Inicio / Romansa / Istri Gelap Tuan Arrogant / Capítulo 121 - Capítulo 130
Todos los capítulos de Istri Gelap Tuan Arrogant: Capítulo 121 - Capítulo 130
674 chapters
Bab 123
Setelah semalam menikah dengan Zidan, pagi ini Renata kembali menemui Kinanti. Meyakinkan bahwa dirinya sudah bahagia dengan pernikahannya kini.Saat Kinanti membuka pintu Renata langsung memeluk Kinanti dengan eratnya, hingga Kinanti terhuyung karena, hampir saja kehilangan keseimbangannya."Kinanti, maaf ya," Renata merasa tak enak hati, ia menjauh sambil tersenyum."Ada apa? Kamu sepertinya bahagia sekali," Kinanti dapat melihat raut wajah Renata yang memancarkan kebahagian.Keduanya sudah bersahabat, tak ada lagi kecanggungan untuk bercerita bersama. Sejak saat Renata meminta maaf dan meminta berteman, Kinanti pun menerima keinginan baik Renata.Hingga kini keduanya semakin akrab, sekalipun pernah menikah dengan pria yang sama.Tak ada dendam di hati keduanya sama sekali."Aku udah nikah, dan aku udah bahagia," seru Renata dengan penuh semangat.Kinanti terdiam, mencerna kata-kata Renata. Apakah mungkin Renata menikah kembali? Apa mungkin dengan Adam? Hati Kinanti terasa sakit. J
Leer más
Bab 124
Adam sudah tak sanggup menghukum dirinya sendiri, hari ini memutuskan untuk menemui Kinanti. Pasrah, bila memang nantinya di tolak juga tak masalah. Tak ada kata menyerah untuk bisa mendapatkan Kinanti kembali. Dengan menggenggam erat kalung milik Kinanti, Adam terus memacu laju mobilnya di jalan raya.Namun, karena, terlalu lama menatap kalung di tangannya malah membuat Adam tidak fokus mengemudikan mobilnya hingga tak terkendali. Sampai akhirnya sebuah truk melintas dari arah berlawanan.Tabrakan tak dapat lagi di hindarkan, sekalipun sudah membanting setir tabrakan tetap terjadi juga.Keadaan Adam kritis, segera di larikan ke rumah sakit oleh orang-orang yang menyaksikan kecelakaan tersebut.Sarah pun sangat shock mengetahui kecelakaan yang menimpa Adam.Baru saja Kinanti sampai di rumah sakit, kemudian menuju ruangan Adam di rawat dirinya menatap Adam dari balik pintu kaca. Adam berada di sana, di ruang ICU, dengan banyaknya alat medis terpasang di tubuhnya.Saat mendapatkan k
Leer más
Bab 125
Genap sudah 1 bulan lamanya Adam koma, untuk yang kesekian kalinya Kinanti menjenguk Adam dengan membawa Fikri.Masih belum ada tanda-tanda Adam membuka matanya, Fikri sering kali rewel karena, ingin bermain dengan sang Ayah.Untuk hari ini saja Kinanti sangat kesulitan untuk bernapas, Fikri terus menangis memanggil Ayahnya.Akhirnya Kinanti marah dan kembali meletakkan Fikri di atas ranjang brankar Adam."Mulai hari ini kamu tinggal sama Ayah, Oma dan Opa. Bunda mau menikah dengan Om Bayu. Lagi pula kamu sekarang rewel banget. Bunda stres!!"Sarah dan Agatha menatap Kinanti bingung, keduanya sesaat saling menatap bingung. Sesaat kemudian kembali menatap ke arah Kinanti penuh tanya."Mas Adam, aku sudah tidak sanggup lagi menjaga Fikri. Aku akan menikah dengan Bayu, lagi pula sebenarnya Bayu tidak menyukai Fikri. Jadi, aku tidak lagi bisa mengasuh anak mu."Sarah seketika bangun dari duduknya, menatap Kinanti penuh kemarahan. Menurutnya kali ini sangat keterlaluan bahkan, seakan tak m
Leer más
Bab 126
Sore harinya Adam kedatangan tamu, Zidan dan Renata menjenguknya, sekaligus mengatakan bahwa keduanya sudah menikah.Adam cukup merasa terkejut dengan semua itu, tapi bukan berarti dirinya marah. Tak ada lagi cinta untuk Renata sehingga sudah ikhlas melepas."Selamat, ya," Adam mengulurkan tangannya."Terima kasih," Renata pun membalasnya."Terus kalian gimana?" Kinanti hanya diam sambil menatap Adam begitu juga sebaliknya."O, aku mengerti. Mereka sama-sama malu, maklum lah, privasi gitu kan?" Seloroh Renata.Kinanti kembali menatap Fikri yang tengah duduk di pangkuannya sambil memegang jari-jarinya, matanya menatap Adam yang duduk di atas brankar.Sesekali tersenyum karena, sang Ayah tersenyum padanya."Ya ampun, kamu gumus banget sih?!" Renata mengambil alih Fikri dan menciumi pipi bocah gembul tersebut."Yah!!!!" Teriak Fikri.Dengan lantangnya mulut Fikri memanggil Adam, sedangkan Kinanti tak pernah mendengar Fikri memanggilnya. Mungkin pernah satu bulan sebelumnya, setelah itu
Leer más
Bab 127
Kinanti sedang memasak makanan untuk di bawa ke rumah sakit, entah mengapa pagi-pagi sekali Adam sudah menghubungi dirinya dan ingin di masakan sambal tempe dan rendang daging."Selesai," Kinanti tersenyum lega saat tiga buah rantang tersusun rapi, "nasi, tempe sambel dan rendang."Setelah selesai Kinanti segera menuju kamar, ternyata Fikri sudah bangun. Dengan bahagia Kinanti menggendongnya."Yah!!!"Ya ampun pagi-pagi sekali sudah memanggil Ayah nya, kesal sekali rasanya, dua yang terus memanggil nama sang Ayah.Kapan bocah itu memanggil dirinya, yang selalu bersama."Bunda," Kinanti seakan mengajarkan Fikri untuk memanggilnya, tapi yang di katakan bocah itu hanya Ayahnya saja.Akhirnya Kinanti memutuskan untuk memandikan anaknya, memakai pakaian yang bagus. Berlanjut dengan Kinanti yang bersiap-siap."Ren, kamu hari ini dinas pagi atau malam?""Malam, hari ini aku tidur aja di rumah.""Aku pergi ya.""Hati-hati."Kinanti pergi dengan menumpangi taxi, bisa saja dirinya meminta Bayu u
Leer más
Bab 127
Hari ini Adam sudah di bawa pulang, menjalani masa pemulihan di rumah. Ada sedikit rasa kesal. Sebab, Kinanti sudah tak menjenguknya dengan alasan sudah bekerja di puskesmas kembali.Adam pun menawarkan pekerjaan untuk menjadi Asistennya tapi, di tolak mentah-mentah. Tak masalah, Adam mengerti alasannya tak ingin selalu berdekatan dengannya.Sayangnya Adam tak kehilangan akal, berkat kecerdasan otaknya Kinanti di keluarkan dari tempatnya bekerja.Tak sulit Adam melakukannya, hanya perlu menghubungi kepala Puskesmas tempat Kinanti bekerja saja sudah cukup._____________________Kinanti tidak mengerti mengapa dirinya di keluarkan dari tempatnya bekerja, bukankah beberapa hari yang lalu tetangganya sendiri yang merekomendasikan dirinya di puskesmas.Tapi, nyatanya saat ini dirinya harus gigit jari sebab, di keluarkan begitu saja tanpa alasan. Terpaksa baru saja sampai di Puskesmas sudah pulang lagi ke rumah.Kinanti mengingat tawaran Adam, sayangnya tak ada minat untuk kembali bekerja di
Leer más
Bab 129
Kinanti mencari keberadaan Fikri, sampai di ruang tamu dirinya melihat anaknya bermain bersama dengan Davina, Sarah dan Agatha.Fikri terlihat bahagia, sesekali tangannya menarik-narik rambut Davina hingga sang empu menjerit kesakitan."Sayang, jangan begitu. Kasihan Kakak.""Mbak Kinan, Fikri nakal," Davina menghambur ke pelukan Kinanti, mengadu seakan dirinya sangat kesakitan."Ya ampun, kasihan sekali," Kinanti memeluk Davina dan menggosok-gosok kepala bocah tersebut, "Fikri kita pulang yuk.""Kok, pulang, sih? Fikri juga masih asik main, nanti saja atau makan malam di sini saja. Mama juga kangen masakan kamu."Belum puas bermain dengan Fikri membuat Sarah begitu berat hati mengijinkan Kinanti untuk pulang, belum juga dirinya bermain dalam waktu yang lama.Apa lagi pertama kalinya Fikri di bawa ke rumah nya, tentu Sarah sangat bahagia."Lagian kamu baru datang."Kinanti menatap jam dinding, sudah menunjukkan pukul 15:00 sudah dua jam dirinya berada di rumah mantan mertuanya tersebu
Leer más
Bab 130
Sekalipun Sarah berulangkali meminta Kinanti dan Fikri untuk menginap di kediamannya hanya malam ini saja tapi, Kinanti menolak.Memilih pulang sekalipun sudah malam, merasa malu jika menginap di sana mengingat dirinya adalah mantan istri dari Adam.Kinanti tak ingin memanfaatkan keadaan dirinya yang memiliki seorang anak dari Adam, tentunya lebih memiliki rasa malu juga.Sampai akhirnya pulang ke rumah di antar oleh seorang supir keluar Adam.Sampai di rumah Kinanti segera turun dari mobil dengan menggendong Fikri yang sudah terlelap di gendongannya. Hari ini bocah itu terlalu asik bermain bersama dengan keluarga sang Ayah hingga membuatnya begitu kelelahan."Kamu jam segini baru pulang?" Tanya Serena membukakan pintu untuk Kinanti."Tadi Fikri asik banget main sama sepupunya, Mama Sarah dan Papa juga."Kinanti segera meletakkan Fikri perlahan di atas ranjang, agar balita itu bisa tidur dengan nyaman di ranjang.Serena ikut masuk ke kamar Kinanti, melihat wajah bocah itu terlelap."
Leer más
Bab 131
"Mas cuman butuh tubuh Kinan aja!!""Iya memang benar! Mas nggak munafik!"Kinanti mendongkak menatap Adam yang masih menatap dirinya, tak percaya dengan jawaban Adam benar hanya merindukan tubuhnya saja."Mas, butuh kamu, tubuh kamu, semuanya. Mas nggak bisa jauh dari kamu, Mas udah candu sama kamu. Satu Tahun sudah kita bercerai, selama itu pula Mas tersiksa batin. Hanya kamu wanita yang membuat Mas tergila-gila, tolonglah kembali pada Mas, kita rujuk. Bukan hanya demi anak kita, Mas juga ingin memiliki mu sepenuhnya, lagi."Kinanti terdiam sambil menatap manik mata Adam, mencari kebohongan pada mata Adam.Sayangnya Kinanti hanya menemukan sebuah kejujuran di sana."Mas, cinta sama kamu, tolong ingat itu."Kinanti pun masih diam, membiarkan Adam memeluk dirinya."Mas, kangen banget," Adam memeluk Kinanti dengan erat, merasakan tubuh wanita yang sangat di rindukannya dengan begitu lama."Mas, serius sayang Kinan?"Adam kembali melepaskan pelukannya, merapikan rambut Kinanti dengan ta
Leer más
Bab 132
"Kita jalan-jalan yuk, ajak Fikri juga.""Kemana?""Pengennya ke hati kamu, cuman Mas takut."Kinanti menatap bingung, di katakan polos Kinanti sudah berulangkali berpacaran dengan beberapa pria.Bahkan sudah pernah menikah juga.Di katakan tidak polos nyatanya dia bingung dengan maksud Adam.Lagi pula Adam terlalu membuatnya bingung, ingin sekali memegang dahi mantan suaminya itu. Memastikan apakah baik-baik saja atau sedang demam hingga isi kepalanya sedikit tergeser menyebabkan rusak ringan dan menjadi sedikit tidak waras.Dimana Adam yang dingin, Arrogant. Bahkan, selama menikah hanya tahu memaksa tanpa memikirkan perasaan dirinya.Diam walaupun dirinya di hina oleh Renata, menonton sampai dirinya selesai di rendahkan oleh wanita yang dulu katanya tercinta."Sayang kenapa diam?" Adam sadar Kinanti tengah bingung, tapi entah apa penyebabnya dirinya juga tak tahu."Takut kenapa?" Kinanti masih duduk di kursi Adam dan menatap Adam dengan penuh tanya."Takut nyasar di hati kamu dan ng
Leer más