Bab 177. Terserah
“Kamar hotel..,” gumam Mas Suma lirih.

“Iya, kamar hotel. Sekarang Mas Suma ingat, kan?” sahutku dengan melempar senyuman sinis. Pasti ingat, lah. Bagaimana rasanya pun pasti masih lekat di ingatan.

Melihat dia yang terdiam termangu, aku semakin yakin kalau sekarang Mas Suma berpikir keras untuk mengingkarinya. Secepatnya aku beranjak dari duduk. Berlama-lama dengan penghianatan membuatku semakin mual.

“Ran, tunggu!” ucapnya sembari mencekal tangan ini, dan aku pun terduduk kembali.

“Apalagi sih, Mas?! Semua sudah jelas sekarang. Biarkan aku sendiri. Tenang saja, aku akan diam dan tidak membuat masalah yang menyebabkan nilai saham perusahaan turun. Aku bukan wanita yang ‘doyan’ dengan harta ataupun skandal!” seruku memberikan tatapan kebencian.

“Tunggu sebentar. Darimana kamu mendapat cerita konyol ini? Aku tidak pernah melakukan seperti yang kamu tuduhkan!” ucapnya bersikukuh dengan tatapan terlihat serius. “Jawab, Ran. Darimana kamu tahu hal seperti itu!”

Wajah dan tatapan Mas
Astika Buana

Tidak bosan-bosannya saya mengatakan ini, "Terima kasih sudah membaca kisah Maharani dan Tuan Kusuma. Ternyata mempertahankan pernikahan membutuhkan upaya yang lebih."

| 3
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo