Tidak ingin membuat Nada salah paham Tama pun segera menyusul Nada."Mas Tama!" Keyla benar-benar merasa kesal setelah diacuhkan begitu saja, rasanya begitu memalukan apa lagi di saksikan oleh banyak orang.Sementara apa itu menjadi masalah untuk Tama? Tentu saja tidak."Nada!" Tama pun berusaha untuk berlari keluar menyusul Nada sebelum pergi.Tapi sayangnya taxi yang ditumpangi oleh Nada sudah melesat dengan secepat mungkin.Tama pun segera menuju mobilnya, memacunya di jalan raya.Mencoba untuk menghadang taxi yang ditumpangi oleh Nada.Tidak perduli berapa kecepatan mobil yang dikendarainya akhirnya Tama pun menghadang taxi di depannya.Cit!Taxi tersebut berhenti mendadak, membuat Nada terhuyung ke depan.Hingga sesaat kemudian Tama pun menariknya keluar dari taxi yang di tumpanginya."Lepas!" Nada menolak untuk dibawa pergi oleh Tama, rasa kesalnya masih begitu luar biasa.Sehingga keputusannya sudah bulat untuk melupakan Tama untuk selamanya."Ikut!""Apaan sih!"Tama tidak perd
Perasaan Nada saat ini benar-benar campur aduk, dirinya sendiri bingung apakah benar Tama mencintanya atau tidak, sebab dirinya yang menunggu diperjuangkan ternyata hanya diabaikan saja."Mas, serius sayang sama Nada?" "Kenapa kamu tidak percaya?" Nada menarik napas, rasanya tidak ingin berbicara lebih panjang lagi. Perasaannya kini hanya sedang ingin diyakinkan, bukan dijawab dengan sejuta pertanyaan kembali."Mas, sayang sama kamu. Mas, hanya sedang ingin membuktikan bahwa kamu benar-benar siap untuk hidup bersama Mas atau hanya sekedar bermain-main saja," tangan Tama menggenggam erat jemari tangan Nada, rasanya tidak ingin melepaskan sama sekali.Menggenggam dengan semakin erat membuat dirinya menjadi lebih tenang dan juga lebih baik, segala rasa gundah sirna dengan begitu mudahnya.Cinta memang bertahta dengan segala kebenarannya, sehingga tidak bisa untuk di singkirkan dari relung hati yang sudah nyaman dengan posisinya.Namun, bagaimana jika cinta tetap saja tidak dapat menyat
"Tidak sama sekali, ini bukan menantang. Hanya sedang mengatakan sebuah kebenaran."Tidak ada rasa takut sama sekali, yang ada Tama hanya berusaha untuk tetap menghargai orang tua Nada.Sebab, seperti apapun kerasnya Adam, Tama tidak akan bisa menikahinya Nada jika tidak dengan restu.Tama di besarkan oleh seorang wanita hebat, menghargai adalah sebuah keharusan.Contohnya seperti saat ini, apakah Tama tega membawa pergi Nada padahal orang yang melahirkan dan membesarkan Nada tidak mengijinkannya?Tidak, Tama tidak akan mau merebut dengan paksa, meskipun tahu Nada tidak akan menolak jika diajak pergi dengannya."Kau menantang ku bajingan!" Buk!Adam pun langsung melayangkan bogem mentah, dirinya masih sangat berapi-api saat melihat Nada kembali bersama Tama di malam yang larut ini.Lantas bagaimana dengan Tama setelah mendapatkan sedikit buah tangan dari Adam?Diam tanpa perlawanan sama sekali, apa yang bisa dilakukannya saat ini selain menerima saja.Tujuannya hanya satu, mendapatka
"Kenapa kamu mencintainya?" Tanya Sarah.Oma Sarah selama ini hanya menyaksikan saja, seakan menjadi penonton diantara mereka yang tengah terlibat ketegangan.Namun, pada malam ini dirinya mendatangi kamar cucunya itu dan bertanya secara langsung.Sebenarnya disini hatinya merasa iba akan cucunya yang mencintai seorang duda."Oma," Nada pun memeluk Sarah dengan eratnya, dirinya tidak tahu harus memeluk siapa selain Omanya tersebut.Semuanya benar-benar begitu menentang hubungannya dengan Tama, sehingga tidak ada satupun yang bisa dijadikan sebagai teman berbicara.Sarah mengusap kepala Nada, dirinya tahu cucunya itu sedang butuh seseorang untuk bersandar."Kamu sangat mencintainya?" Tanya Sarah tiba-tiba.Nada terdiam sejenak, namun anggukan kepala cukup menjadi jawaban yang meyakinkan."Kenapa?" Tanya Sarah lagi."Nggak tahu Oma, tapi Nada sayang sama dia," hati memang tidak dapat berbohong, meskipun hubungan ini dipenuhi dengan penentangan dari orang tua.Andai saja bisa, Nada juga
"Kamu jahat Mas, dia anakku! Kenapa kamu menamparnya, kemudian mengusirnya!" Kinanti pun berteriak histeris, karena Nada benar-benar pergi bahkan ditengah malam begini.Semuanya seakan begitu rumit, tanpa ada jalan keluarnya.Bahkan seakan tidak ada yang mau mengalah sama sekali.Sampai kapan ini akan terjadi."Sudahlah, dia sudah berani kurang ajar pada orang tuanya!" Adam pun segera masuk ke dalam kamarnya.Pikirannya benar-benar kacau karena memikirkan Nada yang sudah pergi dari rumah.Sementara Kinanti masih menangis di depan pintu kamar putrinya.Oma Sarah pun menghampirinya, mencoba untuk membuat keadaan lebih tenang."Ma, Nada pergi," kata Kinanti dengan berlinang air mata."Semua akan baik-baik saja, biarkan dulu dia pergi.""Tapi ini sudah malam," kata Kinanti lagi, "bagaimana kalau terjadi sesuatu hal yang buruk padanya."Sebagai seorang ibu pastinya Kinanti sangat mengkhawatirkan putrinya, apa lagi tengah malam begini."Tidak usah terlalu banyak berpikir buruk, Adam tidak m
Nada berlari keluar dari rumah, ingin segera menemui Tama yang sebelumnya berada di luar gerbang.Tetapi, saat Nada keluar Tama sudah tidak ada di sana, bersamaan dengan hujan yang reda.Nada pun mendesus kecewa, karena tidak bisa bertemu dengan Tama.Baiklah tidak masalah, segera Nada mencari taxi yang kemungkinan sulit untuk mendapatkan di tengah malam ini.Meskipun demikian tetap saja Nada tidak kehilangan arah, tekatnya sudah bulat untuk pergi dari rumah seperti apa yang diperintahkan oleh Adam.Hingga akhirnya Nada pun memutuskan untuk menghubungi Tama, tetapi ponsel Tama tidak bisa dihubungi sebab kehabisan baterai.Memilih untuk berjalan kaki, sampai akhirnya Nada pun menemukan ojek dan menumpanginya menuju rumah Tama.Beruntung ada uang yang terselip pada casing ponselnya, hingga dirinya bisa membayar ojek.Bahkan Nada juga sangat bersyukur sebab, Kang ojek yang mengantarkan dirinya tidak melakukan hal jahat padanya.Jujur saja hati Nada sangat tidak tenang saat berboncengan d
Nada pun kini berada di dalam kamar Tama, matanya mengedar memperhatikan sekiranya. Ini untuk pertama kalinya Nada memasuki kamar tersebut. Bahkan, kini menggunakannya.Tidak ada yang istimewa dari ruang tersebut, bahkan dari segi warna saja sama sekali tidak menarik di mata Nada.Tidak ada meja hias sama sekali, tidak ada lampu tidur sama sekali.Hingga Nada pun berbaring di atas ranjang, menarik selimut dengan lampu kamar yang menyala dengan terangnya.Menepikan sejenak pikirannya Nada pun akhirnya terlelap, hingga pada pagi harinya Nada pun terjaga saat Tama yang membangunkan dirinya."Mas?" Nada sampai terkejut, karena ternyata sudah pagi hari.Namun, Nada memilih untuk menarik Tama untuk ikut naik ke atas ranjang.Membuat Tama shock seketika itu, tidak mengerti Nada bisa melakukan itu.Sudah jelas ini adalah hal yang sangat sulit untuk ditolak oleh seorang Tama."Nada!""Mas?" Nada pun menatap Tama dengan penuh harap, dirinya ingin bersatu dengan Tama dan mungkin ini adalah jalan
"Mas, Kenapa sih, suka banget cari masalah? Udah tahu Ayah nggak bakalan ngerestuin juga!"Nada sudah sangat malas berdebat dengan kedua orang tuanya, terutama Ayahnya yang begitu menentang keras hubungannya dengan Tama.Tapi apa?Sampai detik ini pun malah Tama yang terus berusaha untuk tetap meminta restu pada Ayahnya.Nada sudah terlanjur kesal pada Ayahnya karena tamparan malam tadi.Bahkan merasa Adam tidak menyayanginya lagi, lantas untuk apa berjuang mendapatkan restu."Nada, kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Ayah cuman mau anaknya menikah dengan orang yang benar-benar tulus mencintainya. Justru seharusnya kamu bersyukur karena Ayah begitu menyayangi kamu."Nada pun mendesus kesal, rasanya sangat tidak mungkin Adam merestui hubungan.Akhirnya dengan berat hati Nada pun menuruti apa yang dikatakan oleh Tama.Hingga kini mereka berada di depan gerbang rumah mewah milik Adam.Mira langsung melangkah masuk, saat melihat pintu yang terbuka dengan lebar."Permisi."Kinanti yang