"Makasih ya Om, udah nganterin Nada pulang."Dulu dan kini benar-benar sudah berbeda, Nada dan Tama kini sudah terikat dalam sebuah jalinan cinta yang begitu luar biasa.Hingga saat ini keduanya sudah berada di depan kediaman Nada seperti apa yang diketahui oleh Tama.Tanpa tahu jika di tempat ini Nada hanya menumpang untuk sementara waktu saja."Aku juga mau turun, menemui orang tua mu. Untuk meminta restu," jawab Tama.Sebab beberapa saat yang lalu kepalanya sudah dibenturkan oleh Mira pada dinding.Karena apa?Karena sudah membuat tanda merah pada tengkuk Nada, sehingga dirinya dianggap sebagai seorang tersangka yang harus bertanggung jawab pada Nada.Bahkan Mira juga menuduhnya melakukan pelecehan, padahal sudah jelas Nada pun menerima tanpa menolak sama sekali.Tetapi bagaimana lagi, karena di mata Mira Nada sama sekali tidak bersalah.Karena di sini dirinya yang sudah dewasa dan dianggap sepantasnya membuat Nada menjadi lebih baik, bukan malah sebaliknya.Tidak masalah, lagi pula
Akhirnya Nada pun membulatkan tekat untuk menemui kedua orang tuanya, bahkan mengatakan bahwa dirinya ingin segera menikah.Bagaimana tanggapan kedua orang tuanya saat mendengar keinginan putrinya itu? Terutama Adam.Pagi ini Adam yang tengah duduk bersantai di ruang keluar dengan televisi yang menyala, tak lupa menikmati secangkir kopi buatan istri tercintanya.Begitu bahagia saat Nada kembali ke rumah dan langsung memeluk dirinya, hanya saja apa yang dikatakan oleh putrinya itu yang sedikit lucu."Ayah, Nada serius!" Nada pun kesal dan memilih untuk meneguk kopi milik Adam."Iya," Adam pun terkekeh melihat raut wajah putrinya.Tangannya merangkul pundak putri kesayangannya yang kini duduk di sampingnya dengan penuh kasih sayang."Ada apa ini?" Tanya Kinanti yang baru saja bergabung dengan Adam, tetapi bibirnya mendadak tersenyum melihat Nada yang duduk di samping Adam.Tetapi raut wajah anaknya itu terlihat tidak baik-baik saja."Anak mu ini meminta dinikahkan Bunda," kata Adam sambi
Siang harinya Kinanti pun kembali memasuki kamar putrinya, sebab ini sudah waktunya makan siang.Bahkan ada banyak masakan istimewa untuk menyambut kepulangan Nada."Sayang, bangun. Bunda, udah masak. Dan, semuanya masakan kesukaan kamu," kata Kinanti sambil menarik selimut yang menutupi putrinya tersebut.Sementara Nada langsung saja duduk, perutnya memang sudah keroncongan karena dari pagi tadi belum masuk sesuap nasi pun.Tapi tunggu dulu, bukankah saat ini Nada sedang dalam masa kemarahan.Benar sekali.Untuk semuanya butuh perjuangan? Dan, Nada ingin dihargai.Apa yang dikatanya tidak main-main, baiklah melanjutkan kembali kemarahan pagi tadi demi masa depan yang bahagia bersama sang pujaan hatinya."Nada, Bunda udah masak lho.""Nggak mau. Nada, nggak lapar!"Bersamaan dengan itu perut Nada pun berbunyi, bahkan begitu nyaringnya hingga terdengar di telinga Kinanti.Membuat ibu tiga orang anak itupun menahan tawa."Benarkah?" Kinanti semakin bersemangat untuk membuat anaknya seger
Sore harinya Tama pun mengirimkan pesan pada calon istrinya.Siapa lagi kalau bukan Nada.[Sayang, Mas kangen] Om Tama.Nada pun berguling-guling di kasur, membaca pesan dari Tama sungguh membuat hati menjadi kegirangan.[Nada juga kangen] Nada.Ya ampun mendadak Tama kehilangan kata-kata, sungguh apa yang dikirimkan oleh Nada seakan menariknya kembali menjadi ABG.[Boleh, Mas datang sekarang?] Om Tama.Ya ampun Nada terus saja berguling-guling di kasur, hingga akhirnya terjatuh."Aduh," Nada pun meringis menahan sakit pada pinggangnya.Mengapa bisa dirinya terjatuh, tapi tidak masalah. Nada sudah terlalu bahagia dengan pesan yang dikirimkan oleh Tama.Tapi untuk datang sepertinya belum waktunya, lagi pula mengapa Tama tidak tepat janji.Bukankah sudah pernah Nada meminta waktu satu Bulan pada Tama, tapi malah di berikan dua Minggu dan anehnya baru dua hari Tama sudah mendesak untuk bertemu dengan kedua orang tuanya.Tanpa Nada ketahui bahwa Tama sudah tak sanggup menahan dirinya, sehi
"Mas yakin?" Kinanti merasa bingung pada Adam yang malah menyetujui apa yang diinginkan oleh putrinya, rasanya begitu mustahil untuk dilakukan oleh seorang Adam."Sayang, apa kamu yakin putri kita itu bersungguh-sungguh untuk menikah?" Adam lagi-lagi mengutarakan keraguannya, bahkan ingin melihat siapa lelaki yang sudah menjalin hubungan dengan putrinya tersebut.Beberapa waktu kebelakang ini memang Adam membebaskan putrinya, berusaha untuk memberikan sebuah kepercayaan.Agar Nada bisa menjalani hidup dengan baik, tanpa terus membuat masalah seperti selama ini terus dimanjakan oleh dirinya.Sementara Kinanti hanya terdiam menimbang apa yang dikatakan oleh Adam.Walaupun sebenarnya dirinya juga tidak yakin dengan keinginan Nada untuk menikah, menimbang anaknya itu masih labil.Bahkan bisa berpindah-pindah keinginan dalam waktu yang sama."Ya juga sih, namanya bocah sedang kasmaran," kata Kinanti membenarkan apa yang di sampaikan oleh suaminya itu."Siapa yang kasmaran?" Tanya Fikri yang
[Om, udah di tungguin Ayah di rumah] Nada.Nada langsung mengirimkan pesan pada Tama, sebab sudah mendapatkan ijin dari Adam.Bahkan Nada sudah tidak sabar untuk memperkenalkan calon suaminya itu pada keluarganya, setelah itu Nada pun bergegas untuk berdandan, harus cantik, manis dan juga menawan.bagaimana pun kini dirinya akan kedatangan tamu spesial, bahkan mungkin langsung saja mendengarkan kata lamaran.Sungguh hidup bersama dengan lelaki yang kita cintai adalah impian semua wanita di dunia ini tak terkecuali Nada.Nada pun sudah membulatkan tekadnya untuk menjadi istri di usia yang masih begitu muda ini, bahkan hanya hitung bulan dirinya akan merayakan hari ulang tahun yang ke 20 Tahun.Sementara Tama begitu bahagia saat mendapatkan pesan dari Nada, dirinya segera menyambar kunci mobilnya.Segera menemui keluarga Nada dan ingin langsung meminta persetujuan untuk menikahi Nada secepat mungkin.Namun Tama juga bingung, karena Nada mengirimkan alamat lainnya.Tak lain itu adalah ala
Fikri benar-benar tidak mengerti, bahkan tidak dapat mencerna semuanya dengan baik.Mengapa?Tentu karena penjelasan Nada yang begitu mengerikan, bahkan ini serasa seperti sebuah kejutan yang membuat jantungnya terus berdetak kencang.Rasa cemas yang begitu luar biasa seakan siap menghantam dirinya dengan segala pikirannya yang begitu kacau.Hanya satu harapan Fikri untuk kali ini, semoga saja Nada sedang bercanda seperti biasanya."Nada, kalau bicara jangan asal!" Fikri masih menepis semua yang dikatakan oleh adiknya? Mengapa? Tentunya semuanya seakan begitu mustahil.Lantas mengapa lagi-lagi semuanya seakan mengakuinya.Nada hanya diam seakan tidak menepis sama sekali apa yang barusan dikatakannya.Tatapan mata Fikri kini hanya tertuju pada Tama yang berdiri saling berhadapan dengan dirinya."Nada, serius Kak. Kan, Ayah yang minta buat ngundang calon suami Nada," Nada berbicara dengan suaranya yang sedikit meninggi, kesal karena Fikri seakan tidak percaya pada apa yang dikatakan oleh
"Om, aku mencintai Nada," satu kalimat yang akhirnya keluar dari bibir Tama.Pria itu dari tadi tampak diam saja, kali ini tidak. Bibirnya yang berbicara sendiri.Meskipun perasaannya saat ini sangat tidak bisa mengerti keadaan yang mengejutkan ini.Nada adalah anak Adam?Lagi-lagi Tama hanya bisa mengusap wajahnya sendiri mengetahui kenyataan ini.Dari awal hanya menepis, tapi apa? Ternyata semuanya adalah kebenaran."Nada, katakan apakah kamu sudah pernah tidur bersama dengan Tama, seperti apa yang dikatakan oleh Kakak mu?" Kali ini Adam sendiri yang bertanya kepada putrinya, meskipun kini dirinya berdiri tepat di depan Tama.Ingin mendengar bukti banwa apa yang dikatakan oleh putra sulungnya benar atau tidak.Nada tentunya tidak berani untuk berucap, untuk pertama kalinya Nada melihat wajah Adam yang penuh dengan kemarahan yang begitu mengerikan.Kepalanya hanya tertunduk tanpa berani membalas tatapan mata Ayahnya."Nada, Ayah masih menunggu jawabanmu!" Kata Adam lagi, sebab putriny