Tidak peduli dengan malam yang semakin gelap, Adam keluar dari kamar meninggalkan Renata yang terlelap.
Suasana sudah sunyi dan hening, sesekali dentingan jam yang berbunyi. Kaki Adam melangkah pasti menuju kamar Kinanti.Adam terbiasa dibesarkan dengan rasa tanggung jawab. Kali ini pun sama, walaupun terasa begitu sulit. Tetapi paling tidak ia ingin bertemu langsung dengan Kinanti untuk bertanya apakah benar wanita yang memasuki kamarnya malam itu Kinanti bukan Renata."Kinanti!"Adam langsung masuk tanpa mengetuk pintu, matanya menyapu ruangan dengan ukuran tidak terlalu luas. Tidak ada orang, kamar itu tampaknya kosong."Cari Kinanti Tuan?"Adam tersentak karena suara Mbok Sum yang menghampiri tiba-tiba, namun wajah Adam masih terlihat tenang."Di mana Kinanti Mbok?""Lho, tadi ada."Mbok Sum langsung masuk, memanggil nama orang yang dicari Adam. Namun nihil, Kinanti tidak terlihat sama sekali."Apa Tuan membutuhkan sesuatu?"Mbok Sum keluar dari kamar Kinanti untuk menemui majikannya yang sebelumnya menunggu di luar. Tetapi, saat ini Adam sudah tidak berada di sana."Tadi?" Mbok Sum menggaruk kepalanya dengan kebingungan.Tidak ingin diam saja, Adam memutuskan untuk mencari keberadaan Kinanti. Dengan setengah berlari, Adam menuju garasi dan menyalakan mesin mobilnya dengan terburu-buru.Ia melajukan mobilnya di tengah hujan deras yang terus turun bersama dengan gemuruh yang bersahutan-sahutan."Kinanti!"Adam mendadak menghentikan laju mobilnya, matanya tertuju pada wanita yang tengah berdiri di tengah jalanan. Tubuhnya basah, kedua tangannya membentang di sampingnya. Apa yang tengah di lakukan wanita Itu?Mengambil jalan pintas?Lama Kinanti menutup mata, menantikan mobil yang melaju untuk menabraknya. Akan tetapi mobil itu malah berhenti, Kinanti membuka mata, raut wajahnya kecewa."Apa yang kau lakukan?"Adam menghampiri Kinanti, keduanya basah di bawah guyuran air hujan yang semakin deras.Dunia seperti berputar semakin kencang, tatapan mata keduanya bertemu namun tidak ada yang berucap, larut dalam gejolak pikiran masing-masing.Ingatan mengenai malam kemarin masih terasa perih untuk Kinanti. Tersadar dari lamunannya, Kinanti sudah berada di dalam mobil.Lama keduanya terdiam, Adam akhirnya menyalakan mesin mobilnya karena merasa tidak tepat jika bertanya saat ini juga pada Kinanti. Akhirnya, Adam menatap Kinanti yang duduk di sampingnya.Adam kembali menarik napas, membulatkan tekad untuk bertanya. Bagaimana pun semua harus jelas tanpa ada yang akhirnya merasa tersiksa karena keadaan."Saya ingin bertanya," Adam menepikan mobilnya, lalu menatap Kinanti yang duduk di sampingnya.Adam terus menatap wajah Kinanti, tampaknya kali ini Adam dapat menyimpulkan sendiri.Kinanti hanya diam, pandangannya terlihat kosong."Kinanti," Adam berusaha untuk berbicara pada wanita yang hanya diam dengan tubuhnya yang basah.Perlahan Kinanti memutar leher, menatap manik mata Adam yang juga tengah menatap dirinya. Tetapi dada terasa sesak, bibir bergetar hebat dengan air mata yang kembali meluncur tanpa permisi.Apa yang harus Adam tanyakan, tampaknya raut wajah pilu Kinanti sudah menjelaskan segalanya."Apa malam kemarin kita-" leher Adam bagaikan tercekik, terlalu sulit untuk mengutarakan pertanyaan yang membuat Kinanti kembali terluka. Tetapi, Adam juga butuh jawaban pasti dari bibir Kinanti.Kinanti menggigit kuku-kuku jari, menahan isak tangis kepiluan dengan sekuat tenaga.Tidak perlu lagi bertanya, Adam sudah sangat yakin jika Kinanti adalah orangnya. Selain Kinanti tidak ada lagi wanita yang masuk ke kamarnya saat malam itu, bahkan Renata sekalipun."Maaf."Andai satu kata itu bisa mengembalikan segalanya, tidak akan ada luka sedalam ini.Kinanti terdiam, menatap keluar. Air matanya terus mengalir tanpa ada henti.Kedua tangannya saling meremas meluapkan rasa sakit yang tidak terobati. Luka yang di torehkan Adam begitu dalam, berjuta kata maaf pun tidak akan mampu mengobati luka yang begitu perih."Tolong jangan mengakhiri hidup, saya bersalah. Kalau kau mengakhiri hidup mu, saya adalah orang yang paling bersalah," kata Adam penuh penyesalan.Rasa bersalah Adam semakin terasa, tangisan pilu terdengar nyaring di telinga Adam."Saya tidak tahu, bagaimana harus bertanggungjawab. Saya sudah menikah, bahkan baru saja pagi tadi," tutur Adam dengan ragu.Tidak mungkin menikahi Kinanti, saat ini Adam sudah memiliki seorang istri yang sangat di cintai. Tidak perduli apakah salah atau benar, akan tetapi cinta Adam pada Renata juga tidak mudah untuk digoyahkan."Saya sangat mencintai istri saya." imbuh Adam dengan pasti, bahkan selalu menekankan setiap kata. Karena, memang cintanya sangat besar pada Renata.Kinanti mengangguk, tangannya menyekat sisa-sisa air mata yang tidak pernah bisa kering pada wajah. Mencoba menerima semua kepahitan dengan suka cita, berusaha merelakan apa yang sudah hilang."Kau ingin kembali ke rumah?" tanya Adam.Kinanti mengangguk, walaupun Adam sudah menyakiti paling tidak saat ini Adam masih memiliki hati nurani mengakui segala kesalahannya.Adam mengambil jas putih yang selalu tersedia di mobilnya, kemudian memakaikan pada Kinanti. Berharap sedikit mengurangi rasa dingin yang tengah di rasakan.Tubuh Adam yang masih condong pada Kinanti tidak lantas menjauh, jemari tangan nya mengusap air mata wanita rapuh yang tengah menahan sesak di dada.Menyisir beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya, menatap dengan jelas bertapa rapunya wanita yang bekerja sebagai pengasuh bagi dua keponakan nya dalam jarak yang cukup dekat.Perlahan Adam menarik Kinanti kedalam pelukannya, berharap agar perasaan Kinanti sedikit bisa lebih baik.Tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Tangis Kinanti kembali pecah begitu saja, tidak terbendung walaupun dengan sejuta cara.Tangan Adam mengusap punggung Kinanti, dengan perasaan bersalah yang semakin dalam. Sampai akhirnya Kinanti menjauh, Adam pun mulai duduk di kursinya dengan benar.Menatap arah depan, jendela mobil yang di tetesi air hujan. Bayangan wajah Renata juga tiba-tiba melintas dengan begitu saja, Adam bukan hanya menyakiti satu wanita. Tetapi dua wanita dalam waktu yang sama, hanya saja bedanya Renata tidak tahu akan semua ini.Adam membali melakukan mobilnya, tanpa satu patah kata pun. Melihat tubuh basah Kinanti, Adam juga takut jika nanti malah Kinanti kayu sakit.Sampai di rumah Adam menepikan mobilnya, lalu menatap Kinanti yang hanya diam sambil menatap kedepan. Tanpaknya Kinanti belum tersadar jika mobil Adam sudah terparkir di depan rumah."Kinanti," panggil Adam.Kinanti masih diam, tidak ada rasa dingin, rasa kantuk, yang ada hanya rasa sakit."Kinanti," Adam menepuk pundak Kinanti.Seketika itu pula Kinanti tersadar dari lamunannya, ia mulai melihat sekelilingnya dan perlahan turun dari mobil Adam tanpa satu patah katapun.Kaki Kinanti terus melangkah masuk, jas putih Adam masih melekat di tubuhnya. Tanpaknya Kinanti tidak menyadari hal itu.Renata yang terbangun merasa bingung, karena tidak ada Adam di sampingnya. Lalu kakinya melangkah menuju balkon dan melihat Kinanti yang keluar dari mobil milik Adam.Setelah Kinanti masuk, Adam juga ikut masuk. Dengan tubuh basah ia segera menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.Saat turun dari mobil Adam sudah melihat Renata yang menatap dirinya dari balkon. Akan tetapi ia berpura-pura tidak tahu. Jadi Adam pun sudah mempersiapkan jawaban saat nanti di suguhkan pertanyaan-pertanyaan oleh Renata. Walaupun Adam terlalu takut untuk berbohong.Berdiri di depan pintu kamar, menghirup udara dengan sebanyak-banyaknya. Menghembuskan dengan perlahan, lalu tangan bergerak memegang gagang pintu. Memutarnya lalu mendorong dengan perlahan."Dari mana?"Adam masih berada di ambang pintu, tetapi Renata sudah menyuguhkan pertanyaan padanya. Mata Renata menatap baju Adam yang basah kuyup. Tetapi, Renata lebih penasaran mengapa Kinanti bisa bersama dengan Adam."Sudah pukul 02:30, kau dari mana? Lalu kenapa kau bisa bersama Kinanti?" tanya R
"Bagaimana keadaan mu?"Kinanti tersentak tak kala suara berat dan tertahan seorang pria menyapa nya. Sejenak Kinanti menghentikan pekerjaannya yang tengah menggoreng telur untuk majikan kecil yang bernama Davina.Lalu memutar tubuhnya untuk melihat siapa pria yang berada di belakang nya."Tuan berbicara dengan saya?" "Bagaimana keadaan mu sekarang?"Adam tidak ingin menjawab pertanyaan Kinanti. Sebab, Adam tidak suka bertanya dan di jawab dengan pertanyaan kembali."Saya baik Tuan," jawab Kinanti dengan menundukkan kepalanya.Sejak berada di rumah sakit, Adam selalu memikirkan Kinanti. Hingga sore hari saat setelah sampai di rumah Adam langsung menuju dapur untuk mencari keberadaan Kinanti.Adam berjalan satu langkah, hingga keduanya cukup berdekatan. Tangan Adam bergerak memegang dahi Kinanti, kemudian mengangguk.Kinanti terkejut saat Adam memegang d
Setelah tersadar dari pingsannya Kinanti duduk di kursi taman yang terletak di bagian belakang rumah, sesekali tangannya memijat kepalanya yang masih terasa sedikit pusing."Kinan!"Renata memanggil, hingga membuat Kinanti tersadar dari lamunan panjangnya."Iya Bu Renata." Dengan sigap Kinanti bangun dari duduknya, menatap Renata yang kini berdiri di hadapan nya."Buatkan saya makanan, saya sedang lapar!"Kenapa harus Kinanti, bukankah ada ART lainnya?Kinanti Anastasia seorang perawat cantik yang bekerja merawat dua bocah kecil keluarga Sanjaya, namun anehnya Renata malah memerintah nya untuk memasak. Sedangkan tugas Kinanti hanya mengurusi kebutuhan dua bocah lucu.Tidak ingin berdebat, kaki Kinanti segera berjalan kearah dapur."Mbak Kinan, masak apa?" sepulang sekolah Davina langsung mencari Kinanti di dapur, kali ini pun sa
"Pergi dari sini Jalang, jangan pernah kembali. Memalukan!"Suara pintu di banting dengan kencang membuat Kinanti tersentak.Tidak ada kasih sayang sedikitpun untuk dirinya. Bahkan Ibu kandung terasa seperti Ibu tiri.Bahkan pergi ke rumah Rahmat juga sama saja. Ibu tirinya tidak menyukai Kinanti.Tangan yang bergetar memungut beberapa helai pakaian yang berserakan di teras, dengan berderai air mata memasukan pakaiannya kedalam tas dan membawanya pergi.Dunia seakan begitu kejam, tak berbelas kasih padanya walaupun hanya secuil saja.Seorang pria berdiri di samping mobilnya sambil melihat seorang wanita yang di usir oleh wanita paruh baya. Bahkan Adam sendiri tidak tahu siapa wanita Tersebut. Beberapa saat lalu Kinanti pergi dari kediaman Adam, dan saat itu juga Adam mengikuti dengan diam-diam. Saat Kinanti masuk ke sebuah rumah sederhana sebenarnya Adam ingin pergi teta
Rahmat sangat menyayangi Kinanti, sekalipun sudah bercerai dari Fatimah. Hanya saja Kinanti tidak bisa tinggal bersama dengannya karena, Lastri tidak menyukai Kinanti.Rahmat mempersilahkan Kinanti dan Adam masuk, duduk di kursi kayu yang terlihat begitu kusam. Tetapi, bersih karena rajin di bersihkan."Saya Adam Pak." Adam mulai mengutarakan maksud dan tujuannya menemui Rahmat, "Saya datang ke sini, ingin meminta Bapak untuk menikahkan kami," jelas Adam sambil melihat mata Kinanti yang berkaca-kaca menahan sesak di dada.Lastri terlihat tidak suka, bahkan untuk air putih saja tidak ada terhidang."Saya terserah kepada Kinan saja," Rahmat menatap wajah Kinanti yang menahan air mata, tanpaknya Rahmat tahu putrinya tidak baik-baik saja."Saya ingin Bapak menikahkan kami saat ini juga," kata Adam lagi.Rahmat cukup shock, kemudian ia beralih menatap Kinanti penuh tanya."Hay, ken
Kinanti tidak tahu dimana letak kesalahan nya sehingga saat ini bisa terjebak dalam situasi yang begitu menyulitkan.Terkadang bingung akan takdir yang seakan mempermainkan bertanya-tanya mengapa harus ia yang berada di posisi ini, bahkan tidak jarang Kinanti iri melihat kebahagiaan orang-orang di luar sana.Mengapa tidak bisa seperti mereka, jalan terjal yang di lalui terasa begitu sulit. Kadang kala pernah berpikir untuk mengakhiri hidup demi mengakhiri takdir.Tapi tidak. Kinanti masih berusaha untuk bertahan berdiri tegak dan meyakinkan diri akan ada secercah kebahagian setelah kesakitan."Sudah satu minggu kau berada di rumah ku! Mana suami mu itu? Apa jangan-jangan kau cuman di nikahi lalu, di buang seperti sampah!"Mata Lastri seakan menatap remeh, tapi sejenak Kinanti juga membenarkan apa yang dikatakan oleh Ibu tirinya.Menuangkan air pada gelas dan meneguk dengan perlahan, sekalipun ha
"Mbak Kinan!!!" Seru Davina, bocah berusia 5 Tahun yang selama ini di asuh Kinanti, "Vina kangen Mbak Kinan," tuturnya lagi.Davina terus memeluk Kinanti, begitu juga dengan sebaliknya.Kinanti tersenyum getir alasan Adam buru-buru pulang adalah pergi bersama Renata. Sekaligus istri sahnya.Miris.Wanita ssexy berstatus istri di samping Adam seakan kesal pada Kinanti raut wajahnya seakan menunjukkan bertapa Kinanti terlalu menyita waktunya."Vina, cepat masuk ke dalam mobil!" titah Renata.Davina terdiam sambil menatap Kinanti, tanpaknya bocah lucu tersebut tidak ingin berjauhan lagi dengan pengasuh nya. Kinanti."Vina, jangan membuang-buang waktu!""Mbak Kinan balik ke rumah ya, Vina kangen," rengek bocah itu seakan tidak perduli pada Renata.Kinanti terdiam, perlahan tangannya bergerak mengelus rambut hitam panjang milik bocah yang terasa berat melepaskan diri d
Lalu bagaimana dengan status istri yang di berikan Adam padanya?"Kamu kuat Kinanti, demi anak mu." Batin Kinanti.Langkah kaki Kinanti terasa berat menutup pintu dengan pelan dan bersandar pada daun pintu. Air mata yang dari tadi tertahan kini lepas dengan begitu saja, bayang-bayang menikah dengan seseorang yang akan membahagiakan nya kini pupus sudah.Kinanti tidak ingin menangis, akan tetapi ada perasaan lega setelah nya dan membuatnya semakin kuat dalam menghadapi segalanya. Sehingga setiap ingin menangis Kinanti melepaskan dengan sejadi-jadinya.Ponsel Kinanti berdering seseorang di seberang sana menghubunginya, dengan cepat menghampiri lalu menyambar ponsel yang tergeletak asal di atas ranjang."Berdehem beberapa kali agar suara kembali menjadi normal."Halo," tangan Kinanti mendekatkan ponsel pada telinganya.Mendengarkan apa yang akan di katakan oleh kekasihnya yang menghub