Dua hari kemudian.Dua hari berlalu tidak lantas membuat Tama benar-benar hanya menyerah, selama dua hari ini dirinya hanya sedang mencoba untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.Meredam amarah yang tengah membuncah dan semuanya mungkin saja bisa menjadi lebih baik.Lihat saja pagi ini, dengan penuh keyakinan Tama pun menuju kantor Fikri.Ingin berbicara secara langsung dan mungkin saja bisa membuahkan hasil maksimal seperti yang diinginkannya.Hidupnya kini hanya Nada, tidak ada yang lain sehingga tidak akan bisa untuk mundur apapun yang terjadi kedepanya.Tap tap tap.Terdengar suara derap langkah kaki, perlahan semakin mendekat ke arah meja kerja Fikri.Dimana Fikri tengah sibuk dengan banyaknya berkas-berkas di tangannya.Fikri bahkan sampai tidak menyadari kehadiran Tama, Fikri hanya perduli pada pekerjaannya tanpa terkecuali.Sementara Tama masih saja mudah masuk ke ruang Fikri, sebab sudah terbiasa seperti itu.Tapi sepertinya Tama lupa jika kini dirinya bukan lagi siapa-siapa
Tama pun mencoba untuk bangkit kembali, bangkit dari rasa sakit yang sebenarnya begitu menyiksa diri.Diri yang sudah rapuh kian semakin hancur, sebenarnya sudah sejak awal Tama tidak ingin jatuh hati lagi pada semua wanita mana pun di dunia ini.Namun, apa daya. Bahkan tanpa disadarinya cinta tumbuh seiring dengan kebersamaan.Padahal hanya ada pertengkaran, perselisihan dan juga kekesalan. Tetapi, tetap saja hatinya mencintai wanita tersebut.Entah sampai kapan ini akan terjadi, tetapi tampaknya sampai detik ini tidak ada titik terangnya sama sekali.Semuanya masih gelap seakan tidak ada titik terang dari hubungan ini, entah berakhir dengan kebagian nantinya ataupun kesedihan.Tama benar-benar pusing memikirkan cintanya yang begitu rumit ini.Kembali menunju rumah dengan pakaian basah kuyup nya karena air hujan yang membasahi tubuh, tidak terasa dinginnya karena hati jauh lebih terluka.Sesampainya di rumah masih seperti biasanya melihat bulan di langit yang gelap.Namun sampai saat
Nada terdiam sambil menatap ke luar, tubuhnya bertumpu pada jendela kamar.Matanya terus melihat bulan yang bersinar dengan terangnya, sayangnya tidak dengan hatinya yang kini sedang bersedih karena hubungannya dan Tama ditentang keras oleh keluarganya.Saat ini Nada sedang bingung, bingung terhadap dirinya yang kini tidak bisa melupakan Tama.Jika hanya cinta monyet semata mengapa bisa sesakit ini.Saat ini Nada berharap, jika memang tidak ada kesempatan untuk bersama dengan Tama maka, lebih baik semua perasaan ini segera hilang.Nada tersiksa dan tidak sanggup lagi terbelenggu rindu yang kian semakin menjadi-jadi.Namun, jika memang kesempatan untuk bersama itu ada. Maka, Nada ingin semuanya berlalu dengan cepat.Dirinya sudah sangat menyayangi Tama, tidak ingin terpisah walaupun hanya sekejap saja.Nada benar-benar bingung dengan keadaan ini, sudah beberapa hari ini Tama menghilang begitu saja.Bahkan tidak bisa dihubungi sama sekali, membuatnya bertanya-tanya apakah yang terjadi p
Tidak ingin membuat Nada salah paham Tama pun segera menyusul Nada."Mas Tama!" Keyla benar-benar merasa kesal setelah diacuhkan begitu saja, rasanya begitu memalukan apa lagi di saksikan oleh banyak orang.Sementara apa itu menjadi masalah untuk Tama? Tentu saja tidak."Nada!" Tama pun berusaha untuk berlari keluar menyusul Nada sebelum pergi.Tapi sayangnya taxi yang ditumpangi oleh Nada sudah melesat dengan secepat mungkin.Tama pun segera menuju mobilnya, memacunya di jalan raya.Mencoba untuk menghadang taxi yang ditumpangi oleh Nada.Tidak perduli berapa kecepatan mobil yang dikendarainya akhirnya Tama pun menghadang taxi di depannya.Cit!Taxi tersebut berhenti mendadak, membuat Nada terhuyung ke depan.Hingga sesaat kemudian Tama pun menariknya keluar dari taxi yang di tumpanginya."Lepas!" Nada menolak untuk dibawa pergi oleh Tama, rasa kesalnya masih begitu luar biasa.Sehingga keputusannya sudah bulat untuk melupakan Tama untuk selamanya."Ikut!""Apaan sih!"Tama tidak perd
Perasaan Nada saat ini benar-benar campur aduk, dirinya sendiri bingung apakah benar Tama mencintanya atau tidak, sebab dirinya yang menunggu diperjuangkan ternyata hanya diabaikan saja."Mas, serius sayang sama Nada?" "Kenapa kamu tidak percaya?" Nada menarik napas, rasanya tidak ingin berbicara lebih panjang lagi. Perasaannya kini hanya sedang ingin diyakinkan, bukan dijawab dengan sejuta pertanyaan kembali."Mas, sayang sama kamu. Mas, hanya sedang ingin membuktikan bahwa kamu benar-benar siap untuk hidup bersama Mas atau hanya sekedar bermain-main saja," tangan Tama menggenggam erat jemari tangan Nada, rasanya tidak ingin melepaskan sama sekali.Menggenggam dengan semakin erat membuat dirinya menjadi lebih tenang dan juga lebih baik, segala rasa gundah sirna dengan begitu mudahnya.Cinta memang bertahta dengan segala kebenarannya, sehingga tidak bisa untuk di singkirkan dari relung hati yang sudah nyaman dengan posisinya.Namun, bagaimana jika cinta tetap saja tidak dapat menyat
"Tidak sama sekali, ini bukan menantang. Hanya sedang mengatakan sebuah kebenaran."Tidak ada rasa takut sama sekali, yang ada Tama hanya berusaha untuk tetap menghargai orang tua Nada.Sebab, seperti apapun kerasnya Adam, Tama tidak akan bisa menikahinya Nada jika tidak dengan restu.Tama di besarkan oleh seorang wanita hebat, menghargai adalah sebuah keharusan.Contohnya seperti saat ini, apakah Tama tega membawa pergi Nada padahal orang yang melahirkan dan membesarkan Nada tidak mengijinkannya?Tidak, Tama tidak akan mau merebut dengan paksa, meskipun tahu Nada tidak akan menolak jika diajak pergi dengannya."Kau menantang ku bajingan!" Buk!Adam pun langsung melayangkan bogem mentah, dirinya masih sangat berapi-api saat melihat Nada kembali bersama Tama di malam yang larut ini.Lantas bagaimana dengan Tama setelah mendapatkan sedikit buah tangan dari Adam?Diam tanpa perlawanan sama sekali, apa yang bisa dilakukannya saat ini selain menerima saja.Tujuannya hanya satu, mendapatka
"Kenapa kamu mencintainya?" Tanya Sarah.Oma Sarah selama ini hanya menyaksikan saja, seakan menjadi penonton diantara mereka yang tengah terlibat ketegangan.Namun, pada malam ini dirinya mendatangi kamar cucunya itu dan bertanya secara langsung.Sebenarnya disini hatinya merasa iba akan cucunya yang mencintai seorang duda."Oma," Nada pun memeluk Sarah dengan eratnya, dirinya tidak tahu harus memeluk siapa selain Omanya tersebut.Semuanya benar-benar begitu menentang hubungannya dengan Tama, sehingga tidak ada satupun yang bisa dijadikan sebagai teman berbicara.Sarah mengusap kepala Nada, dirinya tahu cucunya itu sedang butuh seseorang untuk bersandar."Kamu sangat mencintainya?" Tanya Sarah tiba-tiba.Nada terdiam sejenak, namun anggukan kepala cukup menjadi jawaban yang meyakinkan."Kenapa?" Tanya Sarah lagi."Nggak tahu Oma, tapi Nada sayang sama dia," hati memang tidak dapat berbohong, meskipun hubungan ini dipenuhi dengan penentangan dari orang tua.Andai saja bisa, Nada juga
"Kamu jahat Mas, dia anakku! Kenapa kamu menamparnya, kemudian mengusirnya!" Kinanti pun berteriak histeris, karena Nada benar-benar pergi bahkan ditengah malam begini.Semuanya seakan begitu rumit, tanpa ada jalan keluarnya.Bahkan seakan tidak ada yang mau mengalah sama sekali.Sampai kapan ini akan terjadi."Sudahlah, dia sudah berani kurang ajar pada orang tuanya!" Adam pun segera masuk ke dalam kamarnya.Pikirannya benar-benar kacau karena memikirkan Nada yang sudah pergi dari rumah.Sementara Kinanti masih menangis di depan pintu kamar putrinya.Oma Sarah pun menghampirinya, mencoba untuk membuat keadaan lebih tenang."Ma, Nada pergi," kata Kinanti dengan berlinang air mata."Semua akan baik-baik saja, biarkan dulu dia pergi.""Tapi ini sudah malam," kata Kinanti lagi, "bagaimana kalau terjadi sesuatu hal yang buruk padanya."Sebagai seorang ibu pastinya Kinanti sangat mengkhawatirkan putrinya, apa lagi tengah malam begini."Tidak usah terlalu banyak berpikir buruk, Adam tidak m