Adam pulang dalam keadaan kusut, wajahnya terlihat lelah. Bahkan, tidak memiliki gairah hidup.Anehnya lagi bukan pulang ke apartemen di mana kini dirinya dan Renata menetap, melainkan kembali ke rumah kedua orang tuanya.Sarah tanpa sengaja melewati ruang keluarga tetapi, malah melihat Adam duduk di sofa dengan menadahkan wajah nya.Seketika melihat jam dinding, Sarah merasa sudah cukup larut. Bahkan jam menunjukkan pukul 03 : 00. Mungkin tepatnya sudah subuh.Tidak ingin terus penasaran, Sarah mendekati Adam, ingin bertanya alasan tentang apa yang terjadi pada putranya tersebut."Adam. Kamu di sini? Renata mana?" Sarah tak melihat Renata hingga semakin menimbulkan tanda tanya, atau mungkin juga berada di kamar Adam di lantai dua.Sarah tidak ingin berburuk sangka, hanya saja masih penasaran dengan keadaan putranya yang kini terlihat sangat kusut.Adam sejenak menatap Sarah, sedetik kemudian mengusap wajahnya dengan kasar."Kamu nggak ribut sama Renata, kan?"Sarah duduk di samping A
Di sisi lainnya Zidan tak dapat terlelap dalam tidur, bahkan hingga pagi menjelma. Sejak mengetahui segala kebenaran membuatnya merasa bersalah.Wajah Kinanti yang malang terus menghantuinya, semua terjadi karena, dirinya. Zidan tidak menampik kebenaran semua itu."Andai saja aku tidak marah, tidak memasukkan obat perangsang itu. Semua tidak akan terjadi, Kinanti tidak akan terseret dalam penderitaan yang begitu dalam," Zidan mengusap wajahnya, merasa menjadi manusia paling jahat.Jika semua bisa diulang kembali maka, Zidan tidak akan melakukan hal bodoh tersebut.Padahal kecewa pada Renata yang lebih memilih Adam dari pada dirinya, hingga gelap mata dan berbuat jahat pada sahabatnya sendiri.Semua tinggal penyesalan yang tak mungkin bisa di ubah, kini kedepannya mungkin yang di lakukan oleh Zidan adalah membuat Kinanti bahagia.Sebagai bentuk penebusan dosa.Zidan berjanji pada dirinya akan menebus semua dosa itu dengan membahagiakan Kinanti, tak perduli Kinanti adalah seorang janda
"Kamu nggak papa, kan?" Zidan merasa semua harus di luruskan, mengingat dirinya akan semakin bersalah jika tidak mengatakan segala kebenaran pada Kinanti."Kinanti, bisa aku berbicara?"Dengan ragu Zidan menatap wajah Kinanti. Tetapi, lagi-lagi ingin mengakui jika dirinya adalah penyebab utama dari permasalahan yang terjadi."Tidak usah sekarang Dok, saya ingin sendiri dulu.""Tidak bisa, kamu harus mendengarkan aku."Kinanti sejenak diam menimbang raut wajah Zidan terlihat memohon padanya, hingga akhirnya kembali duduk di kursi sambil memeluk Fikri.Lama Zidan terdiam sambil menatap wajah Kinanti, ada rasa takut tetapi, semua harus di katakan. Lebih baik mengakui kesalahan saat ini, dari pada nantinya Kinanti tahu dari orang lain."Dokter, bisa bicara sekarang? Atau saya masuk "Zidan memegang tangan Kinanti, mencegah agar tidak masuk ke dalam rumah."Semua terjadi karena, aku," kata Zidan dengan susah payah.Kinanti tidak mengerti apa maksud Zidan. Sehingga hanya diam tanpa bicara
"Kandungan istri Anda sangat lemah Dokter Adam, tipis sekali kemungkinannya janin itu bisa bertahan. Apa lagi emosinya yang tidak stabil, stress berat," jelas Dokter yang baru saja memeriksa keadaan Renata.Adam hanya bisa diam sambil menatap wajah Renata yang masih belum sadarkan diri, terbaring di atas brankar rumah sakit.Entah siapa yang membawanya ke rumah sakit, tetapi, Adam tentu sangat berterima kasih pada seseorang tersebut."Saya permisi dulu Dok."Adam mengangguk dan kembali menatap Renata.Mungkin mulai saat ini Adam tak akan pernah lagi mengingat Kinanti, Adam hanya akan fokus pada Renata.Sejenak Adam meyakinkan dirinya bahwa tidak pernah mencintai Kinanti, dan berjanji akan memberikan segala perhatian hanya pada Renata."Adam, aku di mana?" Renata sadarkan diri dan menatap sekitarnya."Kamu di rumah sakit."Adam mendekati Renata dan memeluk Renata dengan erat."Kamu jangan stress lagi, aku janji akan selalu ada buat kamu, asal kamu janji juga terus menjaga anak kita den
Adam kehilangan semangat hidupnya, hatinya benar-benar yakin sudah mencintai Kinanti. Tidak ada lagi cinta untuk Renata, Adam mengakui itu.Ada rasa kecewa begitu dalam. Bahkan, hati bertanya-tanya; Mengapa di saat seorang malaikat hadir di rahim istri malah cinta itu hilang?Bukankah kehamilan Renata adalah sumber kebahagiaan nya?Ya. Tetapi, itu dulu.Dulu, jauh sebelum Kinanti hadir dan memperkenalkan apa itu cinta yang sesungguhnya.Karma seakan datang begitu cepat, dalam hitungan hari saja setelah Kinanti keluar dari hidupnya. Rasa kehilangan itu muncul, sayang semua sudah terlambat.Dulu menghina, mencaci, memaki bahkan, sempat meragukan anaknya sendiri. Kini semua benar-benar berbeda, ada yang hilang bersama dengan perpisahan di hari itu.Lantas mengapa bayangan wajah Kinanti tak ikut menghilang juga.Cinta Adam terlalu menyiksa diri, entah sampai kapan bisa bertahan dalam rindu yang tak kunjung tersampaikan.Menatap dari kejauhan tanpa bisa menyentuh, merangkul dalam mimpi, s
Tanpa sengaja mata Adam melihat Renata yang berdiri di pintu masuk, seketika itu Renata pun melangkah masuk dan duduk di samping Adam."Kenapa menyusul?""Aku lapar, kamu aku tungguin nggak muncul-muncul. Kita makan di sini aja, aku udah lapar banget "Adam mengangguk menyetujui usul Renata, sesaat kemudian makanan yang di pesan olah Adam tiba dan mulai menikmati makan siangnya.Sesekali mata Adam mencuri pandang ke arah Kinanti, sekalipun wanita itu benar-benar tidak menyadari bahwa tengah menjadi pusat perhatian Adam.Renata ter-batuk-batuk hingga Adam mulai beralih menatapnya, memberikan mineral hingga membuat tenggorakan lebih baik.Itu bukan karena, tersedak biasa. Melainkan dengan sengaja agar Adam tidak lagi memperhatikan Kinanti.Sedih rasanya hanya di anggap sebuah pigura, ada di dekat Adam tetapi, tak di anggap ada sama sekali.Sesaat kemudian Kinanti bersama Ilham selesai makan siang, keduanya keluar dari restoran kembali menuju rumah sakit karena, jam istirahat sudah habis.
Hati Renata begitu sakit melihat Adam yang sudah tak lagi mencintainya, masa lalu yang kelam ternyata mampu menghancurkan masa depan yang sudah di bayangkan bersama Adam.Hukuman ini begitu menyakitkan hingga menyayat hati begitu perih, matanya terus menitihkan air mata sambil menatap Zidan, Kinanti dan Adam yang tengah terlibat ketegangan di dalam sana.Renata kini tersadar setelah mendengar pengakuan Zidan, ternyata kebenaran nya adalah bukan Kinanti yang menjebak Adam. Melainkan Zidan dengan alasan sakit hati.Tak ada kata yang mampu menguatkan hati, Renata hanya menangis meninggalkan ruangan Zidan. Melangkah tanpa arah pasti membawa hukuman yang kini terasa sangat menyakitkan.Hingga tersadar sudah cukup jauh berjalan, kakinya mulai terasa sakit dan ia duduk di atas trotoar jalanan.Suara tangisan masih terdengar dari bibirnya, sisa-sisa rasa penyesalan di bawanya pergi.Sedangkan Sarah yang berada di dalam mobil, tanpa sengaja melihat Renata."Pak, mundur. Ada menantu saya," kat
Suara ketukan palu terdengar, dengan arti bahwa Adam dan Renata sudah resmi bercerai.Keduanya duduk saling bersebelahan, sama-sama mendengarkan keputusan cerai yang sudah dikabulkan oleh majelis hakim.Adam bangun dari duduknya begitu juga dengan Renata, sejenak keduanya hening dengan rasa canggung.Sejenak saja keduanya kembali menjadi asing, padahal selama proses perceraian berlangsung keduanya masih tinggal satu atap. Bahkan tidur dengan panjang yang sama.Renata ingin menikmati hari-hari terakhir menjadi istri Adam, setiap malam memeluk Adam tanpa melepas hingga pagi menjelang.Akhirnya hari ini tiba, di mana dirinya hanyalah seorang Mantang, tak memiliki hak apa-apa atas Adam lagi.Hingga akhirnya Adam memeluk Renata tanpa meminta izin kepada Renata terlebih dahulu, keduanya sudah sah bercerai. Semua kini sudah berakhir. Rumah tangga yang di jalani selama satu Tahun lebih harus berakhir dengan perceraian."Aku, minta maaf jika, selama ini tidak bisa menjadi suami yang baik untu