"Kinanti, tolong antarkan jas ini ke kamar Adam," titah seorang wanita paruh baya.
Dengan langkah kaki yang pasti, Kinanti mengerjakan apa yang diperintahkan oleh majikannya: berjalan menuju kamar Adam, calon pengantin yang akan menikah esok hari.
Tangan Kinanti bergerak mengetuk pintu kamar.
Akan tetapi, tidak ada sambutan suara dari dalam sana. Pintu yang setengah terbuka membuat Kinanti yakin tidak ada orang di dalam kamar. Dengan perlahan, ia mendorong pintu kamar semakin terbuka lebar.
Kepalanya terlebih dahulu menelusup masuk. Setelah merasa aman, barulah kakinya melangkahkan kakinya dengan sangat berhati-hati.
Ia takut sang pemilik kamar tiba-tiba muncul dan melihat dirinya masuk tanpa izin sebelumnya. Setelah meletakkan jas pengantin yang dibawa ke sofa, tubuh tinggi semampai itu berbalik. Namun, Kinanti terkejut karena ternyata majikannya ada di belakangnya. Dari mana munculnya Adam? Dan, sejak kapan Adam ada di dalam kamar juga?
Bibir Kinanti ingin mengucapkan kalimat, tetapi dalam sekejap Adam membawanya menuju ranjang.
Kepalanya menggeleng dengan peluh yang semakin meluncur, tanpa ba-bi-bu tubuhnya seketika di tindih. "Tuan jangan!!!" seru Kinanti dengan berderai air mata.Adam bagaikan seorang pria tuli, bahkan sama sekali tidak peduli akan teriakan Kinanti yang begitu kencang.Mahkota yang sudah di jaga oleh Kinanti selama 24 Tahun lamanya, lenyap seketika. Cakaran yang diciptakan kuku Kinanti pada punggung Adam sama sekali tidak berpengaruh, apa lagi membuat Adam tersadar atas apa yang kini tengah terjadi.Kinanti meremas sprei dengan sekuat tenaga, rasa sakit pada tubuhnya seiring dengan sakit hati yang kini semakin terasa.----Pagi harinya seorang pria bertubuh kekar merasa terusik saat cahaya matahari menyentuh wajahnya.Ia mengerjapkan mata perlahan lalu duduk dengan kepala yang terasa berat dan tidak nyaman.Mata yang terbuka dengan perlahan menangkap ranjang yang berantakan, dengan rasa penasaran tangannya bergerak menyingkirkan selimut tebal menutupi pinggangnya.Adam terbelalak melihat diri tanpa sehelai benangpun, pakaian miliknya berceceran di lantai. Otaknya berusaha mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi padanya.Tetapi, ada hal yang semakin membuat Adam kebingungan. Netra nya menangkap secercah noda merah pada sprei."Darah?"Sambil berusaha mengumpulkan kepingan-kepingan ingatan yang menghilang.Tadi malam saat keluar dari rumah Zidan, Adam terus memegang kepalanya yang terasa pusing. Semakin lama rasa pusing tersebut berubah menjadi rasa panas, bahkan konsentrasi saat mengemudikan mobil juga mulai menghilang.Ia ingat melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, bahkan banyak pengguna jalanan lainnya yang marah padanya. Sampai akhirnya Adam memarkirkan mobil dengan asal, turun dan berjalan sambil berlenggok-lenggok merasakan tubuhnya semakin tidak terkendali.Ia menaiki anak tangga dengan gelagat aneh yang semakin menjalar pada tubuh, kemudian langsung masuk kedalam kamar dan menutup pintu dengan rapat.Lampu yang redup tapi masih bisa melihat seorang wanita yang tengah berdiri sambil meletakan sesuatu."Renata."Gelap mata dan tubuh yang tidak terkendali membuat Adam tidak melihat dengan baik siapa wanita yang kini tengah menunggunya. Bahkan sama sekali belum tersadar ada kehadiran dirinya.Adam yakin, hanya Renata yang berani masuk ke dalam kamarnya malam hari begini. Mungkin juga Renata ingin memberikan sebuah kejutan sebelum malam pertama mereka esok hari pikir Adam.Besok pagi mereka akan menikah. Perasaan aneh itu semakin menjalar dengan menguasai diri.Adam merasa tidak ada salahnya melakukan hubungan malam ini juga sebab esok hari Renata sudah sepenuhnya menjadi miliknya."Sayang."Adam langsung membawa wanita di hadapannya, mengangkatnya menuju ranjang lalu menindihnya dengan cepat.Tok tok tok.Belum selesai Adam mengingat semuanya, tiba-tiba terdengar Suara ketukan pintu membuat Adam tersadar dari lamunannya, dengan secepat mungkin Adam membereskan pakaian yang berantakan. Lalu melilitkan handuk pada pinggang."Ma?"Adam melihat Sarah, ibunya, masuk ke dalam kamarnya tanpa menunggu jawaban Adam, mungkin karena dari tadi tidak mendengar jawaban darinya."Mama pikir kamu masih tidur karena tidak ada jawaban. Jadi, Mama langsung masuk saja," jelas Sarah.Adam mengangguk mengerti, tetapi perhatiannya juga masih tertuju pada secercah noda merah pada sprei nya."Kamu baik-baik saja?" Sarah menepuk pundak putra nya. Sepertinya Sarah dapat melihat raut cemas pada wajah anak bungsunya.Adam lagi-lagi hanya mengangguk lemah, seakan mengerti dengan apa yang di katakan oleh Sarah."Kamu mandi gih. 30 menit lagi acara akan di mulai."Setelah Sarah keluar dari kamar, Adam langsung mengguyur tubuh di bawah shower. Merasakan ada sensasi perih pada punggungnya. Tetapi, Adam sama sekali tidak peduli.Selesai memakai pakaian pengantin, Adam segera keluar dari kamar. Tetapi, tanpa sengaja Adam berpapasan dengan Kinanti.Dengan mata sembab dan raut wajah pucat, Kinanti menatap Adam. Sedetik kemudian, Kinanti masuk ke dalam kamar Adam untuk mempersiapkan malam pertama Adam dan Renata sebagai pengantin baru. Akad nikah diselenggarakan dengan sangat baik tanpa ada kendala sedikitpun. Adam dan Renata saling bertukar cincin dan juga saling tersenyum pada kamera digital yang siap mengabadikan momen kebahagiaan keduanya.Adam dan Renata kini sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Mulai saat ini juga Renata akan tinggal di kediaman keluarga besar Adam Agatha Sanjaya, seorang dokter OGBYN dengan karir yang begitu cemerlang.Namun, sampai akad nikah selesai, Adam masih memikirkan kejadian malam kemarin. Sampai akhirnya, Adam memutuskan untuk melihat rekaman CCTV yang terpasang di depan pintu kamar.Rekaman mulai menyala, memperlihatkan seorang wanita masuk ke dalam kamar Adam membawa jas pengantin. Namun, sebelum wanita itu keluar. Adam juga masuk.Cukup lama menunggu sampai akhirnya wanita yang sebelumnya masuk mulai keluar dengan wajah dan pakaian yang berantakan. Wanita itu menangis dengan terus meremas baju yang ia kenakan."Kinanti."Adam mengusap wajahnya sampai beberapa kali, sambil berharap jika noda darah pada sprei bukan milik Kinanti."Kinanti atau Renata?"Adam masih merasa semalam ia tidur bersama Renata, akan tetapi rekaman Cctv menunjukan sebaliknya. Renata tidak tampak sama sekali memasuki kamarnya dalam rekaman CCTV, yang ada hanya Kinanti, perawat yang mengasuh dua keponakannya.Adam menyandarkan tubuh pada sofa kemudian menarik napas dengan berat sambil berdebat dengan pikirannya yang tengah kacau.-----Sedangkan di dalam kamar lainnya, seorang wanita berusaha membalut lukanya dengan sekuat tenaga. Tetap tenang dan sabar walaupun hatinya sangat terluka.Hati terasa remuk, mengingat kejadian malam kejam yang tidak berbelas kasih. Air mata Kinanti tidak berhenti, terus menerus membasahi pipi.Ia duduk di lantai sambil bersandar pada ranjang yang berada di belakangnya.Bayang-bayang rasa perih bercampur luka masih sangat membekas di hati, ingatan kepiluan itu tidak bisa hilang. Walaupun sudah berusaha menghilangkan ingatan itu dengan susah payah.Tidak peduli dengan malam yang semakin gelap, Adam keluar dari kamar meninggalkan Renata yang terlelap.Suasana sudah sunyi dan hening, sesekali dentingan jam yang berbunyi. Kaki Adam melangkah pasti menuju kamar Kinanti.Adam terbiasa dibesarkan dengan rasa tanggung jawab. Kali ini pun sama, walaupun terasa begitu sulit. Tetapi paling tidak ia ingin bertemu langsung dengan Kinanti untuk bertanya apakah benar wanita yang memasuki kamarnya malam itu Kinanti bukan Renata."Kinanti!" Adam langsung masuk tanpa mengetuk pintu, matanya menyapu ruangan dengan ukuran tidak terlalu luas. Tidak ada orang, kamar itu tampaknya kosong."Cari Kinanti Tuan?"Adam tersentak karena suara Mbok Sum yang menghampiri tiba-tiba, namun wajah Adam masih terlihat tenang."Di mana Kinanti Mbok?""Lho, tadi ada."Mbok Sum langsung masuk, memanggil nama orang yang dicari Adam. Namun nihil, Kinanti tidak terlihat
Setelah Kinanti masuk, Adam juga ikut masuk. Dengan tubuh basah ia segera menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.Saat turun dari mobil Adam sudah melihat Renata yang menatap dirinya dari balkon. Akan tetapi ia berpura-pura tidak tahu. Jadi Adam pun sudah mempersiapkan jawaban saat nanti di suguhkan pertanyaan-pertanyaan oleh Renata. Walaupun Adam terlalu takut untuk berbohong.Berdiri di depan pintu kamar, menghirup udara dengan sebanyak-banyaknya. Menghembuskan dengan perlahan, lalu tangan bergerak memegang gagang pintu. Memutarnya lalu mendorong dengan perlahan."Dari mana?"Adam masih berada di ambang pintu, tetapi Renata sudah menyuguhkan pertanyaan padanya. Mata Renata menatap baju Adam yang basah kuyup. Tetapi, Renata lebih penasaran mengapa Kinanti bisa bersama dengan Adam."Sudah pukul 02:30, kau dari mana? Lalu kenapa kau bisa bersama Kinanti?" tanya R
"Bagaimana keadaan mu?"Kinanti tersentak tak kala suara berat dan tertahan seorang pria menyapa nya. Sejenak Kinanti menghentikan pekerjaannya yang tengah menggoreng telur untuk majikan kecil yang bernama Davina.Lalu memutar tubuhnya untuk melihat siapa pria yang berada di belakang nya."Tuan berbicara dengan saya?" "Bagaimana keadaan mu sekarang?"Adam tidak ingin menjawab pertanyaan Kinanti. Sebab, Adam tidak suka bertanya dan di jawab dengan pertanyaan kembali."Saya baik Tuan," jawab Kinanti dengan menundukkan kepalanya.Sejak berada di rumah sakit, Adam selalu memikirkan Kinanti. Hingga sore hari saat setelah sampai di rumah Adam langsung menuju dapur untuk mencari keberadaan Kinanti.Adam berjalan satu langkah, hingga keduanya cukup berdekatan. Tangan Adam bergerak memegang dahi Kinanti, kemudian mengangguk.Kinanti terkejut saat Adam memegang d
Setelah tersadar dari pingsannya Kinanti duduk di kursi taman yang terletak di bagian belakang rumah, sesekali tangannya memijat kepalanya yang masih terasa sedikit pusing."Kinan!"Renata memanggil, hingga membuat Kinanti tersadar dari lamunan panjangnya."Iya Bu Renata." Dengan sigap Kinanti bangun dari duduknya, menatap Renata yang kini berdiri di hadapan nya."Buatkan saya makanan, saya sedang lapar!"Kenapa harus Kinanti, bukankah ada ART lainnya?Kinanti Anastasia seorang perawat cantik yang bekerja merawat dua bocah kecil keluarga Sanjaya, namun anehnya Renata malah memerintah nya untuk memasak. Sedangkan tugas Kinanti hanya mengurusi kebutuhan dua bocah lucu.Tidak ingin berdebat, kaki Kinanti segera berjalan kearah dapur."Mbak Kinan, masak apa?" sepulang sekolah Davina langsung mencari Kinanti di dapur, kali ini pun sa
"Pergi dari sini Jalang, jangan pernah kembali. Memalukan!"Suara pintu di banting dengan kencang membuat Kinanti tersentak.Tidak ada kasih sayang sedikitpun untuk dirinya. Bahkan Ibu kandung terasa seperti Ibu tiri.Bahkan pergi ke rumah Rahmat juga sama saja. Ibu tirinya tidak menyukai Kinanti.Tangan yang bergetar memungut beberapa helai pakaian yang berserakan di teras, dengan berderai air mata memasukan pakaiannya kedalam tas dan membawanya pergi.Dunia seakan begitu kejam, tak berbelas kasih padanya walaupun hanya secuil saja.Seorang pria berdiri di samping mobilnya sambil melihat seorang wanita yang di usir oleh wanita paruh baya. Bahkan Adam sendiri tidak tahu siapa wanita Tersebut. Beberapa saat lalu Kinanti pergi dari kediaman Adam, dan saat itu juga Adam mengikuti dengan diam-diam. Saat Kinanti masuk ke sebuah rumah sederhana sebenarnya Adam ingin pergi teta
Rahmat sangat menyayangi Kinanti, sekalipun sudah bercerai dari Fatimah. Hanya saja Kinanti tidak bisa tinggal bersama dengannya karena, Lastri tidak menyukai Kinanti.Rahmat mempersilahkan Kinanti dan Adam masuk, duduk di kursi kayu yang terlihat begitu kusam. Tetapi, bersih karena rajin di bersihkan."Saya Adam Pak." Adam mulai mengutarakan maksud dan tujuannya menemui Rahmat, "Saya datang ke sini, ingin meminta Bapak untuk menikahkan kami," jelas Adam sambil melihat mata Kinanti yang berkaca-kaca menahan sesak di dada.Lastri terlihat tidak suka, bahkan untuk air putih saja tidak ada terhidang."Saya terserah kepada Kinan saja," Rahmat menatap wajah Kinanti yang menahan air mata, tanpaknya Rahmat tahu putrinya tidak baik-baik saja."Saya ingin Bapak menikahkan kami saat ini juga," kata Adam lagi.Rahmat cukup shock, kemudian ia beralih menatap Kinanti penuh tanya."Hay, ken
Kinanti tidak tahu dimana letak kesalahan nya sehingga saat ini bisa terjebak dalam situasi yang begitu menyulitkan.Terkadang bingung akan takdir yang seakan mempermainkan bertanya-tanya mengapa harus ia yang berada di posisi ini, bahkan tidak jarang Kinanti iri melihat kebahagiaan orang-orang di luar sana.Mengapa tidak bisa seperti mereka, jalan terjal yang di lalui terasa begitu sulit. Kadang kala pernah berpikir untuk mengakhiri hidup demi mengakhiri takdir.Tapi tidak. Kinanti masih berusaha untuk bertahan berdiri tegak dan meyakinkan diri akan ada secercah kebahagian setelah kesakitan."Sudah satu minggu kau berada di rumah ku! Mana suami mu itu? Apa jangan-jangan kau cuman di nikahi lalu, di buang seperti sampah!"Mata Lastri seakan menatap remeh, tapi sejenak Kinanti juga membenarkan apa yang dikatakan oleh Ibu tirinya.Menuangkan air pada gelas dan meneguk dengan perlahan, sekalipun ha
"Mbak Kinan!!!" Seru Davina, bocah berusia 5 Tahun yang selama ini di asuh Kinanti, "Vina kangen Mbak Kinan," tuturnya lagi.Davina terus memeluk Kinanti, begitu juga dengan sebaliknya.Kinanti tersenyum getir alasan Adam buru-buru pulang adalah pergi bersama Renata. Sekaligus istri sahnya.Miris.Wanita ssexy berstatus istri di samping Adam seakan kesal pada Kinanti raut wajahnya seakan menunjukkan bertapa Kinanti terlalu menyita waktunya."Vina, cepat masuk ke dalam mobil!" titah Renata.Davina terdiam sambil menatap Kinanti, tanpaknya bocah lucu tersebut tidak ingin berjauhan lagi dengan pengasuh nya. Kinanti."Vina, jangan membuang-buang waktu!""Mbak Kinan balik ke rumah ya, Vina kangen," rengek bocah itu seakan tidak perduli pada Renata.Kinanti terdiam, perlahan tangannya bergerak mengelus rambut hitam panjang milik bocah yang terasa berat melepaskan diri d