa?""Nada, sakit banget. Tolong telpon Mas Kenan ya. Dia baru aja pergi ke kantor katanya."Nada yang baru saja sampai di rumah dan hendak menuju kamarnya. Tetapi, saat melewati kamar Diva yang tak jauh dari kamarnya malah melihat Kakak iparnya itu seperti menahan sakit."Bunda!" seru Nada dengan suara yang cukup nyaring agar terdengar oleh Kinanti.Benar saja dengan cepat Kinanti pun berlari menuju asal suara, dan yang dia takutkan terjadi sesuatu pada Nada.Sebab, yang berteriak adalah Nada. Lagi pula yang paling banyak menyimpan masalah adalah Nada juga.Namun, sesampainya di sana Kinanti melihat Nada baik-baik saja, hanya saja Diva yang terlihat menahan sakit."Diva kenapa?" "Sakit Bunda," kata Diva dengan suaranya yang hampir menghilang.Setelah itu Diva pun jatuh pingsan di sana, beruntung ada Nada dan Kinanti yang menahan tubuh Diva."Diva, bangun!" "Tolong!" teriak Kinanti.Sesaat kemudian Adam pun muncul karena mendengar teriakan Kinanti.Namun malah melihat Diva
Sesampainya di rumah Mentari pun menundukkan kepalanya, tanpa sadar air matanya menetes dari pelupuk mata indahnya.Mentari pulang lebih awal dari rumah sakit, karena sejak tadi tidak kuasa menahan air matanya.Bukan sakit hati pada Diva, hanya saja dirinya juga ingin merasakan menjadi seorang wanita yang bisa mengandung dan melahirkan anak.Namun, sampai saat inipun semuanya belum dapat tersampaikan."Sayang," Fikri pun menyusul masuk setelahnya ke dalam kamar.Tak menyangka ternyata Mentari tengah menangis.Membuatnya bingung dan mulai mengingat terakhir kalinya berbicara pada Mentari, apakah ada perkataan ataupun perbuatannya yang membuat perasaan istrinya itu menjadi bersedih.Tapi rasanya tidak ada, atau mungkin juga secara tidak sadar Fikri membuat istrinya tersakiti.Tapi, apa. Padahal sebelumnya terlihat baik-baik saja."Sayang, apa Mas memiliki kesalahan pada mu? Jika, iya. Apa? Coba katakan agar Mas bisa memperbaikinya. Dan, Mas juga minta maaf sama kamu," kata Fikri dengan
Diva pun dibawa pulang ke rumah, dengan bayi laki-laki yang kini diberi nama Kemal Agatha Sanjaya.Bayi itu semakin hari semakin tampan saja, semetara Mentari yang selalu saja sibuk mengurus baby Kemal.Selain karena dia juga ingin memiliki anak, Mentari juga seorang dokter anak. Dia sudah sangat tahu apa yang harus dilakukan pada bayi seusia baby Kemal.Bahkan Diva yang tidak memiliki keberanian untuk mengganti popok maupun pakaian Kemal.Karena tubuh bayi itu yang masih begitu tentan, belum lagi Diva sering kebingungan untuk melakukan sesuatu terhadap bayinya.Sepertinya mengganti popok saja Diva meminta Mentari untuk mengajarkannya.Sebenarnya bisa saja Diva menyewa seorang baby sitter, hanya saja dirinya juga ingin menjadi seperti Serena yang merawat dirinya dengan tangannya sendiri.Hingga akhirnya menjadi seorang ibu yang dibanggakan oleh anak-anaknya.Lagi-lagi itu tidak menjadi masalah, karena lag ada Mentari dengan terampil dalam mengurus bayi."Udah deh," Mentari pun terseny