Tama langsung saja pergi tanpa perduli lagi pada pertanyaan Nada, karena Tama sudah tahu jika Fikri adalah majikan Sumi yang tak lain adalah Ibu dari Nada.Setahu Tama, Nada adalah anak dari Sumi. Tanpa di ketahui ada sesuatu hal yang sebenarnya yang jauh lebih mengejutkan. Bahkan diluar akal sehat Tama."Om!" Nada pun berseru saat Tama malah pergi tanpa menjawab pertanyaan terlebih dahulu.Sepanjang perjalanan menuju rumah bibir Nada terus saja komat-kamit tidak jelas menurut Tama.Tapi lain halnya dengan Nada, karena dirinya yang tengah menikmati lagu kesukaannya.Berikut dengan suara gendang dan suling semakin membuatnya menjadi lebih bahagia.Hingga akhirnya Nada pun sampai di rumah, tanpa berbicara sama sekali langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.Tak perduli pada Tama yang sudah mentraktir makan malamnya."Mana?" Tanya Sarah saat Nada baru saja sampai di rumah."Apanya?" Baru saja Nada sampai tetapi Sarah sudah bertanya, bahkan bertanya tanpa jelas tentunya hanya
Tama menuruni anak tangga, lengkap dengan pakaian kantornya karena hari ini ada rapat yang begitu penting.Sesampainya di meja makan ternyata semua sudah berada di sana.Tak terkecuali Nada yang ternyata sudah sampai lebih awal dari biasanya."Hay Om," sapa Nada dengan suara nyarinya.Sedangkan Tama hanya diam saja, bahkan tak merespon sama sekali.Memilih untuk duduk di kursi meja makan dan memulai sarapan pagi lebih baik, setelah itu harus segera berangkat ke kantor.Banyak hal yang jauh lebih penting, yang harus dilakukan oleh Tama. Dari pada hal lainnya, termasuk Nada."Om, kartu Kreditnya kapan Nada balikin? Nada belum sempat mengunakannya, karena hari ini Nada sama Tante Mira ke sekolah," kata Nada.Mira terkejut mendengarnya, bahkan sampai kartu kredit milik Tama saja ada pada Nada."Terserah pada mu saja!" Kata Tama, tidak mempermasalahkan sama sekali.Nada pun mangguk-mangguk seperti anak kecil, tapi paling tidak dirinya masih memiliki waktu untuk berbelanja menggunakan kartu
Malam semakin larut, Tama merasa semakin tidak nyaman. Sebab, sampai saat ini juga belum dapat terlelap dalam mimpi indah.Pikirannya hanya ada Nada dan Nada, hingga akhirnya Tama pun membuka ponsel.Melihat aplikasi berwarna hijau dan mencari kontak Nada.Tetapi sesaat kemudian Tama pun meletakkan ponselnya kembali pada meja.Sebab tak ingin membuat bocah ingusan itu percaya diri karena dirinya yang menghubungi."Ada apa dengan ku? Kenapa mendadak aku rindu? Rindu?" Tama pun menyadari kata konyol yang di katakan oleh bibirnya sendiri.Rindu? Mungkinkan Tama merindukan Nada, hingga lagi-lagi ucapan Mira yang memberikan sebuah peringatan terngiang-ngiang di benaknya."Ingat Tama, anak kecil pun suka dengan mainan. Karena terlalu suka, sampai suatu ketika mainan itu hilang, dia menangis. Begitu pun dengan kamu, mainan mu itu hati. Jika dia pergi kamu terluka lagi. Dan, perbedaannya, anak kecil menangis mengeluarkan suara keras, sedangkan kamu menangis tanpa suara!" Kata-kata itu terus
Pagi-pagi sekali Tama langsung bangun, membereskan semua pekerjaan secepat mungkin. Hingga, pada siang harinya sudah kembali ke rumah.Sesampainya di rumah Tama langsung menuju kamarnya, tanpa sengaja malah melihat Nada dari jendela kamar.Nada sedang berada di kolam renang, menggunakan pakaian renang cukup tertutup.Berbagai macam gaya dilakukannya, mulai dari pemanasan sampai seakan-akan meloncat ke dalam kolam renang.Namun pada akhirnya tetap saja bocah itu menuruni anak tangga dan mencoba untuk berenang dengan menggunakan pelampung berwarna pink.Bibir Tama tertarik pada masing-masing sudutnya."Dasar bocah aneh."Entahlah.Tama masih tak mengerti dengan perasaannya saat ini.Mungkinkah ini cinta atau hanya sebatas keinginan untuk menikmati sejenak saja.Namun tiba-tiba Tama melihat keanehan, pelampung yang digunakan oleh Nada mendadak terlepas, sepertinya wanita itu sedang kesulitan untuk bergerak di dalam air sana."Apa itu juga gaya terbarunya?" Tama pun bertanya-tanya dalam k
Hari-hari terus berlalu, bahkan terhitung Nada sudah 15 hari bekerja untuk Mira di rumahnya.Artinya hanya menunggu 15 hari lagi, setelah itu Nada pun terbebas dari segala perjanjian dengan Tama.Tetapi akhir-akhir ini Tama merasa semakin tidak bisa berdekatan dengan Nada.Karena hari-hari Nada berada di sekolah bersama dengan Mira, apa lagi sudah menjadi guru tetap di sekolah.Artinya jika pun sudah tak bekerja untuk Tama maupun Mira, tetap mengajar di sekolah.Ditambah lagi beberapa hari ini yang mengantarkan Nada ke sekolah setelah Mira adalah Handoko.Rasanya kesal sekali, mengapa Papanya itu tidak meminta dirinya yang menggantikan seperti beberapa hari yang lalu.Bahkan Nada saja kini selalu menolaknya saat akan mengantarkan pulang, bahkan Nada menolak untuk dijemput.Lihat saja pagi ini, padahal Tama sudah membawa mobil mewahnya.Tetapi Nada lebih memilih lelaki dengan sepeda motornya yang menunggu di depan rumah.Hingga Tama hanya bisa mendesus saja, sampai akhirnya Tama pun ta
Tatapan tajam Tama tertuju pada seorang bocah ingusan yang cukup membuatnya menjadi hampir gila.Gila karena terus saja memikirkan wajah Nada yang mendadak menjadi peneror dalam setiap detiknya.Kali ini wanita itu harus bertanggung jawab, karena sudah lancang membuatnya menderita dengan menghadirkannya rasa rindu yang begitu luar biasa, sehingga tidak dapat terbendung lagi.Setelah beberapa hari ini Tama terus saja tersiksa, mencoba untuk tidak perduli dan juga tidak bertemu dengan Nada ternyata hanyalah menyiksa diri sendiri.Lihatlah bocah nakal itu, tersenyum dengan manisnya pada seorang bocah juga.Meskipun demikian tetap saja Tama akan berusaha untuk mendapatkan.Tekat benar-benar sudah bulat, siapapun yang menghalangi tak akan bisa menghentikan seorang Tama yang ingin memiliki Nada.Andai saja wanita itu tahu seperti apa tersiksanya menahan rindu, mungkin saja tidak akan melakukan ini.Maka dari itu wanita yang bernama Nada itu harus di ingatkan, agar tidak lagi berbuat kesalah
Awalnya Nada memang ter-batuk-batuk karena shock, tetapi mendadak saat ini dirinya tertawa terbahak-bahak sambil melihat wajah Tama.Bagaimana tidak tertawa, apa yang dikatakan oleh Tama sangatlah gila.Apakah pria tua itu sedang mengigau sehingga bisa berkata dengan demikian.Menikahinya?Aneh sekali.Sejenak Nada berpikir jika Tama bukan hanya hanya seorang duda lapuk, tetapi juga duda gila. Atau memang gila karena menjadi duda lapuk selama bertahun-tahun lamanya. Bahkan sampai membuat otaknya bergesar."Om, kalau becanda ternyata lucu juga ya. Baru tahu kalau Om, bisa juga bercandaannya," kata Nada diselingi tawa kecil yang masih keluar dari mulutnya.Sungguh melihat wajah Tama mendadak mengocok perutnya.Padahal tidak ada yang lucu, semuanya terjadi karena adanya perkataan Tama yang ingin menikahinya.Sedangkan Tama hanya melihat Nada dengan datar, melihat ekspresi wajah Nada dirinya menyimpulkan bahwa tak ada rasa ketertarikan yang dimiliki bocah ingusan di hadapannya itu terhad
Pagi ini hujan rintik-rintik yang turun membasahi bumi. Cuaca cukup mendung dan juga di dingin.Tetapi tidak dengan Tama.Wajahnya begitu berbinar, karena apa?Tentunya karena akan berpergian bersama dengan Nada.Tetapi saat berhenti di lampu merah, tanpa sengaja Tama melihat seseorang.Seorang anak bau kencur yang disebut Nada sebagai kekasihnya.Tapi tunggu dulu, mengapa ada seorang wanita yang diboncengnya. Bahkan begitu mesra."Itu, Selin bukan?" Tama cukup mengenali Selin, sebab wanita tersebut sudah bekerja dengan dirinya selama beberapa tahun ini.Menjadi sekretaris yang cukup baik dan juga bisa diandalkan dalam berbagai hal.Dengan segera Tama pun mengarahkan kamera ponsel, mengambil sebuah gambar. Sebetulnya Tama tidak pernah perduli pada hal seperti ini.Namun, tidak dengan kali ini.Karena menyangkut tentang Nada, seorang yang mampu membuatnya tertarik dan merasakan sebuah kenyamanan.Lagi pula foto tersebut bisa menjadi bukti, jika pria itu menduakan Nada.Tama akan lebih