Sepulang dari sekolah kini Nada berada di kediaman Mira, sedang makan siang bersama.Semuanya tampak biasa saja, tanpa ada yang berbicara sama sekali."Kamu tidak ingin berenang?" Tanya Mira.Sebab, biasanya Nada akan selalu meminta ijin untuk berenang sepulang dari sekolah.Mungkin juga sudah cukup lama Nada tidak berenang.Apa lagi Mira tidak tahu mengapa Nada tak pernah datang ke rumahnya selama Tama berada di luar negeri.Tanpa diketahuinya jika bocah itu sempat dilanda kegalauan tingkat tinggi akibat rasa cemburu yang luar biasa."Lagi nggak pengen Ma, Nada lagi mager," jawab. sambil mengunyah makanannya."Begitu," Mira pun mengangguk mengerti."Tama ke kantor dulu ya Ma," Tama pun meneguk mineral, kemudian bangkit dari duduknya."Iya, tapi Nada belum boleh pulang. Mama sendirian di rumah, nggak punya temen," kata Mira."Ya Ma, Nada pulangnya setelah Om Tama pulang," jawab Nada.Tapi apa yang dikatakan oleh Nada malah membuat Mira tertawa."Om? Ahahahhaha......" Tawa Mira benar-
Hingga akhirnya napas Nada pun kembali normal, setelah yakin dengan pakaiannya yang sudah rapi segera Nada menuju kamar Mira yang memang hanya berada di lantai dasar.Tidak terlalu jauh melangkah menuju kamar Mira, hingga kini sudah berdiri di depan pintu kamar.Nada pun mengangkat tangannya dan mengetuk pintu.Tok tok tok.Pintu yang setengah terbuka tidak lantas membuat Nada masuk tanpa ijin, sebab bagaimana pun juga dirinya hanya orang asing di rumah tersebut.Lagi pula Nada sudah diajarkan kesopanan oleh kedua orang tuanya semenjak kecil.Sementara Mira tampak tersenyum saat melihat Nada di sana."Masuk sayang."Nada pun mengangguk kemudian masuk, sesuai dengan perintah Mira."Ada apa Tante?""Duduk," Mira pun menepuk ranjang kosong di sampingnya.Hingga akhirnya Nada pun duduk di sana, menantikan sesuatu yang akan dikatakan oleh Mira nantinya."Tante mau mengucapkan terima kasih," Mira memegang kedua tangan Nada, tampak hanya ada tatapan ketulusan yang terpancar dari matanya.Mem
Kini Nada duduk di gazebo kayu yang terletak di bagian belakang rumah benar milik keluarga besar Tama, tepatnya masih berada di kediaman Mira.Matanya terus saja memandangi cincin berlian yang melingkar di tangannya.Nada merasa itu mungkin sedikit berlebihan, tetapi Nada pun tidak enak untuk menolaknya.Melihat wajah Mira begitu tulus padanya, bahkan Nada takut Mira tersinggung jika terus bersikeras untuk menolak pemberian Mira.Sampai akhirnya tiba-tiba saja Tama muncul kembali di hadapannya.Wajah Nada pun kembali memerah, belum juga Tama berbicara karena Nada mengingat peristiwa siang tadi.Seharusnya Nada langsung pulang saja, mengapa masih di sana duduk dengan berdiam diri.Bahkan hari padahal sudah sore, lihatlah sekarang dirinya mendadak tidak memiliki muka di hadapan Tama.Padahal selama ini Nada tidak pernah perduli akan hal demikian, apa lagi untuk memikirkan orang lain, sangatlah tidak penting baginya.Lagi-lagi kini dan sebelumnya berbeda, jika dulu Tama hanya orang lain m
"Makasih ya Om, udah nganterin Nada pulang."Dulu dan kini benar-benar sudah berbeda, Nada dan Tama kini sudah terikat dalam sebuah jalinan cinta yang begitu luar biasa.Hingga saat ini keduanya sudah berada di depan kediaman Nada seperti apa yang diketahui oleh Tama.Tanpa tahu jika di tempat ini Nada hanya menumpang untuk sementara waktu saja."Aku juga mau turun, menemui orang tua mu. Untuk meminta restu," jawab Tama.Sebab beberapa saat yang lalu kepalanya sudah dibenturkan oleh Mira pada dinding.Karena apa?Karena sudah membuat tanda merah pada tengkuk Nada, sehingga dirinya dianggap sebagai seorang tersangka yang harus bertanggung jawab pada Nada.Bahkan Mira juga menuduhnya melakukan pelecehan, padahal sudah jelas Nada pun menerima tanpa menolak sama sekali.Tetapi bagaimana lagi, karena di mata Mira Nada sama sekali tidak bersalah.Karena di sini dirinya yang sudah dewasa dan dianggap sepantasnya membuat Nada menjadi lebih baik, bukan malah sebaliknya.Tidak masalah, lagi pula
Akhirnya Nada pun membulatkan tekat untuk menemui kedua orang tuanya, bahkan mengatakan bahwa dirinya ingin segera menikah.Bagaimana tanggapan kedua orang tuanya saat mendengar keinginan putrinya itu? Terutama Adam.Pagi ini Adam yang tengah duduk bersantai di ruang keluar dengan televisi yang menyala, tak lupa menikmati secangkir kopi buatan istri tercintanya.Begitu bahagia saat Nada kembali ke rumah dan langsung memeluk dirinya, hanya saja apa yang dikatakan oleh putrinya itu yang sedikit lucu."Ayah, Nada serius!" Nada pun kesal dan memilih untuk meneguk kopi milik Adam."Iya," Adam pun terkekeh melihat raut wajah putrinya.Tangannya merangkul pundak putri kesayangannya yang kini duduk di sampingnya dengan penuh kasih sayang."Ada apa ini?" Tanya Kinanti yang baru saja bergabung dengan Adam, tetapi bibirnya mendadak tersenyum melihat Nada yang duduk di samping Adam.Tetapi raut wajah anaknya itu terlihat tidak baik-baik saja."Anak mu ini meminta dinikahkan Bunda," kata Adam sambi
Siang harinya Kinanti pun kembali memasuki kamar putrinya, sebab ini sudah waktunya makan siang.Bahkan ada banyak masakan istimewa untuk menyambut kepulangan Nada."Sayang, bangun. Bunda, udah masak. Dan, semuanya masakan kesukaan kamu," kata Kinanti sambil menarik selimut yang menutupi putrinya tersebut.Sementara Nada langsung saja duduk, perutnya memang sudah keroncongan karena dari pagi tadi belum masuk sesuap nasi pun.Tapi tunggu dulu, bukankah saat ini Nada sedang dalam masa kemarahan.Benar sekali.Untuk semuanya butuh perjuangan? Dan, Nada ingin dihargai.Apa yang dikatanya tidak main-main, baiklah melanjutkan kembali kemarahan pagi tadi demi masa depan yang bahagia bersama sang pujaan hatinya."Nada, Bunda udah masak lho.""Nggak mau. Nada, nggak lapar!"Bersamaan dengan itu perut Nada pun berbunyi, bahkan begitu nyaringnya hingga terdengar di telinga Kinanti.Membuat ibu tiga orang anak itupun menahan tawa."Benarkah?" Kinanti semakin bersemangat untuk membuat anaknya seger
Sore harinya Tama pun mengirimkan pesan pada calon istrinya.Siapa lagi kalau bukan Nada.[Sayang, Mas kangen] Om Tama.Nada pun berguling-guling di kasur, membaca pesan dari Tama sungguh membuat hati menjadi kegirangan.[Nada juga kangen] Nada.Ya ampun mendadak Tama kehilangan kata-kata, sungguh apa yang dikirimkan oleh Nada seakan menariknya kembali menjadi ABG.[Boleh, Mas datang sekarang?] Om Tama.Ya ampun Nada terus saja berguling-guling di kasur, hingga akhirnya terjatuh."Aduh," Nada pun meringis menahan sakit pada pinggangnya.Mengapa bisa dirinya terjatuh, tapi tidak masalah. Nada sudah terlalu bahagia dengan pesan yang dikirimkan oleh Tama.Tapi untuk datang sepertinya belum waktunya, lagi pula mengapa Tama tidak tepat janji.Bukankah sudah pernah Nada meminta waktu satu Bulan pada Tama, tapi malah di berikan dua Minggu dan anehnya baru dua hari Tama sudah mendesak untuk bertemu dengan kedua orang tuanya.Tanpa Nada ketahui bahwa Tama sudah tak sanggup menahan dirinya, sehi
"Mas yakin?" Kinanti merasa bingung pada Adam yang malah menyetujui apa yang diinginkan oleh putrinya, rasanya begitu mustahil untuk dilakukan oleh seorang Adam."Sayang, apa kamu yakin putri kita itu bersungguh-sungguh untuk menikah?" Adam lagi-lagi mengutarakan keraguannya, bahkan ingin melihat siapa lelaki yang sudah menjalin hubungan dengan putrinya tersebut.Beberapa waktu kebelakang ini memang Adam membebaskan putrinya, berusaha untuk memberikan sebuah kepercayaan.Agar Nada bisa menjalani hidup dengan baik, tanpa terus membuat masalah seperti selama ini terus dimanjakan oleh dirinya.Sementara Kinanti hanya terdiam menimbang apa yang dikatakan oleh Adam.Walaupun sebenarnya dirinya juga tidak yakin dengan keinginan Nada untuk menikah, menimbang anaknya itu masih labil.Bahkan bisa berpindah-pindah keinginan dalam waktu yang sama."Ya juga sih, namanya bocah sedang kasmaran," kata Kinanti membenarkan apa yang di sampaikan oleh suaminya itu."Siapa yang kasmaran?" Tanya Fikri yang