Sudah tujuh hari baby Amanda di lahirkan, dan hari ini acara syukuran pun di langsungkan di kediaman Adam.Semuanya tampak begitu bahagia, mulai dari beberapa acara pun selesai dilaksanakan.Hingga akhirnya acara pun berlanjut dengan foto keluarga.Sedangkan Tama hanya duduk diam di tempatnya tanpa melakukan apapun, dirinya hanya melihat saja di sana.Kecuali ada yang memintanya untuk melakukan sesuatu hal menyangkut baby Amanda.Namun, setelah acara selesai Tama pun diam saja.Diam seakan hanya menjadi penonton saja sama seperti para tamu yang lainnya."Tama, ayo ikut berfoto bersama," kata Kinanti.Sebab Tama masih saja diam di tempatnya, sedangkan yang lainnya sudah sibuk bersiap untuk mengambil gambar.Mengabadikan momen hari ini.Bahkan baby Amanda pun begitu cantiknya, memakai gaun berwarna putih dengan kepalanya yang memakai bandana bayi."Tama, tidak usah Bunda," tolak Tama.Entahlah, tapi rasanya seperti orang asing berada di sana.Kinanti pun hanya diam saja, kemudian meliha
Malam harinya Tama pun datang menemui Adam secara langsung di kediamannya, Tama tidak datang sendirian.Melainkan bersama dengan dua orang pengacaranya.Kini dirinya duduk di ruang tamu, baru saja sampai dan di persilakan duduk oleh Kinanti yang membuka pintu dan tak menyangka ternyata Tama yang datang."Duduk dulu, Bunda akan panggilkan Ayah," kata Kinanti.Tahu tujuan Tama setelah mendengar dari Tama sendiri yang menerangkan ingin bertemu dengan Adam."Terima kasih Bunda."Kinanti pun mengangguk kemudian segera menuju kamarnya, namun dirinya bertemu dengan Nada saat akan menaiki anak tangga."Ada tamu ya Bunda?" tanya Nada.Mengingat pagi tadi acara syukuran bayinya jadi Nada mengira mungkin itu adalah kerabat jauh yang mungkin berkunjung malam ini.Karena pagi tadi tidak bisa ikut acaranya."Tama," jawab Kinanti."Mas Tama?" tanya Nada lagi sedikit bingung."Iya, sepertinya dia membawa dua pengacara juga," tambah Kinanti."Pengacara?"Nada pun bingung karena Kinanti mengatakan ada
"Kenapa kamu hanya diam saja sejak tadi?" tanya Mira melihat ada yang berbeda dari wajah Tama.Bahkan Tama baru menyadari kehadiran Mira yang duduk di sampingnya."Ma?""Kamu kenapa? Mama saja di sini kamu terkejut? Mikirin anak kamu?" tebak Mira.Tama pun menyadarkan tubuhnya pada sofa, setelah mendengarkan apa yang diharapkan oleh Nada beberapa saat lalu membuatnya sangat terbebani."Diselesaikan masalah kalian, jangan terus berlarut-larut. Kasihan Amanda, apa kamu tidak ingin kembali bersama Nada? Bahkan, sekarang ada Amanda juga?" tanya Handoko yang baru bergabung dan ikut menimpali pembicaraan.Tapi, Tama semakin bingung saja. Apa lagi setelah melihat Handoko yang juga sudah duduk di antara dirinya dan juga Mira."Amanda itu sangat lucu, Mama ingin sekali dia menginap di sini sama kita. Kapan ya Tama, kamu dan Nada bisa bersama. Mama, semakin sedih kalau lihat wajah anak kamu," suara Mira terdengar begitu putus asa, karena memikirkan nasib cucunya yang begitu malang.Dan sudah pa
"Nada, semua keputusan ada pada mu. Dan, Ayah tidak akan pernah menukar kamu dengan apapun!" papar Adam."Nada, nggak mau. Nada, mau sama Ayah saja," kata Nada sambil menggelengkan kepalanya.Karena dirinya takut Adam murka padanya, apa lagi sampai memutuskan ikatan mereka sebagai anak dan juga Ayah.Nada memang sangat mencintai Tama, tapi bukan berarti dirinya mau berpisah dengan Adam."Nggak sayang, kamu tetap anak Ayah. Sampai kapanpun akan begitu, hanya saja kamu juga berhak untuk bahagia," jelas Adam sambil mengusap wajah Nada.Adam tersadar bahwa cinta Tama begitu besar, buktinya rela memberikan apapun yang dia miliki untuk bisa bersama kembali dengan Nada.Anggap saja Tama pernah melakukan sebuah kesalahan.Tapi Adam pun mencoba untuk memberikan sebuah kesempatan kedua.Semoga setelah Tama tak akan pernah berani menyakiti Nada lagi.Apa lagi sampai mengambil keputusan sejauh itu tanpa berbicara sama sekali pada istrinya."Nggak mau, Nada maunya sama Ayah.""Ayah juga maunya beg
Tama pun berpindah duduk ke samping Nada, memberanikan diri untuk memegang tangan Nada, dirinya ingin berbicara dari hati ke hati agar tak ada lagi beban yang terasa di antara hubungan mereka."Nada, kembalilah kepada Mas. Mas, tidak tahu sudah berapa kali mengatakan kalimat ini kepadamu, mengatakan kata-Kembali-tapi, Mas, sangat mencintai kamu dan masih berharap memohon agar kamu mau kembali kepada Mas, apapun caranya."Nada menatap Tama dengan perasaan bingung. Tapi, di sini Nada juga merasa jika Tama bersungguh-sungguh ingin kembali kepada dirinya.Jujur saja dari hatinya memang masih ingin kembali.Nada tidak boleh munafik akan hal itu.Sebab, membohongi perasaan hanya membuat diri semakin tersakiti.Bukankah bagus juga jika dirinya kembali kepada Tama, anaknya tidak akan terlahir sebagai keluarga broken home."Nada?" tanya Tama yang masih menunggu jawaban."Mas......" Nada pun terdiam tak tahu harus mengatakan kalimat seperti apa, karena terlalu banyak pikiran yang begitu berkeca
"Nada, kamu bilang apa? Kamu mengucapkan sesuatu tadi?" bibir Tama tersenyum, tak ingin telinganya salah mendengar kata yang diucapkan oleh Nada.Jika salah mendengar maka sudah pasti dirinya akan sangat kecewa.Kecewa pada dirinya sendiri yang salah dalam mendengarkan penjelasan."Nada?""Mas, jangan pergi. Aku tidak bisa tanpa mu," kata Nada dengan bibirnya yang bergetar dan air matanya yang menetes.Menahan perasaan yang begitu luar biasanya."Jangan pergi ya Mas, Nada sayang sama Mas," kata Nada lagi sambil menundukkan kepalanya.Tama pun mengangguk, karena pernyataan yang dikatakan oleh Nada sungguh membuat semangatnya menjadi lebih besar."Iya, terima kasih," kata Tama dan tak tahu lagi harus mengatakan apa."Mas, Nada bakalan bicara lagi sama Ayah. Ayah serius ngomong barusan apa gimana? Tapi jangan pergi dulu ya, tunggu di sini," kata Nada.Tama pun menganggukkan kepalanya, sedangkan Nada berlari masuk ke dalam rumah.Menuju kamarnya, karena sudah pasti Adam berada di sana ber
Tama begitu merasa bahagia, setelah malam tadi Nada yang menyetujui untuk kembali bersatu lagi.Bahkan Tama pun menceritakan pada Mira tentang semua itu, tentunya Mira juga tidak kalah bahagia.Sebab, apa yang membuat Tama bahagia tentunya akan sangat membuat Mira ikut bahagia.Apa lagi Nada dan Tama sudah memiliki seorang putri."Mama, senang senang sekali. Mama, benar-benar merasa bahagia," Mira pun mengusap wajahnya yang basah karena air mata haru, akhirnya dirinya tidak akan dihantui oleh bayang-bayang rasa bersalah.Pagi harinya Tama pun memutuskan untuk menemui Nada, sekaligus menemui putrinya Amanda.Tak disangka ternyata Nada sedang berada di teras bersama dengan Amanda, berjemur di sana."Mas?" Nada sedikit terkejut melihat kehadiran Tama yang begitu pagi."Kamu sedang apa?" tanya Tama yang menyadari Nada seperti sedang kebingungan."Berjemur, kamu nggak liat Amanda?" tanya Nada lagi sambil menunjuk putrinya."Iya juga ya," kata Tama merasa semakin bingung menyadari dirinya y
"Mas, masih di sini? Kirain udah pulang."Nada yang baru saja kembali lagi ke teras melihat Tama masih berada di sana.Awalnya Nada mengira Tama sudah kembali, karena dirinya memang begitu lama di dalam sana untuk membersihkan baby Amanda.Namun nyatanya tidak, tampak Tama masih duduk di tempatnya tanpa berpindah sama sekali."Memangnya kamu ngusir aku?" tanya Tama kembali.Sudah menunggu lama, malah di suguhkan dengan pertanyaan yang membuat Tama merasa kecewa.Mungkin kah sebenarnya Nada ingin dirinya untuk segera pergi dari sana.Semoga saja tidak, Tama benar-benar berdebat dengan pikirannya sendiri.Hanya ada pikiran buruk saja, karena tak ingin lebih lama menjadi duda."Nggak gitu Mas," Nada pun menahan tawa karena Tama yang mendadak menjadi cemberut setelah dirinya bertanya.Padahal itu hanya sebuah pertanyaan ringan yang tak berarti apa-apa."Kamu nanya begitu?""Maaf," Nada pun tersenyum kemudian melihat wajah baby Amanda, "Papi, kamu ngambek, liat tu," kata Nada seolah berbic