Bab 176. Kamu Ketahuan, Mas!
Tubuh ini luruh ke lantai. Tak kuasa menahan sesak di dada, dan air mata pun berderai. Aku bagaikan daun kering yang tanpa tenaga dan hanya bisa terkulai.

Tidak kuhiraukan gedoran pintu dan panggilan dari Mas Suma.

Niatku untuk memendam rasa sakit seperti wanita kuat di luar sana, gagal. Saat dia menyentuhku, di dalam kepala ini seperti berputar film kebersamaan dia dengan wanita itu. Diri ini tidak kuat membayangkan mereka saling berpagut, dan berbagi peluh di dalam lautan gairah. Sungguh, aku menyerah dan kembali pada ketidakrelaan.

Perlahan aku membuka pintu kamar mandi. Mengedarkan kesekeliling dan tidak aku dapati sosok suamiku. Mungkin dia sudah lelah, atau sudah bosan menghadapi wanita tua sepertiku. Toh, yang masih muda siap sedia melebarkan tangan dan kaki untuknya.\

“Ran, kamu kenapa, sih?!” suara Mas Suma setelah pintu kamar terbuka.

Aku menoleh sekilas dan kembali membuang pandangan ke arah lain. Tidak kupedulikan raut wajahnya yang mengetat. Biarlah dia semarah-marahn
Astika Buana

Yang ingin maraton baca cerbung yang tidak panjang, bisa cus langsung ke 'Ipar Pergi Saat Kami Tak Punya Uang lagi.' Cerita ini sebagai pengingat, bahwa ada orang yang berjasa yang mengambil kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh orangtua kita. Jadi, hormati dia, dan jangan dilupakan, apalagi disakiti.

| Me gusta
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo