Bab 408. Terhubung
“Kak. Bagaimana? Cerita, dong.” Amelia sudah menghadang di depan pintu. Dia senyum-senyum dengan alis mata yang digerak-gerakkan ke atas.‘Ngeselin!’“Apaan, sih. Anak kecil tidak boleh kepo! Nih, pesenanmu.”Satu kantong berisi makanan pesanannya, aku serahkan. Matanya langsung berbinar dan senyumnya merekah sempurna. Dengan cepat, kantong berpindah tangan. Dia menghidu dalam-dalam sambil memejamkan mata, saat tas berisi makanan dibuka. Aroma pizza dan ayam goreng, menyeruak keras, dan terselip bau coklat pekat dari satu slice chocolate mude cake.‘Dasar Amelia tukang makan. Ingin diet, tapi remnya blong kalau menyangkut makanan,’ gerutukku dalam hati, sambil meneruskan langkah.Bukannya menikmati makanan pesanannya, Amelia justru mengekori aku sambil mencecar pertanyaan. “Tadi ketemu dengan Kak Rima?”“Iya.”“Kak Rima tambah cantik, Kak?”“Hu-um.”“Trus ngapain?”“Ngobrol.”“Cie … cie …. Yang habis ketemuan sama cewek cantik,” ucapnya sambil tertawa.“Apaan, sih, Mel.”“Kok lama b
Leer más