Setelah tiga hari berlalu Tama pun memutuskan untuk menemui Adam secara langsung di kantornya, hari ini Tama sengaja meluangkan waktu untuk bisa bertemu dengan Adam.Meskipun tahu semuanya tidak akan pernah bisa seperti keinginannya yang ingin semuanya baik-baik saja.Hanya saja saat ini semuanya sudah terjadi, apakah tak ada jalan keluar terbaik untuk penyelesaian semuanya.Dengan tekat yang penuh kini Tama pun berdiri di depan pintu ruang direktur utama rumah sakit Bakti Sentosa Internasional Hospital yang baru saja diresmikan beberapa hari yang lalu.Ini adalah rumah sakit yang ke tiga milik Adam.Namun, tidak menyangka Tama mengunjunginya. Seseorang yang sangat tak ingin dikenal oleh Adam untuk saat ini, nanti dan selamanya.Apakah Adam begitu membenci Tama?Tentu.Tak perlu bertanya apa sebabnya, karena sudah pasti penyebabnya adalah putrinya yang menjadi korban kekejaman Tama.Tap tap tap.Derap langkah kaki Tama pun terdengar seiring dengan tatapan matanya yang menatap Adam ki
Setelah berbicara dengan Adam siang tadi, sore hari ini Tama pun mendatangi kediaman keluarga Adam.Di tangannya ada banyak paperbag, tentu saja itu adalah buah tangan untuk anaknya."Ah, ada Tuan Tama," kata Adam yang kebetulan sedang berada di teras duduk di sofa bersama dengan Kinanti, tak lupa di temani dengan secangkir kopi buatan istrinya.Sedangkan Kinanti tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Adam barusan, karena itu terdengar seperti suara seseorang tengah menghormati orang lain.Ataupun mungkin sebaliknya, Adam mengejek Tama. Tapi dalam rangka apa? Tidak tahu mana yang lebih tepatnya.Tapi lagi-lagi Kinanti merasa aneh jika Adam yang terlebih dahulu menyapa Tama."Kau ingin bertemu dengan Nada?" Tanya Adam, "silahkan. Dan, manfaatkan waktumu yang sedikit itu ya," kata Adam lagi sambil tertawa kecil Kemudian meneguk kopinya dengan begitu nikmat."Permisi Ayah, Bunda," Tama pun melangkahkan kakinya untuk masuk.Mencari keberadaan Nada dan juga anaknya di dalam sana.N
Tama pun sampai di ruang keluarga, tampak Nada yang duduk di sofa sambil memberikan asi pada baby Amanda.Ditemani juga oleh Sarah yang sedang asik makan camilan duduk di samping Nada, sedangkan matanya menonton televisi yang menyala di hadapannya."Ehem," Tama pun berdehem.Hingga akhirnya Nada dan Sarah pun menoleh, tampak Tama di sana.Mungkin keduanya bersamaan menyadari kehadiran Tama.Nada sedikit terkejut dengan kedatangan Tama, sebab semenjak di rumah sakit hari itu tidak pernah lagi datang menjenguk putrinya.Putrinya?Tentu, karena itu adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh Tama.Jika untuk dirinya rasanya tidak mungkin."Bagaimana keadaan putri kita?" tanya Tama sambil meletakan paperbag di tangannya pada sofa.Kemudian berjalan ke arah Nada karena ingin melihat putrinya lebih dekat, tidak bertemu beberapa hari membuat Tama merasakan sebuah kerinduan yang teramat dalam.Pertama kalinya Tama melihat anaknya saat hari pertama kali di lahirkan, dan ini untuk yang kedua kal
"Amanda, ada Opa," kata Nada seakan berbicara pada bayinya.Melihat Adam yang kini berada di hadapannya membuatnya tersenyum, hingga Kinanti pun muncul."Ada Oma juga," kata Nada sambil beralih lagi tersenyum pada Kinanti."Sini sama Oma," Kinanti pun mengambil alih baby Amanda, kemudian duduk di samping Nada sambil menciumi wajah cucunya yang teramat cantik itu.Sedangkan Adam pun duduk di sofa lainnya sambil melihat Nada dengan sejuta pikiran yang ada di benaknya."Dia lucu ya Bunda," kata Nada sambil tersenyum melihat baby Amanda."Iya, tapi sayang dia lebih mirip dengan Papinya ya, kan?" tanya Kinanti dengan senyuman.Bagaimana dengan Adam saat mendengar apa yang dia katakan barusan? Kesal pastinya.Sementara Nada memilih diam, karena tahu Adam tak suka mendengar Papi dari anaknya itu di sebut-sebut dalam pembicaraan."Nada, Ayah mau tanya. Karena, anak kamu sudah lahir. Apa ada keinginan mu untuk kembali pada Tama?" tanya Adam secara langsung tanpa ingin menundanya sama sekali.
Sudah tujuh hari baby Amanda di lahirkan, dan hari ini acara syukuran pun di langsungkan di kediaman Adam.Semuanya tampak begitu bahagia, mulai dari beberapa acara pun selesai dilaksanakan.Hingga akhirnya acara pun berlanjut dengan foto keluarga.Sedangkan Tama hanya duduk diam di tempatnya tanpa melakukan apapun, dirinya hanya melihat saja di sana.Kecuali ada yang memintanya untuk melakukan sesuatu hal menyangkut baby Amanda.Namun, setelah acara selesai Tama pun diam saja.Diam seakan hanya menjadi penonton saja sama seperti para tamu yang lainnya."Tama, ayo ikut berfoto bersama," kata Kinanti.Sebab Tama masih saja diam di tempatnya, sedangkan yang lainnya sudah sibuk bersiap untuk mengambil gambar.Mengabadikan momen hari ini.Bahkan baby Amanda pun begitu cantiknya, memakai gaun berwarna putih dengan kepalanya yang memakai bandana bayi."Tama, tidak usah Bunda," tolak Tama.Entahlah, tapi rasanya seperti orang asing berada di sana.Kinanti pun hanya diam saja, kemudian meliha
Malam harinya Tama pun datang menemui Adam secara langsung di kediamannya, Tama tidak datang sendirian.Melainkan bersama dengan dua orang pengacaranya.Kini dirinya duduk di ruang tamu, baru saja sampai dan di persilakan duduk oleh Kinanti yang membuka pintu dan tak menyangka ternyata Tama yang datang."Duduk dulu, Bunda akan panggilkan Ayah," kata Kinanti.Tahu tujuan Tama setelah mendengar dari Tama sendiri yang menerangkan ingin bertemu dengan Adam."Terima kasih Bunda."Kinanti pun mengangguk kemudian segera menuju kamarnya, namun dirinya bertemu dengan Nada saat akan menaiki anak tangga."Ada tamu ya Bunda?" tanya Nada.Mengingat pagi tadi acara syukuran bayinya jadi Nada mengira mungkin itu adalah kerabat jauh yang mungkin berkunjung malam ini.Karena pagi tadi tidak bisa ikut acaranya."Tama," jawab Kinanti."Mas Tama?" tanya Nada lagi sedikit bingung."Iya, sepertinya dia membawa dua pengacara juga," tambah Kinanti."Pengacara?"Nada pun bingung karena Kinanti mengatakan ada
"Kenapa kamu hanya diam saja sejak tadi?" tanya Mira melihat ada yang berbeda dari wajah Tama.Bahkan Tama baru menyadari kehadiran Mira yang duduk di sampingnya."Ma?""Kamu kenapa? Mama saja di sini kamu terkejut? Mikirin anak kamu?" tebak Mira.Tama pun menyadarkan tubuhnya pada sofa, setelah mendengarkan apa yang diharapkan oleh Nada beberapa saat lalu membuatnya sangat terbebani."Diselesaikan masalah kalian, jangan terus berlarut-larut. Kasihan Amanda, apa kamu tidak ingin kembali bersama Nada? Bahkan, sekarang ada Amanda juga?" tanya Handoko yang baru bergabung dan ikut menimpali pembicaraan.Tapi, Tama semakin bingung saja. Apa lagi setelah melihat Handoko yang juga sudah duduk di antara dirinya dan juga Mira."Amanda itu sangat lucu, Mama ingin sekali dia menginap di sini sama kita. Kapan ya Tama, kamu dan Nada bisa bersama. Mama, semakin sedih kalau lihat wajah anak kamu," suara Mira terdengar begitu putus asa, karena memikirkan nasib cucunya yang begitu malang.Dan sudah pa
"Nada, semua keputusan ada pada mu. Dan, Ayah tidak akan pernah menukar kamu dengan apapun!" papar Adam."Nada, nggak mau. Nada, mau sama Ayah saja," kata Nada sambil menggelengkan kepalanya.Karena dirinya takut Adam murka padanya, apa lagi sampai memutuskan ikatan mereka sebagai anak dan juga Ayah.Nada memang sangat mencintai Tama, tapi bukan berarti dirinya mau berpisah dengan Adam."Nggak sayang, kamu tetap anak Ayah. Sampai kapanpun akan begitu, hanya saja kamu juga berhak untuk bahagia," jelas Adam sambil mengusap wajah Nada.Adam tersadar bahwa cinta Tama begitu besar, buktinya rela memberikan apapun yang dia miliki untuk bisa bersama kembali dengan Nada.Anggap saja Tama pernah melakukan sebuah kesalahan.Tapi Adam pun mencoba untuk memberikan sebuah kesempatan kedua.Semoga setelah Tama tak akan pernah berani menyakiti Nada lagi.Apa lagi sampai mengambil keputusan sejauh itu tanpa berbicara sama sekali pada istrinya."Nggak mau, Nada maunya sama Ayah.""Ayah juga maunya beg