Bab 141. Apa Yang Terjadi?
"Rani, wajahmu masih pucat. Aku tidak memperbolehkanmu puasa!" ucapan Mas Suma tegas, tertanda tidak bisa dibantah."Kamu mau ke mana?" tanyanya ketika aku menurunkan kaki dari tempat tidur."Iya aku tidak puasa, Mas. Aku hanya ingin menyiapkan makan sahur Mas Suma saja," ucapku memandangnya. Aku memejamkan mata, rasanya seperti pandanganku berputar mendera dikepalaku dan lemas sekujur badanku. Aku kenapa? Tidak biasanya seperti ini."Rani, kamu kenapa?" ucap Mas Suma, dia langsung jongkok di depanku, menatap wajahku dengan lekat. "Mas, aku pusing. Sahurnya minta tolong Bik Inah siapkan, ya. Amelia atau Wisnu suruh panggil. Eh iya, mereka tidak ada, ya. Aku saja ...""Stop! Aku bisa urus diriku sendiri. Bik inah aku panggil saja. Kamu tidak usah kawatir.""Tapi Mas Suma?"Mas Suma menggoyangkan kedua telunjuknya di depan wajahku, tanda tidak boleh membantah. Dinaikkan kakiku, dan dibaringkan tubuh ini di ranjang."Sudah, istirahat saja. Atau, aku bikinkan susu?" "Tidak, Mas Suma. Ak
Leer más