Sesampainya di rumah sakit Nada pun langsung di periksa oleh seorang dokter kandungan."Sudah pembukaan 2 Bu," kata dokter tersebut.Adam yang baru sampai di rumah sakit melihat keadaan Nada, tetapi semuanya memang seperti ini saat-saat melahirkan.Hingga tidak ada yang biasa dia lakukan selain berdoa untuk keselamatan anak dan calon cucunya untuk menghadapi proses persalinan nanti..Bahkan Adam sendiri tidak bisa menolong Nada dalam proses kelahiran itu, karena Nada adalah kelemahannya. Tangisan Nada membuatnya tak bisa berbuat apa-apa.Dirinya memilih menunggu di luar kamar dimana Nada tengah berjuang untuk bisa melahirkan anaknya."Suami pasien mana?" tanya dokter Anita yang tak lain adalah dokter senior yang akan membantu proses persalinan nanti.Kinanti pun hanya bisa diam, karena tak tahu harus berbicara bagaimana."Dokter, fokus saja pada adik saya," kata Mentari yang akhirnya bersuara.Dokter tersebut pun memilih untuk tidak banyak bertanya lagi, kemudian kembali berfokus pada
Dokter pun mulai memeriksa keadaan Nada, hingga akhirnya Nada pun membuka matanya."Aku baik-baik saja Mas, hanya saja aku sangat lelah," kata Nada dengan napasnya yang terengah-engah.Tapi saat itu juga membuat perasaan Tama menjadi lebih tenang, apa lagi penjelasan yang diberikan oleh Nada sungguh sangat membuatnya menjadi lebih baik."Kamu yakin tidak apa-apa?" tanya Tama lagi ingin diyakinkan.Nada pun kembali menjawabnya dengan anggukan kepala, "Aku hanya kelelahan Mas.""Syukurlah," akhirnya Tama pun kembali bernapas lega karena ternyata Nada hanya kelelahan, bukan karena terjadi hal buruk padanya.Jika saja terjadi sesuatu maka Tama tak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.Beberapa saat kemudian seorang perawat pun memberikan bayinya pada Tama, tangan Tama bergetar melihat wajah putrinya itu.Mungkin saja saat ini Tama merasa orang yang paling gagal untuk menjadi seorang Ayah di dunia ini, bahkan mungkin juga tak pantas untuk disebut sebagai seorang Ayah.Karena peran se
Keesokan harinya karena keadaan Nada baik-baik saja bahkan tak ada yang menghawatirkan kini dia pun dibawa pulang bersama dengan baby Amanda.Wajah semua anggota keluarga juga begitu berbinar tanpa terkecuali.Seakan mereka juga larut dalam kebahagiaan ini.Namun, saat ini Nada menantikan kehadiran Tama.Sayangnya pria itu tidak muncul juga sampai dirinya sudah berada di rumah.Kemana perginya Tama hingga tidak juga kembali untuk melihat putrinya?Membuat perasaan Nada kian semakin bertanya-tanya, sebab dirinya tak pernah mengatakan kalimat larangan untuk menemui putri cantik mereka kapan saja. "Kamu dari tadi melihat ke jendela terus, nyariin siapa?" tanya Kinanti yang menyadari kegelisahan putrinya.Apakah putrinya itu menantikan kehadiran seseorang?Nada pun terdiam sambil melihat ke arah Kinanti yang menggendong bayinya yang sedang terlelap."Kamu menanti seseorang?" tebak Kinanti yang akhirnya mengutarakan apa yang ada dipikirannya.Nada pun mengangguk, karena dirinya memang men
Setelah tiga hari berlalu Tama pun memutuskan untuk menemui Adam secara langsung di kantornya, hari ini Tama sengaja meluangkan waktu untuk bisa bertemu dengan Adam.Meskipun tahu semuanya tidak akan pernah bisa seperti keinginannya yang ingin semuanya baik-baik saja.Hanya saja saat ini semuanya sudah terjadi, apakah tak ada jalan keluar terbaik untuk penyelesaian semuanya.Dengan tekat yang penuh kini Tama pun berdiri di depan pintu ruang direktur utama rumah sakit Bakti Sentosa Internasional Hospital yang baru saja diresmikan beberapa hari yang lalu.Ini adalah rumah sakit yang ke tiga milik Adam.Namun, tidak menyangka Tama mengunjunginya. Seseorang yang sangat tak ingin dikenal oleh Adam untuk saat ini, nanti dan selamanya.Apakah Adam begitu membenci Tama?Tentu.Tak perlu bertanya apa sebabnya, karena sudah pasti penyebabnya adalah putrinya yang menjadi korban kekejaman Tama.Tap tap tap.Derap langkah kaki Tama pun terdengar seiring dengan tatapan matanya yang menatap Adam ki
Setelah berbicara dengan Adam siang tadi, sore hari ini Tama pun mendatangi kediaman keluarga Adam.Di tangannya ada banyak paperbag, tentu saja itu adalah buah tangan untuk anaknya."Ah, ada Tuan Tama," kata Adam yang kebetulan sedang berada di teras duduk di sofa bersama dengan Kinanti, tak lupa di temani dengan secangkir kopi buatan istrinya.Sedangkan Kinanti tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Adam barusan, karena itu terdengar seperti suara seseorang tengah menghormati orang lain.Ataupun mungkin sebaliknya, Adam mengejek Tama. Tapi dalam rangka apa? Tidak tahu mana yang lebih tepatnya.Tapi lagi-lagi Kinanti merasa aneh jika Adam yang terlebih dahulu menyapa Tama."Kau ingin bertemu dengan Nada?" Tanya Adam, "silahkan. Dan, manfaatkan waktumu yang sedikit itu ya," kata Adam lagi sambil tertawa kecil Kemudian meneguk kopinya dengan begitu nikmat."Permisi Ayah, Bunda," Tama pun melangkahkan kakinya untuk masuk.Mencari keberadaan Nada dan juga anaknya di dalam sana.N
Tama pun sampai di ruang keluarga, tampak Nada yang duduk di sofa sambil memberikan asi pada baby Amanda.Ditemani juga oleh Sarah yang sedang asik makan camilan duduk di samping Nada, sedangkan matanya menonton televisi yang menyala di hadapannya."Ehem," Tama pun berdehem.Hingga akhirnya Nada dan Sarah pun menoleh, tampak Tama di sana.Mungkin keduanya bersamaan menyadari kehadiran Tama.Nada sedikit terkejut dengan kedatangan Tama, sebab semenjak di rumah sakit hari itu tidak pernah lagi datang menjenguk putrinya.Putrinya?Tentu, karena itu adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh Tama.Jika untuk dirinya rasanya tidak mungkin."Bagaimana keadaan putri kita?" tanya Tama sambil meletakan paperbag di tangannya pada sofa.Kemudian berjalan ke arah Nada karena ingin melihat putrinya lebih dekat, tidak bertemu beberapa hari membuat Tama merasakan sebuah kerinduan yang teramat dalam.Pertama kalinya Tama melihat anaknya saat hari pertama kali di lahirkan, dan ini untuk yang kedua kal
"Amanda, ada Opa," kata Nada seakan berbicara pada bayinya.Melihat Adam yang kini berada di hadapannya membuatnya tersenyum, hingga Kinanti pun muncul."Ada Oma juga," kata Nada sambil beralih lagi tersenyum pada Kinanti."Sini sama Oma," Kinanti pun mengambil alih baby Amanda, kemudian duduk di samping Nada sambil menciumi wajah cucunya yang teramat cantik itu.Sedangkan Adam pun duduk di sofa lainnya sambil melihat Nada dengan sejuta pikiran yang ada di benaknya."Dia lucu ya Bunda," kata Nada sambil tersenyum melihat baby Amanda."Iya, tapi sayang dia lebih mirip dengan Papinya ya, kan?" tanya Kinanti dengan senyuman.Bagaimana dengan Adam saat mendengar apa yang dia katakan barusan? Kesal pastinya.Sementara Nada memilih diam, karena tahu Adam tak suka mendengar Papi dari anaknya itu di sebut-sebut dalam pembicaraan."Nada, Ayah mau tanya. Karena, anak kamu sudah lahir. Apa ada keinginan mu untuk kembali pada Tama?" tanya Adam secara langsung tanpa ingin menundanya sama sekali.
Sudah tujuh hari baby Amanda di lahirkan, dan hari ini acara syukuran pun di langsungkan di kediaman Adam.Semuanya tampak begitu bahagia, mulai dari beberapa acara pun selesai dilaksanakan.Hingga akhirnya acara pun berlanjut dengan foto keluarga.Sedangkan Tama hanya duduk diam di tempatnya tanpa melakukan apapun, dirinya hanya melihat saja di sana.Kecuali ada yang memintanya untuk melakukan sesuatu hal menyangkut baby Amanda.Namun, setelah acara selesai Tama pun diam saja.Diam seakan hanya menjadi penonton saja sama seperti para tamu yang lainnya."Tama, ayo ikut berfoto bersama," kata Kinanti.Sebab Tama masih saja diam di tempatnya, sedangkan yang lainnya sudah sibuk bersiap untuk mengambil gambar.Mengabadikan momen hari ini.Bahkan baby Amanda pun begitu cantiknya, memakai gaun berwarna putih dengan kepalanya yang memakai bandana bayi."Tama, tidak usah Bunda," tolak Tama.Entahlah, tapi rasanya seperti orang asing berada di sana.Kinanti pun hanya diam saja, kemudian meliha