"Kita jalan-jalan yuk, ajak Fikri juga.""Kemana?""Pengennya ke hati kamu, cuman Mas takut."Kinanti menatap bingung, di katakan polos Kinanti sudah berulangkali berpacaran dengan beberapa pria.Bahkan sudah pernah menikah juga.Di katakan tidak polos nyatanya dia bingung dengan maksud Adam.Lagi pula Adam terlalu membuatnya bingung, ingin sekali memegang dahi mantan suaminya itu. Memastikan apakah baik-baik saja atau sedang demam hingga isi kepalanya sedikit tergeser menyebabkan rusak ringan dan menjadi sedikit tidak waras.Dimana Adam yang dingin, Arrogant. Bahkan, selama menikah hanya tahu memaksa tanpa memikirkan perasaan dirinya.Diam walaupun dirinya di hina oleh Renata, menonton sampai dirinya selesai di rendahkan oleh wanita yang dulu katanya tercinta."Sayang kenapa diam?" Adam sadar Kinanti tengah bingung, tapi entah apa penyebabnya dirinya juga tak tahu."Takut kenapa?" Kinanti masih duduk di kursi Adam dan menatap Adam dengan penuh tanya."Takut nyasar di hati kamu dan ng
Jalanan begitu ramai dengan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang, mulai dari roda dua, tiga, empat dan banyak lagi.Suara bising pun tak terhindari, belum lagi banyaknya pejalan kaki dengan bermacam-macam aktivitas.Sayangnya di tengah keramaian tersebut Kinanti malah merasa sepi, matanya menatap ke luar dari jendela mobil.Adam mengemudikan mobilnya, sesekali melirik Kinanti yang duduk di sampingnya.Semenjak kejadian barusan wajah Kinanti berubah murung, mata indahnya berkaca-kaca, pikirannya menerawang jauh menembus awan biru.Sesekali dirinya mengingat kalimat hinaan yang terlontar dari bibir wanita paruh baya barusan.Adam menepikan mobilnya, kemudian beralih menatap Kinanti."Kinan," Adam mengusap kepala Kinanti, menyadarkan dari lamunannya.Sedetik kemudian setetes air mata jatuh di pipi mulusnya, secepatnya mengusap wajahnya agar tak meninggalkan jejak air mata di sana."Mas, apa janda itu adalah status yang sangat hina?" Bibir Kinanti bergetar bertanya pada Adam, berulang
"Kinan dan Adam memang akan menikah Ma, Pa."Sarah dan Agatha terkejut mendengar berita yang begitu membahagiakan ini, sudah cukup lama menginginkan Fikri ikut tinggal bersama dengan mereka juga.Tampaknya kali ini semua akan terwujud dalam waktu dekat."Kamu serius?""Iya Ma."Sarah tersenyum bahagia memeluk Adam begitu eratnya."Bagus, besok Mama dan Papa bakalan ke rumah Kinanti. Pokoknya harus ada pesta yang meriah," Sarah masih terus mengukir senyum di bibirnya.Tak mampu mengatakan bertapa sangat bahagia sekali dirinya saat ini.Keutuhan keluarga akan semakin besar dengan lengkapnya anggota keluarga lainnya.________________________Jam masih menunjukan pukul 07:00 tapi pagi ini Sarah sudah datang ke kediaman Kinanti bersama dengan Agatha.Apa lagi tujuannya ke sana kalau bukan untuk melamar Kinanti sebagai menantunya kembali, terdengar sedikit lucu jika mengingat Kinanti sudah pernah menjadi istri anaknya bahkan, sudah melahirkan satu orang putra.Akan tetapi, kali ini tentunya
Hari ini Kinanti dan Adam mengunjungi kediaman Fatimah, untuk meminta restu sekaligus Kinanti ingin sang Ibu menghadiri acara pernikahannya dengan Adam nantinya. Sayangnya sampai di sana bukan Fatimah yang di temui Kinanti, melainkan seorang tetangga yang mengatakan bahwa Fatimah sudah cukup lama tak tinggal di sana lagi.Entah apa yang terjadi pada Fatimah selama ini, semua semakin mengejutkan saat mengetahui perceraian sang ibu dengan suami keduanya tersebut. Rumah pun sudah terjual, padahal banyak sekali kenangan kecilnya di sana. Sebab, rumah itu di bangun Fatimah saat masih berstatus istri Rahmat ataupun Ayah kandung Kinanti sendiri.Dengan perasaan kecewa Kinanti pergi, kini dirinya memutuskan untuk menemui sang Ayah.Cukup lama waktu yang di tempuh untuk sampai di desa tersebut, letaknya yang berada di pinggiran kota membuat jalanan pun tak bersahabat.Akan tetapi Adam tetap memacu laju kendaraannya hingga mereka sampai di kediaman Rahmat.Kebetulan juga saat turun dari mobil
Adam kembali ke rumah langsung memasuki kamarnya, pagi harinya dirinya terbangun dan tak ijinkan untuk bekerja seperti biasanya.Aneh bukan? Peraturan Sarah sendiri dengan alasan tradisi yang di lakukan oleh keluarga turun temurun.Awalnya Adam mengira terlalu berlebihan, mengingat bukan pernikahan pertama untuk Adam.Bahkan dirinya sudah pernah menikah juga dengan Kinanti, jadi mengapa harus ada pingitan juga seperti menikah dengan Renata dulu."Ma, Adam itu sudah tua. Nikah pun sudah....."Adam mendesus kesal saat Sarah tak mau kalah memberikan alasan lainnya.Ingin diam saja merasa sulit. Namun, menentang juga tak menghasilkan apa-apa, di mata Sarah dirinya hanya anak kecil sekalipun sudah memiliki anak."Mama, mau acara nikahannya pakai pesta pernikahan meriah! Kamu nggak mikir perasaan calon istri kamu? Kamu nggak pengen bikin dia bahagia? Dia juga pasti ingin seperti wanita lainnya, paham?"Semakin banyak Adam memberikan alasan maka hanya akan membuatnya semakin tersudutkan. Sej
Bibir Adam tetap tersenyum sekalipun tubuhnya terasa remuk, bahkan ada tanah juga melekat di bagian punggung.Bayangkan saja barusan dirinya jatuh dari jendela dengan tertancap kepala ke bawah dan kaki di atas, sekalipun begitu tak apa.Kata sayang dari bibir Kinanti adalah obat mujarab bagi rasa sakitnya.Sampai di teras rumah megahnya pun masih tersenyum-senyum, melangkah masuk juga dengan bibir tertarik ke masing-masing sudutnya.Sarah menuruni anak tangga melihat Adam berjalan seperti orang tidak waras membuatnya bertanya-tanya, seketika kakinya berjalan cepat ke arah Adam.Ingin menyadarkan anaknya mungkin barusan kerasukan setan."Adam!!" Adam beralih menatap Sarah dengan senyuman."Kamu kenapa?"Malah Sarah yang merasa horor melihat wajah Adam saat ini.Seketika Adam menarik Sarah, dengan gerakan memutar seakan tengah berdansa."Adam kamu kenapa?" Tanya Sarah semakin panik."Adam sayang sama Mama!" Adam memeluk Sarah dengan erat dan mencium pipi Sarah dengan penuh kasih sayang
Hari yang di tunggu-tunggu pun akhirnya tiba, hari ini Adam dan Kinanti akan melangsungkan pernikahan untuk yang kedua kalinya.Pernikahan kali ini sangat berbeda dari pernikahan sebelumnya.Bagaimana tidak.Jika dulu hanya sebatas tetangga yang menjadi saksi kini tidak.Kini semua anggota keluarga hadir di acara pernikahan tersebut, kecuali Fatimah yang tak tahu entah di mana keberadaannya sampai saat ini.Sekalipun demikian tetaplah pernikahan harus dilangsungkan demi kebahagiaan bersama, apa lagi Adam yang sudah semakin dekat dengan Kinanti membuat Agatha geram.Agatha tak suka keduanya dekat tanpa ikatan pernikahan, bisa saja khilaf nantinya dan malah merugikan diri sendiri.Lagi pula Fikri anak dari Adam itu setelah ini akan merasakan keutuhan kasih sayang kedua orang tuanya.Kebaya putih pun kini melekat indah di tubuh Kinanti, di tambah lagi dengan mahkota yang terpasang di kepala, sempurna sudah kecantikan ibu satu orang anak tersebut.Para tamu undangan sudah tak sabar menung
Kinanti meneguk saliva, bukan pertama kali tapi, menurutnya tak perlu juga di katakan dengan jelas."Ya ampun sayang, kok kamu tambah menggemaskan," bisik Adam lagi di saat banyaknya tamu yang tengah menatap kearah mereka berdua."Mas, Kinan nangis ya.""Jangan belom juga di apa-apain," seloroh Adam.Kinanti seketika mencubit lengan bagian atas Adam, hingga mengaduh kesakitan. Sekalipun Adam hanya ber-acting agar membuat Kinanti bahagia merasa dirinya kesakitan.Sejujurnya cubitan Kinanti bukan masalah, rasa sakit pun bisa jadi rasa cinta."Sayang ke kamar sekarang yuk.""Ngapain?"Entah polos atau tolol Kinanti malah dengan bodohnya bertanya."Kita tangkap nyamuk atau apa gitu," Adam tahu Kinanti belum menyadari pembahasan mereka, dalam hati terkekeh geli bila nanti tahu dirinya sedang membahas ranjang yang panas."Emang di kamar banyak nyamuk Mas?" Tanya Kinanti lagi sambil berpikir keras.Seketika Kinanti menatap atap gedung yang megah, rasanya tak mungkin jika gedung tersebut bany