"Bunda, Nada nggak ngapa-ngapain sama Om Tama. Lagian juga apa salahnya memberikan kesempatan kepada Om Tama untuk berubah, apakah tidak ada kesempatan untuk menjadi seorang yang lebih baik?" "Semua orang berhak menjadi lebih baik, tetapi tidak dengan menjadikan kamu sebagai bahan percobaannya.""Bunda," Nada pun terdiam sejenak karena Adam yang mulai memasuki kamarnya.Bahkan Nada juga melihat Sarah yang berdiri diambang pintu, dengan segera Sarah pun pergi.Sebab dirinya takut pada Adam.Lihat saja tatapan Adam sangat menusuk bahkan terkesan begitu mematikan."Ini black card, dan kartu yang lainnya. Gunakan sesuai dengan keinginanmu! Jangan pernah sekali-kali mencoba untuk mengemis pada orang lain."Adam benar-benar memberikan semua fasilitas yang dimiliki oleh Nada, asalkan putrinya itu tidak lagi berhubungan dengan Tama.Apapun akan dilakukan oleh Adam asalkan putrinya tidak menikah dengan Tama."Ayah apaan sih, Om Tama baik tahu Yah," Nada pun melemparkan tubuhnya pada ranjang, s
Sarah pun mengedarkannya pandangnya, melihat kamar Nada yang benar-benar berantakan.Bahkan melebihi kapal pecah sekalipun,. terserah saja. Menurut Sarah, orang kaya bebas melakukan apa saja tanpa terkecuali sama sekali.Namun, sesaat kemudian Nada pun memeluknya erat. Menangis kencang di pelukan Sarah."Sarah, aku nggak tahu lagi harus gimana. Aku nggak mau pisah sama Om Tama," kata Nada sambil terus menangis tanpa hentinya.Jika malam tadi Sarah hanya mendengarkan curhatan Nada melalui sambungan telepon, maka tidak dengan kali ini.Sebab kali ini Nada ada di depan matanya, memeluknya erat-erat dan bercerita dengan panjang lebar."Kenapa sih nasib percintaan aku harus begini? Aku nggak sanggup lagi Sarah. Apa orang tua aku nggak ngerti kalau aku mencintai Om Tama?""Nada sebenarnya--""--Sarah, kamu ngerti, 'kan, perasaan aku sekarang? Aku sayang banget sama Om Tama, kenapa semuanya seakan menentang hubungan kami? Sampai kapan Sarah? Kapan kami bisa mendapatkan restu," Nada terus saja
Dua hari kemudian.Dua hari berlalu tidak lantas membuat Tama benar-benar hanya menyerah, selama dua hari ini dirinya hanya sedang mencoba untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.Meredam amarah yang tengah membuncah dan semuanya mungkin saja bisa menjadi lebih baik.Lihat saja pagi ini, dengan penuh keyakinan Tama pun menuju kantor Fikri.Ingin berbicara secara langsung dan mungkin saja bisa membuahkan hasil maksimal seperti yang diinginkannya.Hidupnya kini hanya Nada, tidak ada yang lain sehingga tidak akan bisa untuk mundur apapun yang terjadi kedepanya.Tap tap tap.Terdengar suara derap langkah kaki, perlahan semakin mendekat ke arah meja kerja Fikri.Dimana Fikri tengah sibuk dengan banyaknya berkas-berkas di tangannya.Fikri bahkan sampai tidak menyadari kehadiran Tama, Fikri hanya perduli pada pekerjaannya tanpa terkecuali.Sementara Tama masih saja mudah masuk ke ruang Fikri, sebab sudah terbiasa seperti itu.Tapi sepertinya Tama lupa jika kini dirinya bukan lagi siapa-siapa
Tama pun mencoba untuk bangkit kembali, bangkit dari rasa sakit yang sebenarnya begitu menyiksa diri.Diri yang sudah rapuh kian semakin hancur, sebenarnya sudah sejak awal Tama tidak ingin jatuh hati lagi pada semua wanita mana pun di dunia ini.Namun, apa daya. Bahkan tanpa disadarinya cinta tumbuh seiring dengan kebersamaan.Padahal hanya ada pertengkaran, perselisihan dan juga kekesalan. Tetapi, tetap saja hatinya mencintai wanita tersebut.Entah sampai kapan ini akan terjadi, tetapi tampaknya sampai detik ini tidak ada titik terangnya sama sekali.Semuanya masih gelap seakan tidak ada titik terang dari hubungan ini, entah berakhir dengan kebagian nantinya ataupun kesedihan.Tama benar-benar pusing memikirkan cintanya yang begitu rumit ini.Kembali menunju rumah dengan pakaian basah kuyup nya karena air hujan yang membasahi tubuh, tidak terasa dinginnya karena hati jauh lebih terluka.Sesampainya di rumah masih seperti biasanya melihat bulan di langit yang gelap.Namun sampai saat
Nada terdiam sambil menatap ke luar, tubuhnya bertumpu pada jendela kamar.Matanya terus melihat bulan yang bersinar dengan terangnya, sayangnya tidak dengan hatinya yang kini sedang bersedih karena hubungannya dan Tama ditentang keras oleh keluarganya.Saat ini Nada sedang bingung, bingung terhadap dirinya yang kini tidak bisa melupakan Tama.Jika hanya cinta monyet semata mengapa bisa sesakit ini.Saat ini Nada berharap, jika memang tidak ada kesempatan untuk bersama dengan Tama maka, lebih baik semua perasaan ini segera hilang.Nada tersiksa dan tidak sanggup lagi terbelenggu rindu yang kian semakin menjadi-jadi.Namun, jika memang kesempatan untuk bersama itu ada. Maka, Nada ingin semuanya berlalu dengan cepat.Dirinya sudah sangat menyayangi Tama, tidak ingin terpisah walaupun hanya sekejap saja.Nada benar-benar bingung dengan keadaan ini, sudah beberapa hari ini Tama menghilang begitu saja.Bahkan tidak bisa dihubungi sama sekali, membuatnya bertanya-tanya apakah yang terjadi p
Tidak ingin membuat Nada salah paham Tama pun segera menyusul Nada."Mas Tama!" Keyla benar-benar merasa kesal setelah diacuhkan begitu saja, rasanya begitu memalukan apa lagi di saksikan oleh banyak orang.Sementara apa itu menjadi masalah untuk Tama? Tentu saja tidak."Nada!" Tama pun berusaha untuk berlari keluar menyusul Nada sebelum pergi.Tapi sayangnya taxi yang ditumpangi oleh Nada sudah melesat dengan secepat mungkin.Tama pun segera menuju mobilnya, memacunya di jalan raya.Mencoba untuk menghadang taxi yang ditumpangi oleh Nada.Tidak perduli berapa kecepatan mobil yang dikendarainya akhirnya Tama pun menghadang taxi di depannya.Cit!Taxi tersebut berhenti mendadak, membuat Nada terhuyung ke depan.Hingga sesaat kemudian Tama pun menariknya keluar dari taxi yang di tumpanginya."Lepas!" Nada menolak untuk dibawa pergi oleh Tama, rasa kesalnya masih begitu luar biasa.Sehingga keputusannya sudah bulat untuk melupakan Tama untuk selamanya."Ikut!""Apaan sih!"Tama tidak perd
Perasaan Nada saat ini benar-benar campur aduk, dirinya sendiri bingung apakah benar Tama mencintanya atau tidak, sebab dirinya yang menunggu diperjuangkan ternyata hanya diabaikan saja."Mas, serius sayang sama Nada?" "Kenapa kamu tidak percaya?" Nada menarik napas, rasanya tidak ingin berbicara lebih panjang lagi. Perasaannya kini hanya sedang ingin diyakinkan, bukan dijawab dengan sejuta pertanyaan kembali."Mas, sayang sama kamu. Mas, hanya sedang ingin membuktikan bahwa kamu benar-benar siap untuk hidup bersama Mas atau hanya sekedar bermain-main saja," tangan Tama menggenggam erat jemari tangan Nada, rasanya tidak ingin melepaskan sama sekali.Menggenggam dengan semakin erat membuat dirinya menjadi lebih tenang dan juga lebih baik, segala rasa gundah sirna dengan begitu mudahnya.Cinta memang bertahta dengan segala kebenarannya, sehingga tidak bisa untuk di singkirkan dari relung hati yang sudah nyaman dengan posisinya.Namun, bagaimana jika cinta tetap saja tidak dapat menyat
"Tidak sama sekali, ini bukan menantang. Hanya sedang mengatakan sebuah kebenaran."Tidak ada rasa takut sama sekali, yang ada Tama hanya berusaha untuk tetap menghargai orang tua Nada.Sebab, seperti apapun kerasnya Adam, Tama tidak akan bisa menikahinya Nada jika tidak dengan restu.Tama di besarkan oleh seorang wanita hebat, menghargai adalah sebuah keharusan.Contohnya seperti saat ini, apakah Tama tega membawa pergi Nada padahal orang yang melahirkan dan membesarkan Nada tidak mengijinkannya?Tidak, Tama tidak akan mau merebut dengan paksa, meskipun tahu Nada tidak akan menolak jika diajak pergi dengannya."Kau menantang ku bajingan!" Buk!Adam pun langsung melayangkan bogem mentah, dirinya masih sangat berapi-api saat melihat Nada kembali bersama Tama di malam yang larut ini.Lantas bagaimana dengan Tama setelah mendapatkan sedikit buah tangan dari Adam?Diam tanpa perlawanan sama sekali, apa yang bisa dilakukannya saat ini selain menerima saja.Tujuannya hanya satu, mendapatka