Sudah berulangkali kali Kinanti menolak bertemu dengan Adam, bahkan dengan terang-terangan mengatakan bahwa tak ingin bertemu dengan Adam lagi. Tapi hari ini pun Adam kembali lagi demi bisa bertemu dengan Kinanti, bahkan malam ini Adam rela tidur di depan pintu utama demi membuktikan kesungguhannya memohon maaf pada Kinanti.Ia duduk sambil bersandar pada daun pintu, dengan kaki setengah terlipat dan menatap ke arah gerbang. Pakaian kusut, tubuh bau keringat dan wajahnya terlihat kelelahan.Hingga saat malam semakin larut Adam tertidur lelap.Tiba-tiba langit gelap, petir menggelar dan hujan pun turun dengan derasnya. Adam terjaga dengan cepat berdiri dan memeluk tubuhnya yang kedinginan.Adam melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya."Jam 00 : 01."Artinya sudah cukup lama berada di depan pintu tapi sampai saat ini pun belum ada tanda-tanda pintu di buka."Haaaaatchihhhhh."Adam berulang kali menggosok hidungnya, kemudian memeluk tubuhnya sendiri karena, merasa kedinginan
Kinanti benar-benar menyetujui usulan sahabatnya Serena, membenarkan memberikan pelajaran untuk Adam tanpa ada rasa iba seperti apa yang sudah di lakukan Adam pada dirinya selama ini."Serius aku pakai ini?" Kinanti menatap tubuhnya di cermin, gaun tidur sexy terlihat pas di tubuh indahnya. "Serius dong, namanya balas dendam," Serena tersenyum penuh kemenangan.Kinanti mengangguk setuju, kemudian pintu kamar terbuka Adam terlihat berdiri di ambang pintu kamar."Kinan, aku tidur dulu. Ya," Serena menunjukan jam dinding sudah menunjukan hampir subuh dan rasanya menang sudah sangat mengantuk.Kinanti mengangguk lalu Serena keluar.Sementara Adam masih betah berdiri di sana memandangi Kinanti, tubuh sexy dengan perut membuncit.Kapan terakhir kali meraba tubuh itu? Ah! Adam tidak tahu, yang ia tahu menginginkan lagi."Keluar!" Kinanti menunjuk pintu, meminta Adam keluar dari kamarnya."Kinanti, Mas ingin tidur memeluk mu," pinta Adam dengan melas.Kinanti memandangi tubuh lusuh Adam, b
Kinanti menikmati sarapan paginya dengan bahagia, rasanya puas melihat Adam tersiksa.Kinanti bukan wanita jahat, tapi Adam mengajarkan dirinya melakukan ini. Mengubah dirinya menjadi wanita keras dan pembangkang, kapan akan bahagia bisa terus disiksa lahir batin.Tidak.Kali ini tak lagi sama, cinta tak mampu melumpuhkan ego. Begitu pun dengan luka, tertutup kabut kebencian, hanya seorang wanita lemah pejuang kebahagiaan.Manusia dengan punya batas kesabaran, kali ini pun sama kesabaran itu sudah sampai pada batas, hingga kedepannya tak lagi ingin terperangkap akan cinta yang semu tak pernah di balas Adam padanya.Padahal selama ini hanya menurut, tanpa menuntut. Tak satu kali pun di pandang, di tatap dengan sepenuh hati lalu, bertanya akan perasaan wanita rapuh seperti dirinya."Kamu sarapan apa?"Suara Adam membuat selera makanya rusak, seketika berdiri dan meninggalkan makannya yang belum habis.Adam menatap punggung Kinanti yang semakin menjauh.Adam mendesus sambil tertunduk le
Kinanti tersenyum miring menatap wajah Adam dari kejauhan, sebenarnya ini bukanlah dirinya tapi Serena mengajarkan dirinya akan kecurangan demi membalaskan sakit hati. Sakit hati seiring dengan kehancuran yang di lakukan Adam.Wajah Adam terlihat gusar, shock, kebingungan mendengar kata-kata nya barusan. Itulah yang memang di harapkan, biarkan Adam bingung dalam pikirannya.Hingga membuat batin tersiksa, ini hanya sebuah cara untuk bisa membuat Adam tahu bahwa ada wanita lain yang terluka selain dari Renata istri tercintanya.Kinanti segera menuju taman belakang melihat bunga-bunga indah kesayangannya yang tengah bermekaran, selama ini menyiram bunga sudah menjadi salah satu kebahagiaan untuk nya."Selamat pagi," Kinanti menyapa bunganya dan segera menyiraminya."Udah sarapan?" Tanya Serena.Kinanti tersadar kedatangan Serena."Udah, tapi terganggu karena, suami tak jelas ku itu," jawab Kinanti dengan malas."Em," Serena mengangguk kemudian berbisik pada Kinanti, "biarkan dia yakin u
"Kinanti," desah Adam saat Kinanti mulai memasukan milik Adam pada mulutnya.Ini menjijikan bagai seorang jalang tak berharga diri, tapi sudah terlanjur tidak mungkin lagi mundur."Sial!"Adam pun membalikkan posisi menjadi Kinanti yang berada di bawahnya, dan mulai melakukan penyatuan."Ah.....Mas," desah Kinanti merintih dengan nikmat dan berteriak.Adam semakin bersemangat untuk melakukan nya.Semakin Kinanti berteriak menggema maka semakin membuatnya bahagia dan terperangkap jauh dalam gejolak panasnya berada dalam diri Kinanti.Kenapa bisa Kinanti begini, bermain sesukanya tanpa ada rasa malu seperti biasanya tapi biarlah.Biarkan semua begitu jika ini bisa membuat bahagia dan Adam memilih untuk tetap menikmati.Setelah sampai pada puncaknya keduanya terkapar, Adam bahkan tertidur lelap di samping Kinanti.Kinanti segera bangun sekalipun tubuhnya terasa remuk, tapi tetap menuju kamar mandi sambil memijat dahinya yang terasa pusing.Segera mengguyur tubuhnya, bayangan wajah Renata
Sepanjang perjalanan menuju rumah Adam terus saja di buat stress memikirkan setiap perubahan sikap Kinanti, tak ada lagi kelembutan seperti sebelumnya.Hanya ada Kinanti keras kepala, egois dan sulit di tebak. Hati wanita itu terlalu hancur terlalu sakit karena, luka yang di torehkan Adam begitu dalam.Berdamai pun dengan keadaan terlalu menyakitkan, menjadikan kenangan juga terlalu menyulitkan.Tapi apa mungkin bisa bahagia dalam dua perahu satu pendayung, satu payung dua pemilik.Mustahil!_________________________Adam langsung memarkirkan mobilnya segera turun dan langsung menuju kamar, waktu masih terlalu siang tapi ia memilih untuk segera menuju kamar.Tapi ternyata pintu kamar terkunci dari dalam sana.Tok tok tok.Adam tak membawa kunci kamarnya, lagi pula tidak biasanya Renata mengunci pintu kecuali sedang berdua di dalam sana.Tok tok tok.Tak ada suara jawaban ataupun di buka sampai saat ini pun pintu kamar masih terkunci dengan rapat."Renata!!!" Adam menaikan nada suara
"Aku nggak akan bisa tenang sampai kamu menceraikan Kinanti, kapan kamu akan menceraikan dia! Atau kamu tidak berniat mencerahkan nya?! Aku nggak mau! Aku nggak mau punya suami dengan dua istri aku nggak mau!!!" Seru Renata histeris."Renata kamu tenang dulu.""Biar saja aku mati kalau kamu lebih memilih dia, aku lebih memilih mati bersama dengan anak ku!""Renata kamu bicara apa?"Sarah pun mengerti dengan perasaan menantunya tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur tak akan mungkin kembali menjadi beras.Semua tak bisa di ubah lagi, keadaan ini bukan hanya membuat Renata yang terluka tapi semua anggota keluarga termasuk juga dirinya.Sarah juga terluka sekalipun hanya seorang mertua, ia ikut merasakan penderitaan dua wanita yang kini terjebak dalam rumah tangga penuh duri.Siapa yang salah.Adam?Renata?Kinanti?Tidak ada.Tidak ada yang salah dari ketinggiannya, semua terjadi begitu saja.Semua terjadi karena, memiliki alasan tanpa tau arah.Sarah tak berpihak pada Adam, tidak
Selama beberapa hari di rumah sakit Adam terus menemani Renata, hingga hari ini Renata di bawa pulang ke rumah.Waktu Adam hanya untuk Renata, bahkan untuk menghubungi Kinanti saja tidak bisa sebab, Renata terus berada bersamanya selama 24 jam penuh.Jika tidak maka Renata meminta ponsel Adam untuk di pegang nya.Adam tak mempermasalahkan nya mengingat kondisi Renata yang memang harus di perhatikan."Adam, aku mau peluk dan kita fhoto." "Buat apa?""Kamu nggak mau?" Adam memeluk Renata sesuai dengan arahan Renata berfoto bersama dengan mesra.Setelah itu tanpa sepengetahuan Adam ia memasang di stori hingga Kinanti melihatnya."Sssstttt....." perut Kinanti sudah berhari-hari terasa tidak nyaman tapi, memilih untuk tetap berada di rumah.Sudah satu Minggu ini Adam tak pernah melihatnya, sekalipun hanya menghubungi pun tak pernah, ada rasa kesal dan juga marah tapi, apa daya dirinya bukan siapa-siapa sehingga kini Kinanti sadar ia tak ada apa-apa bila dibandingkan dengan Renata.Lihat