"Kenapa kamu mencintainya?" Tanya Sarah.Oma Sarah selama ini hanya menyaksikan saja, seakan menjadi penonton diantara mereka yang tengah terlibat ketegangan.Namun, pada malam ini dirinya mendatangi kamar cucunya itu dan bertanya secara langsung.Sebenarnya disini hatinya merasa iba akan cucunya yang mencintai seorang duda."Oma," Nada pun memeluk Sarah dengan eratnya, dirinya tidak tahu harus memeluk siapa selain Omanya tersebut.Semuanya benar-benar begitu menentang hubungannya dengan Tama, sehingga tidak ada satupun yang bisa dijadikan sebagai teman berbicara.Sarah mengusap kepala Nada, dirinya tahu cucunya itu sedang butuh seseorang untuk bersandar."Kamu sangat mencintainya?" Tanya Sarah tiba-tiba.Nada terdiam sejenak, namun anggukan kepala cukup menjadi jawaban yang meyakinkan."Kenapa?" Tanya Sarah lagi."Nggak tahu Oma, tapi Nada sayang sama dia," hati memang tidak dapat berbohong, meskipun hubungan ini dipenuhi dengan penentangan dari orang tua.Andai saja bisa, Nada juga
"Kamu jahat Mas, dia anakku! Kenapa kamu menamparnya, kemudian mengusirnya!" Kinanti pun berteriak histeris, karena Nada benar-benar pergi bahkan ditengah malam begini.Semuanya seakan begitu rumit, tanpa ada jalan keluarnya.Bahkan seakan tidak ada yang mau mengalah sama sekali.Sampai kapan ini akan terjadi."Sudahlah, dia sudah berani kurang ajar pada orang tuanya!" Adam pun segera masuk ke dalam kamarnya.Pikirannya benar-benar kacau karena memikirkan Nada yang sudah pergi dari rumah.Sementara Kinanti masih menangis di depan pintu kamar putrinya.Oma Sarah pun menghampirinya, mencoba untuk membuat keadaan lebih tenang."Ma, Nada pergi," kata Kinanti dengan berlinang air mata."Semua akan baik-baik saja, biarkan dulu dia pergi.""Tapi ini sudah malam," kata Kinanti lagi, "bagaimana kalau terjadi sesuatu hal yang buruk padanya."Sebagai seorang ibu pastinya Kinanti sangat mengkhawatirkan putrinya, apa lagi tengah malam begini."Tidak usah terlalu banyak berpikir buruk, Adam tidak m
Nada berlari keluar dari rumah, ingin segera menemui Tama yang sebelumnya berada di luar gerbang.Tetapi, saat Nada keluar Tama sudah tidak ada di sana, bersamaan dengan hujan yang reda.Nada pun mendesus kecewa, karena tidak bisa bertemu dengan Tama.Baiklah tidak masalah, segera Nada mencari taxi yang kemungkinan sulit untuk mendapatkan di tengah malam ini.Meskipun demikian tetap saja Nada tidak kehilangan arah, tekatnya sudah bulat untuk pergi dari rumah seperti apa yang diperintahkan oleh Adam.Hingga akhirnya Nada pun memutuskan untuk menghubungi Tama, tetapi ponsel Tama tidak bisa dihubungi sebab kehabisan baterai.Memilih untuk berjalan kaki, sampai akhirnya Nada pun menemukan ojek dan menumpanginya menuju rumah Tama.Beruntung ada uang yang terselip pada casing ponselnya, hingga dirinya bisa membayar ojek.Bahkan Nada juga sangat bersyukur sebab, Kang ojek yang mengantarkan dirinya tidak melakukan hal jahat padanya.Jujur saja hati Nada sangat tidak tenang saat berboncengan d
Nada pun kini berada di dalam kamar Tama, matanya mengedar memperhatikan sekiranya. Ini untuk pertama kalinya Nada memasuki kamar tersebut. Bahkan, kini menggunakannya.Tidak ada yang istimewa dari ruang tersebut, bahkan dari segi warna saja sama sekali tidak menarik di mata Nada.Tidak ada meja hias sama sekali, tidak ada lampu tidur sama sekali.Hingga Nada pun berbaring di atas ranjang, menarik selimut dengan lampu kamar yang menyala dengan terangnya.Menepikan sejenak pikirannya Nada pun akhirnya terlelap, hingga pada pagi harinya Nada pun terjaga saat Tama yang membangunkan dirinya."Mas?" Nada sampai terkejut, karena ternyata sudah pagi hari.Namun, Nada memilih untuk menarik Tama untuk ikut naik ke atas ranjang.Membuat Tama shock seketika itu, tidak mengerti Nada bisa melakukan itu.Sudah jelas ini adalah hal yang sangat sulit untuk ditolak oleh seorang Tama."Nada!""Mas?" Nada pun menatap Tama dengan penuh harap, dirinya ingin bersatu dengan Tama dan mungkin ini adalah jalan
"Mas, Kenapa sih, suka banget cari masalah? Udah tahu Ayah nggak bakalan ngerestuin juga!"Nada sudah sangat malas berdebat dengan kedua orang tuanya, terutama Ayahnya yang begitu menentang keras hubungannya dengan Tama.Tapi apa?Sampai detik ini pun malah Tama yang terus berusaha untuk tetap meminta restu pada Ayahnya.Nada sudah terlanjur kesal pada Ayahnya karena tamparan malam tadi.Bahkan merasa Adam tidak menyayanginya lagi, lantas untuk apa berjuang mendapatkan restu."Nada, kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Ayah cuman mau anaknya menikah dengan orang yang benar-benar tulus mencintainya. Justru seharusnya kamu bersyukur karena Ayah begitu menyayangi kamu."Nada pun mendesus kesal, rasanya sangat tidak mungkin Adam merestui hubungan.Akhirnya dengan berat hati Nada pun menuruti apa yang dikatakan oleh Tama.Hingga kini mereka berada di depan gerbang rumah mewah milik Adam.Mira langsung melangkah masuk, saat melihat pintu yang terbuka dengan lebar."Permisi."Kinanti yang
Semuanya hanya diam seakan sedang larut dalam pikirannya masing-masing, terutama Adam yang tampaknya tidak ingin berdebat lagi dengan Kinanti setelah ini.Namun, melihat wajah Tama pun sepertinya cukup menjengkelkan."Saya rasa tidak ada yang harus dibicarakan lagi, sekarang kita pun tahu mereka berdua masih pada pendiriannya untuk bersama. Dari pada terus-menerus seperti ini, saya sebagai Kakak sulung Nada, sekaligus sebagai perwakilan dari Ayah kami, merestuinya. Asalkan Tama berjanji untuk setia dan membahagiakan adik saya," kata Fikri yang memulai pembicaraan.Semuanya tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Fikri.Begitu juga dengan Adam, dirinya langsung melayangkan tatapan tajam.Kapan Adam mengatakan bahwa dirinya menyetujui hubungan di antara Nada dan Tama?Bahkan merasa dirinya belum bisa menerima Tama sebagai calon suami anaknya.Semuanya benar-benar begitu membosankan, tidak ada keputusan yang dibuatnya seperti yang dikatakan oleh Fikri.Tetapi, saat itu tanpa sengaja
"Aku harap kau tidak menyia-nyiakan kesempatan ini," kata Fikri.Kini keduanya duduk di gazebo kayu tepatnya terletak di bagian belakang rumah, keduanya tampak diam di sana dengan pikiran masing-masing.Menurut Fikri terlalu berkeras pun percuma saja, sebab Nada pun tampak begitu ingin bersama dengan Tama."Terima kasih, aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini," jawab Tama penuh kebahagiaan.Tentunya Tama sangat bahagia, karena kini semuanya perlahan menjadi lebih baik.Hingga akhirnya Tama pun menepuk pundak Fikri seperti biasanya saat mereka sedang bersama.Namun, Fikri malah melayangkan tatapan tajamnya pada tangan Tama.Membuat Tama pun menghentikannya dengan wajah bingung."Jaga kesopanan, aku calon Kakak iparmu!" Kata Fikri dengan tegasnya.Tama pun terdiam sejenak sambil menatap wajah Fikri, tetapi sepertinya memang begitu adanya.Walaupun ada sedikit geli-geli namun terasa cukup nikmat, Ahahahhaha..... apakah Author ini, otaknya traveling aja.Begitulah pikiran F
Sesampainya di meja makan Fikri dan istrinya Mentari, melihat keluarga lainnya. Hingga,sesaat kemudian muncul Kenan dan juga Diva. Dan yang menjadi pertanyaannya Tama.Di mana pria duda itu sehingga tidak tampak terlihat diantara yang lainnya, bahkan semuanya sudah berada di sana.Termasuk juga Nada yang duduk di kursi meja makan, setelah diminta oleh Kinanti untuk ikut makan bersama dengan keluarga calon suaminya sendiri."Fikri, Tama di mana?" Tanya Kinanti sebab tidak juga muncul sampai saat ini.Fikri pun mengangkat bahunya seakan tidak perduli sama sekali.Lagipula dirinya sendiri tetap bisa makan dengan lahapnya tanpa Tama yang dibutuhkan hanya Mentari."Kenan?" Tanya Kinanti yang beralih pada putra keduanya itu, mungkin saja tahu tentang calon menantunya.Namun, Kenan pun memilih untuk bungkam. Duduk di kursi meja makan dan melihat hidangan yang tersedia jauh lebih baik.Masalah Tama biarkan saja menikmati hari-hari yang baru sebagai calon keluarga baru."Mentari, Diva?" Kinant