Malam harinya acara pertunangan pun benar di laksanakan, Jarma pun segera kembali dari luar kota saat mengetahui berita tak menyenangkan.Ada kemarahan di matanya atas perbuatan putrinya yang di tangkap warga, akan tetapi sudah terlanjur terjadi. Menikahkan putrinya adalah keputusan terbaik."Renata, aku nggak ngapa-ngapain sama dia," Serena memeluk Kakak iparnya dengan sekencang mungkin.Kakak iparnya itu langsung datang ke rumah mertuanya saat Mala sendiri yang memintanya, Mala adalah Ibu mertua atau ibu kandung dari Zidan, dirinya cukup menyayangi serta menghargai Renata sebagai bagian dari anggota keluarga.Renata pun hanya bisa memeluk Serena, memberikan kekuatan pada iparnya tersebut. Sesekali tangannya mengusap punggung Serena.Begitu juga dengan Kinanti, bahkan dirinya terus menunggui Serena sejak siang tadi."Kinan, kamu percaya 'kan? Aku nggak ngapa-ngapain!" Kinanti pun mengangguk, bagaimana bisa mereka melakukan hal gila sedangkan rukun saja tak pernah bisa."Tante Mala pu
Berkorban?"Kinanti tak sengaja mendengar apa yang dikatakan oleh Adam."Maksudnya bagaimana? Berkorban-" Kinanti menutup mulut mengingat saat itu Renata mendatangi rumah nya dan mengatakan sudah bahagia bersama Zidan.Flashback on."Aku mohon kembali pada Adam, dia bisa gila tanpa mu Kinanti."Sudah berulangkali memohon tetapi hati Kinanti masih sekeras batu, sampai saat ini pun belum ada keinginan kembali pada Adam. Sedangkan Adam semakin terpuruk membuat Renata semakin merasa bersalah."Aku tidak.akan kembali padanya!""Kenapa?""Aku tidak akan bisa bahagia di atas penderita wanita lain!""Bagaimana dengan Adam?""Kalau kamu bahagia, mungkin aku akan kembali padanya."Flashback off.Kinanti tersadar atas apa yang terjadi, tak lama setelah itu Renata kembali datang dan memberitahu tentang pernikahannya dengan Zidan.Terbilang cukup dadakan sehingga, seperti sebuah bom waktu yang meledak, hingga membuat shock tak percaya. Tapi pada kenyataannya Serena juga menjadi saksi atas pernikah
Malam pun semakin larut, ketika semua anggota keluarga sudah tidur di kamarnya tapi, tidak dengan Renata.Dirinya hanya diam duduk di sofa, memainkan ponselnya untuk menemani malamnya.Tiba-tiba Mala keluar dari kamarnya, tanpa sengaja matanya melihat Renata yang duduk di sofa. Lebih tepatnya ruang keluarga, tepat berhadapan di depan kamar Mala.Rasa penasaran begitu terasa, banyak pertanyaan di kepalanya. Seketika dengan cepat dirinya melangkah cepat ke arah Renata."Renata."Renata tersadar, segera menatap ke depan dan melihat Mama mertuanya berdiri di hadapan. Dengan segera Renata berdiri."Kenapa kamu tidak istirahat?" Mala menunjuk jam dinding, "ini sudah larut, sudah melewati jam dua belas."Renata pun mengangguk, tapi tahukah Mala jika barusan dirinya sudah menuju kamar Zidan. Akan tetapi tak dapat masuk sebab, pintu kamar yang terkunci.Dirinya tak berani mengetuk pintu, mengingat hubungan keduanya tak baik-baik saja."Kenapa diam?" Mala semakin geram pada Renata, menurutnya a
Segera membuatkan kopi dan membawanya menuju ruang tamu, menghidangkan dengan perlahan di bantu Kinanti juga mengambil cangkir dari atas nampan yang di bawa Renata."Kamu mau ke mana? Duduk di sini sama kita," pinta Kinanti sambil menunjuk sofa yang kosong."Aku ke dapur aja, aku mau masak," tolak Renata. Membuat Kinanti mengangguk lemah, akhirnya Renata pun kembali ke dapur."Aku ke sini mau meminta persyaratan untuk mengajukan nikah" ujar Bayu pada Serena.Serena memilih meneguk kopi buatan Renata dari pada membahas tentang pernikahannya dengan Bayu."Serena, Bayu minta berkas kamu!" Mala menepuk pundak Serena, kesal sekali dengan putrinya tersebut yang selalu acuh pada Bayu."CK! Tunggu di sini!" Serena bangun dari duduknya, dengan malas dirinya menuju kamar mengambil data dirinya.Sampai di kamar dirinya terus mengoceh tak jelas, terlalu menjengkelkan harus menikah dengan musuh bebuyutan nya tersebut."Azab ini sangat perih," gumam Serena sambil membawa map di tangannya.Sesaat ke
"Aku tahu, aku pernah melakukan kesalahan-""Bagus kalau kau sadar!" Timpal Zidan dengan cepat."Tapi aku juga manusia biasa, aku bisa khilaf dan bisa berubah 'kan? Tolong beri aku kesempatan," lirih Renata.Zidan tersenyum miring menetap Renata."Awalnya kamu bersama Adam. Setelah Adam pergi kamu bersama ku dan Adam kembali kamu meninggalkan aku, membuang ku begitu saja. Sekarang kamu berkorban untuk Adam juga, menikah dengan ku untuk membuat Adam bahagia bersama dengan Kinanti! Kau pikir pakai otak," Zidan menunjuk kepala Renata, "pernah tidak kau berpikir tentang perasaan ku? Di otak mu hanya Adam! Lalu bagaimana dengan aku?!" Bentak Zidan.Kedua kalinya Zidan membentak Renata, semua benar-benar berbeda setelah banyaknya masalah terjadi. Sampai hari ini pun Renata dan Zidan seakan asing tak mengenali masing-masingnya."Sekarang aku harus apa Zidan, aku juga ingin bahagia seperti impian ku-""Impian mu bukan aku!" Zidan menaikkan nada bicaranya satu oktaf, meluapkan rasa kesal di ha
Akhirnya kini Serena sudah benar-benar menjadi pengasuh Fikri, hari pertama bekerja harus bersemangat apa lagi dengan gaji yang lumayan besar.Cukup besar.Sangat besar.Belanja tas, baju, sepatu, yang jelas berpoya-poya. Lupakan tentang Bayu seorang pria yang sangat di bencinya itu sejenak."Fikri mau main apa sama Tante Serena, eh...... Manggilnya Seca aja deh," kata Serena berbicara pada Fikri yang duduk di pangkuan.Bermain di ruang keluarga, duduk lesehan di atas karpet berbulu tebal agar Fikri leluasa untuk bergerak tanpa takut terluka dan berbagai hal."Apaan Seca?" Tanya Kinanti penasaran."Serena Cantik.""Lebih bagus Seba kali Ren!" Serena menatap Kinanti dengan otaknya yang mulai berpikir keras."Apaan tuh?" "Serena Bayu!""Brengsek!" Kinanti benar-benar membuatnya kesal bukan main."Ahahahhaha..........." Kinanti tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal Serena."Lanjutin aja asal kamu bahagia!""Bahagia banget!"Serena memilih bermain bersama dengan Fikri dari pada me
"Huuueekkk........ Hueekkkk........" Adam muntah-muntah merasa merasa jijik pada banci tersebut.Belum lagi sentuhan tangan pada lengannya membuat Adam jijik pada dirinya sendiri."Mas, mau pulang atau mau ikut Kinan belanja?" Adam menatap Kinanti dengan kesal, banyak sekali pria yang menatap istrinya. "Itu sayurnya segar sekali," Kinanti melihat banyak sayuran dan mulai memilihnya, "Harganya berapa Bu?""Wah, Masnya tampan sekali. Gratis Mbak ambil aja!" Penjual tersebut terus menatap Adam tanpa jeda."Kalau begini caranya Kinan tidak harus keluar uang setiap berbelanja, lagian juga Mas nggak ngasih uang sih," gerutu Kinanti.Segera Adam mengambil dompetnya, memberikan semua uang si dompetnya pada Kinanti."Dari tadi kek," Kinanti tersenyum bahagia, wanita mana yang di beri uang oleh suaminya tak bahagia.Ada?Kalau yang bilang bahagia juga munafik!"Mbak nggak usah pakai uang, ambil aja gratis. Saya cuman mau peluk Masnya!"Dengan bobot besarnya wanita tersebut meloncati sayuranny
Setelah siang berlalu maka malam pun menjelma.Artinya ini adalah waktunya untuk beristirahat, begitu juga dengan Serena.Dirinya tak di ijinkan menginap di kediaman Kinanti, setelah kejadian warga memergokinya bersama Bayu beberapa hari yang lalu.Sumpah serapah terus keluar dari mulut Serena, kebebasan yang hakiki kini tinggal kenangan. Mala benar-benar bersikap keras padanya tanpa ampun.Sialnya lagi sepeda motornya mogok, padahal waktu tempuh menuju rumah masih memerlukan waktu sekitar 30 Menit."Sejak bertemu dia aku memang selalu sial," berulang kali Serena menendang ban sepeda motor matic nya.Jika saja menginap di rumah Kinanti, saat ini dirinya sudah bobo cantik ala-ala putri Cinderella.Lupakan soal bobo cantik, kini matanya kembali menatap motor matic nya dan harus berpikir siapa akanmenolongnya.Awalnya memilih menggunakan sepeda motor dari pada mobil, alasan utama adalah macetnya Jakarta.Tapi, siapa sangka ternyata ada cara sama membuatnya kesal bukan kepalang."Bukannya