"Om, seharusnya Om tahu gimana rasanya jatuh cinta, Om pernah muda dong?" Tanya Nada.Tama diam saja melihat bibir Nada yang komat kamit tidak jelas, dan malah mendadak membuatnya merasa gemas.Entah apa yang dikatakan oleh wanita tersebut, yang jelas Tama hanya perduli pada bibir itu.Bibir yang seakan menantang tanpa rasa bersalah sama sekali."Pasti pernah 'kan?" Nada yang bertanya tapi dia juga yang menjawab pertanyaan tersebut.Kemudian lanjut mengomel tanpa jeda sama sekali.Sebab Nada sangat ingin membuang Tama dari muka bumi ini.Atau paling tidak sampai mereka tidak akan pernah bertemu lagi, karena bertemu dengan Tama adalah kesialan yang hakiki."Kalau Om jadi Nada gimana? Sedih dong! Pantes saja Om jadi duda, kelakuan Om memang sangat menjengkelkan!" "Lalu?" Tanya Tama dengan santainya, percayalah saat ini tidak perduli dengan apa yang diucapkan oleh Nada.Tama memilih hanya fokus melihat bibir Nada yang sangat menggemaskan tersebut.Mendadak ingin membuat bibir itu menjad
"Dengar nggak sih!" Sulit sekali bagi Nada untuk berbicara dengan seorang Tama.Selain karena sulit mendapatkan jawaban benar, sulit juga untuk dimengerti mengapa lelaki aneh itu suka senyum-senyum sendiri tanpa alasan yang jelas.Padahal menurut Nada tidak ada yang lucu sama sekali.Tetapi malah laki-laki aneh itu lagi-lagi tersenyum melihatnya marah."Om, dari pada gila. Mendingan beliin Nada eskrim," Nada pun membentuk tangannya sedemikian rupa sehingga terlihat seperti seseorang yang bersiap-siap menembak sesuatu.Sesuai arah yang ditunjuk, yaitu penjual es krim yang tak jauh dari penjual bakso dimana barusan keduanya menikmati bakso sederhana namun begitu nikmat.Tama seperti seorang yang sedang mengasuh seorangpun anak kecil.Nada adalah anak kecil dadakan yang mendadak membuatnya menjadi pengasuh dadakan pula."Om, beli es krim!" "Ya."Dengan segera Nada pun berlari menuju penjual es krim, tak disangka ternyata si penjual begitu tampan membuat mata Nada tak mampu berkedip sed
"Om, tolongin!"Akhirnya Tama pun mengulurkan tangannya pada Nada, namun sesaat Nada menerima uluran tangan Tama.Dengan sengaja Tama melepasnya kembali, hingga Nada pun kembali kehilangan keseimbangan.Namun, kali ini Nada mencengkram erat jas Tama. Sehingga Nada tidak terjatuh malah berayun.Dengan refleks tangan Tama melingkar pada pinggang Nada, membuatnya condong pada wanita tersebut.Tama pun sejenak terdiam menatap wajah Nada dari jarak yang begitu dekat.Lagi-lagi wajah Nada mampu membius dirinya, tatapan mata Nada benar-benar memancarkan cahaya yang meneduhkan hati.Tanpa sadar Tama pun memajukan wajahnya dan mencium bibir Nada."Om!" Pekik Nada.Membuat Tama tersadar dari apa yang barusan dilakukannya.Sial!Tama menyadari sebuah kesalahan yang terjadi dengan begitu saja.Tidak!Tama tidak mau jatuh hati pada seorang bocah bau kencur. Harus bisa mempertahankan apa yang sudah menjadi ketetapan yang selama ini sudah berjalan lama.Tetapi, Tama pun tahu Nada hanyalah sebuah mai
Baru saja Nada keluar tetapi Tama sudah merasa tidak nyaman, padahal Nada baik-baik saja di luar sana.Walaupun sedikit kebingungan saat ini."Ya ampun, mana uang ku nggak ada," Nada pun mengusap wajahnya, karena saat dari rumah keluar bersama Tama tanpa membawa uang sama sekali."Nada," sebuah sepeda motor pun berhenti tepat di depannya, ternyata Rifki yang menyapanya.Siapa itu Rifki?Seorang Kakak senior di kampus yang menjadi idaman para mahasiswa.Dan kini malah menyapa dirinya, ini sangat membahagiakan sekali."Aku bersyukur putus dengan Rendy, karena ada Rifki untuk selanjutnya," batin Nada.Nada gadis periang yang tidak pernah galau dalam waktu yang lama mendadak kembali tersenyum penuh kebahagiaan.Awalnya sempat berpikir jika menjadi jomblo dalam waktu hitungan detik setelah resmi adalah sebuah hal yang menyakitkan.Pada kenyataannya tidak demikian, karena kini mendadak bersyukur setelah putus."Hey!" Rifki pun menyadarkan Nada dari lamuannya."Iya?" Tanya Nada dengan senyum
Tama menerima laporan dari orang suruhannya jika Nada saat ini berada di rumah keluarga Adam Agatha Sanjaya, yang tak lain adalah rumah Fikri salah seorang sahabatnya.Tama terdiam dan memikirkan sesuatu, hingga akhirnya dirinya pun menghubungi Nada.Padahal Nada sedang bahagia bersama dengan kedua orang tuanya, bahkan sedang menunggu dua orang yang sangat dicintainya tersebut untuk menikmati telor dadar buatannya."Jawab dulu, siapa tahu penting," kata Kinanti saat mendengar suara ponsel Nada terus saja berbunyi."Ya udah, bentar ya Bunda," Nada mencari tempat aman terlebih dahulu untuk menerima panggilan telpon dari Tama.Karena Nada tidak mau ada yang mendengar pembicaraan mereka.Setelah dipastikan aman, barulah Nada menerimanya."Apa, duda lapuk! Dasar pengganggu!" Nada langsung saja menjawab dengan kekesalan, karena menghubungi saat tidak tepat waktu.Tama diseberang sana tidak perduli, saat ini hanya ingin bertanya dimana keberadaan Nada.Membuktikan apakah wanita itu berbohong
Tama langsung saja pergi tanpa perduli lagi pada pertanyaan Nada, karena Tama sudah tahu jika Fikri adalah majikan Sumi yang tak lain adalah Ibu dari Nada.Setahu Tama, Nada adalah anak dari Sumi. Tanpa di ketahui ada sesuatu hal yang sebenarnya yang jauh lebih mengejutkan. Bahkan diluar akal sehat Tama."Om!" Nada pun berseru saat Tama malah pergi tanpa menjawab pertanyaan terlebih dahulu.Sepanjang perjalanan menuju rumah bibir Nada terus saja komat-kamit tidak jelas menurut Tama.Tapi lain halnya dengan Nada, karena dirinya yang tengah menikmati lagu kesukaannya.Berikut dengan suara gendang dan suling semakin membuatnya menjadi lebih bahagia.Hingga akhirnya Nada pun sampai di rumah, tanpa berbicara sama sekali langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.Tak perduli pada Tama yang sudah mentraktir makan malamnya."Mana?" Tanya Sarah saat Nada baru saja sampai di rumah."Apanya?" Baru saja Nada sampai tetapi Sarah sudah bertanya, bahkan bertanya tanpa jelas tentunya hanya
Tama menuruni anak tangga, lengkap dengan pakaian kantornya karena hari ini ada rapat yang begitu penting.Sesampainya di meja makan ternyata semua sudah berada di sana.Tak terkecuali Nada yang ternyata sudah sampai lebih awal dari biasanya."Hay Om," sapa Nada dengan suara nyarinya.Sedangkan Tama hanya diam saja, bahkan tak merespon sama sekali.Memilih untuk duduk di kursi meja makan dan memulai sarapan pagi lebih baik, setelah itu harus segera berangkat ke kantor.Banyak hal yang jauh lebih penting, yang harus dilakukan oleh Tama. Dari pada hal lainnya, termasuk Nada."Om, kartu Kreditnya kapan Nada balikin? Nada belum sempat mengunakannya, karena hari ini Nada sama Tante Mira ke sekolah," kata Nada.Mira terkejut mendengarnya, bahkan sampai kartu kredit milik Tama saja ada pada Nada."Terserah pada mu saja!" Kata Tama, tidak mempermasalahkan sama sekali.Nada pun mangguk-mangguk seperti anak kecil, tapi paling tidak dirinya masih memiliki waktu untuk berbelanja menggunakan kartu
Malam semakin larut, Tama merasa semakin tidak nyaman. Sebab, sampai saat ini juga belum dapat terlelap dalam mimpi indah.Pikirannya hanya ada Nada dan Nada, hingga akhirnya Tama pun membuka ponsel.Melihat aplikasi berwarna hijau dan mencari kontak Nada.Tetapi sesaat kemudian Tama pun meletakkan ponselnya kembali pada meja.Sebab tak ingin membuat bocah ingusan itu percaya diri karena dirinya yang menghubungi."Ada apa dengan ku? Kenapa mendadak aku rindu? Rindu?" Tama pun menyadari kata konyol yang di katakan oleh bibirnya sendiri.Rindu? Mungkinkan Tama merindukan Nada, hingga lagi-lagi ucapan Mira yang memberikan sebuah peringatan terngiang-ngiang di benaknya."Ingat Tama, anak kecil pun suka dengan mainan. Karena terlalu suka, sampai suatu ketika mainan itu hilang, dia menangis. Begitu pun dengan kamu, mainan mu itu hati. Jika dia pergi kamu terluka lagi. Dan, perbedaannya, anak kecil menangis mengeluarkan suara keras, sedangkan kamu menangis tanpa suara!" Kata-kata itu terus