"Diva kenapa?""Nada, sakit banget. Tolong telpon Mas Kenan ya. Dia baru aja pergi ke kantor katanya."Nada yang baru saja sampai di rumah dan hendak menuju kamarnya. Tetapi, saat melewati kamar Diva yang tak jauh dari kamarnya malah melihat Kakak iparnya itu seperti menahan sakit."Bunda!" seru Nada dengan suara yang cukup nyaring agar terdengar oleh Kinanti.Benar saja dengan cepat Kinanti pun berlari menuju asal suara, dan yang dia takutkan terjadi sesuatu pada Nada.Sebab, yang berteriak adalah Nada. Lagi pula yang paling banyak menyimpan masalah adalah Nada juga.Namun, sesampainya di sana Kinanti melihat Nada baik-baik saja, hanya saja Diva yang terlihat menahan sakit."Diva kenapa?" "Sakit Bunda," kata Diva dengan suaranya yang hampir menghilang.Setelah itu Diva pun jatuh pingsan di sana, beruntung ada Nada dan Kinanti yang menahan tubuh Diva."Diva, bangun!" "Tolong!" teriak Kinanti.Sesaat kemudian Adam pun muncul karena mendengar teriakan Kinanti.Namun malah melihat Diva
Sesampainya di rumah Mentari pun menundukkan kepalanya, tanpa sadar air matanya menetes dari pelupuk mata indahnya.Mentari pulang lebih awal dari rumah sakit, karena sejak tadi tidak kuasa menahan air matanya.Bukan sakit hati pada Diva, hanya saja dirinya juga ingin merasakan menjadi seorang wanita yang bisa mengandung dan melahirkan anak.Namun, sampai saat inipun semuanya belum dapat tersampaikan."Sayang," Fikri pun menyusul masuk setelahnya ke dalam kamar.Tak menyangka ternyata Mentari tengah menangis.Membuatnya bingung dan mulai mengingat terakhir kalinya berbicara pada Mentari, apakah ada perkataan ataupun perbuatannya yang membuat perasaan istrinya itu menjadi bersedih.Tapi rasanya tidak ada, atau mungkin juga secara tidak sadar Fikri membuat istrinya tersakiti.Tapi, apa. Padahal sebelumnya terlihat baik-baik saja."Sayang, apa Mas memiliki kesalahan pada mu? Jika, iya. Apa? Coba katakan agar Mas bisa memperbaikinya. Dan, Mas juga minta maaf sama kamu," kata Fikri dengan
Diva pun dibawa pulang ke rumah, dengan bayi laki-laki yang kini diberi nama Kemal Agatha Sanjaya.Bayi itu semakin hari semakin tampan saja, semetara Mentari yang selalu saja sibuk mengurus baby Kemal.Selain karena dia juga ingin memiliki anak, Mentari juga seorang dokter anak. Dia sudah sangat tahu apa yang harus dilakukan pada bayi seusia baby Kemal.Bahkan Diva yang tidak memiliki keberanian untuk mengganti popok maupun pakaian Kemal.Karena tubuh bayi itu yang masih begitu tentan, belum lagi Diva sering kebingungan untuk melakukan sesuatu terhadap bayinya.Sepertinya mengganti popok saja Diva meminta Mentari untuk mengajarkannya.Sebenarnya bisa saja Diva menyewa seorang baby sitter, hanya saja dirinya juga ingin menjadi seperti Serena yang merawat dirinya dengan tangannya sendiri.Hingga akhirnya menjadi seorang ibu yang dibanggakan oleh anak-anaknya.Lagi-lagi itu tidak menjadi masalah, karena lag ada Mentari dengan terampil dalam mengurus bayi."Udah deh," Mentari pun terseny
Sesampainya di rumah sakit Nada pun langsung di periksa oleh seorang dokter kandungan."Sudah pembukaan 2 Bu," kata dokter tersebut.Adam yang baru sampai di rumah sakit melihat keadaan Nada, tetapi semuanya memang seperti ini saat-saat melahirkan.Hingga tidak ada yang biasa dia lakukan selain berdoa untuk keselamatan anak dan calon cucunya untuk menghadapi proses persalinan nanti..Bahkan Adam sendiri tidak bisa menolong Nada dalam proses kelahiran itu, karena Nada adalah kelemahannya. Tangisan Nada membuatnya tak bisa berbuat apa-apa.Dirinya memilih menunggu di luar kamar dimana Nada tengah berjuang untuk bisa melahirkan anaknya."Suami pasien mana?" tanya dokter Anita yang tak lain adalah dokter senior yang akan membantu proses persalinan nanti.Kinanti pun hanya bisa diam, karena tak tahu harus berbicara bagaimana."Dokter, fokus saja pada adik saya," kata Mentari yang akhirnya bersuara.Dokter tersebut pun memilih untuk tidak banyak bertanya lagi, kemudian kembali berfokus pada
Dokter pun mulai memeriksa keadaan Nada, hingga akhirnya Nada pun membuka matanya."Aku baik-baik saja Mas, hanya saja aku sangat lelah," kata Nada dengan napasnya yang terengah-engah.Tapi saat itu juga membuat perasaan Tama menjadi lebih tenang, apa lagi penjelasan yang diberikan oleh Nada sungguh sangat membuatnya menjadi lebih baik."Kamu yakin tidak apa-apa?" tanya Tama lagi ingin diyakinkan.Nada pun kembali menjawabnya dengan anggukan kepala, "Aku hanya kelelahan Mas.""Syukurlah," akhirnya Tama pun kembali bernapas lega karena ternyata Nada hanya kelelahan, bukan karena terjadi hal buruk padanya.Jika saja terjadi sesuatu maka Tama tak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.Beberapa saat kemudian seorang perawat pun memberikan bayinya pada Tama, tangan Tama bergetar melihat wajah putrinya itu.Mungkin saja saat ini Tama merasa orang yang paling gagal untuk menjadi seorang Ayah di dunia ini, bahkan mungkin juga tak pantas untuk disebut sebagai seorang Ayah.Karena peran se
Keesokan harinya karena keadaan Nada baik-baik saja bahkan tak ada yang menghawatirkan kini dia pun dibawa pulang bersama dengan baby Amanda.Wajah semua anggota keluarga juga begitu berbinar tanpa terkecuali.Seakan mereka juga larut dalam kebahagiaan ini.Namun, saat ini Nada menantikan kehadiran Tama.Sayangnya pria itu tidak muncul juga sampai dirinya sudah berada di rumah.Kemana perginya Tama hingga tidak juga kembali untuk melihat putrinya?Membuat perasaan Nada kian semakin bertanya-tanya, sebab dirinya tak pernah mengatakan kalimat larangan untuk menemui putri cantik mereka kapan saja. "Kamu dari tadi melihat ke jendela terus, nyariin siapa?" tanya Kinanti yang menyadari kegelisahan putrinya.Apakah putrinya itu menantikan kehadiran seseorang?Nada pun terdiam sambil melihat ke arah Kinanti yang menggendong bayinya yang sedang terlelap."Kamu menanti seseorang?" tebak Kinanti yang akhirnya mengutarakan apa yang ada dipikirannya.Nada pun mengangguk, karena dirinya memang men
Setelah tiga hari berlalu Tama pun memutuskan untuk menemui Adam secara langsung di kantornya, hari ini Tama sengaja meluangkan waktu untuk bisa bertemu dengan Adam.Meskipun tahu semuanya tidak akan pernah bisa seperti keinginannya yang ingin semuanya baik-baik saja.Hanya saja saat ini semuanya sudah terjadi, apakah tak ada jalan keluar terbaik untuk penyelesaian semuanya.Dengan tekat yang penuh kini Tama pun berdiri di depan pintu ruang direktur utama rumah sakit Bakti Sentosa Internasional Hospital yang baru saja diresmikan beberapa hari yang lalu.Ini adalah rumah sakit yang ke tiga milik Adam.Namun, tidak menyangka Tama mengunjunginya. Seseorang yang sangat tak ingin dikenal oleh Adam untuk saat ini, nanti dan selamanya.Apakah Adam begitu membenci Tama?Tentu.Tak perlu bertanya apa sebabnya, karena sudah pasti penyebabnya adalah putrinya yang menjadi korban kekejaman Tama.Tap tap tap.Derap langkah kaki Tama pun terdengar seiring dengan tatapan matanya yang menatap Adam ki
Setelah berbicara dengan Adam siang tadi, sore hari ini Tama pun mendatangi kediaman keluarga Adam.Di tangannya ada banyak paperbag, tentu saja itu adalah buah tangan untuk anaknya."Ah, ada Tuan Tama," kata Adam yang kebetulan sedang berada di teras duduk di sofa bersama dengan Kinanti, tak lupa di temani dengan secangkir kopi buatan istrinya.Sedangkan Kinanti tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Adam barusan, karena itu terdengar seperti suara seseorang tengah menghormati orang lain.Ataupun mungkin sebaliknya, Adam mengejek Tama. Tapi dalam rangka apa? Tidak tahu mana yang lebih tepatnya.Tapi lagi-lagi Kinanti merasa aneh jika Adam yang terlebih dahulu menyapa Tama."Kau ingin bertemu dengan Nada?" Tanya Adam, "silahkan. Dan, manfaatkan waktumu yang sedikit itu ya," kata Adam lagi sambil tertawa kecil Kemudian meneguk kopinya dengan begitu nikmat."Permisi Ayah, Bunda," Tama pun melangkahkan kakinya untuk masuk.Mencari keberadaan Nada dan juga anaknya di dalam sana.N