Bab 48. Jangan Pisahkan Kami

Dia memandangku minta penjelasan, aku jawab dengan gelengan kepala. Kami merasa sebentar lagi, kami akan disabotase mereka. Ibu dan Nyonya Besar.

Mereka kalau ada maunya sama-sama keras kepala.

"Suma! Jeng Sastro itu, orang Jawa Kulon. Punya adat yang kental. Mulai sekarang, calon pengantin harus dipingit!" kata Nyonya Besar.

"Pingit! Apa itu?" Tuan Kusuma semakin bingung.

"Nak Kusuma, dipingit itu artinya. Kalian sebagai calon pengantin, dilarang bertemu sampai hari penikahan," jelas Ibuku dengan sabar.

Tuan Kusuma semakin terkejut. Dia tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Dia langsung berpaling ke arah Nyonya Besar.

"Ibu, jangan pisahkan kami. Saya harus bagaimana? Saya sudah terbiasa makan dan minum yang disiapkan Rani. Kalau tidak boleh bertemu, saya bingung. Siapa yang ngurus saya? Saya tidak mau!" protes Tuan Kusuma.

"Suma! Ini sudah aturan adat! Kalian tidak boleh berhubungan apalagi bertemu! Termasuk telpon-telponan, apalagi video call. Tidak boleh!" teriak Nyonya Besar
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo