Istri Gelap Tuan Arrogant
Istri Gelap Tuan Arrogant
Por: Ipak Munthe
Bab 1

"Kinanti, tolong antarkan jas ini ke kamar Adam," titah seorang wanita paruh baya.

Dengan langkah kaki yang pasti, Kinanti mengerjakan apa yang diperintahkan oleh majikannya: berjalan menuju kamar Adam, calon pengantin yang akan menikah esok hari.

Tangan Kinanti bergerak mengetuk pintu kamar.

Akan tetapi, tidak ada sambutan suara dari dalam sana. Pintu yang setengah terbuka membuat Kinanti yakin tidak ada orang di dalam kamar. Dengan perlahan, ia mendorong pintu kamar semakin terbuka lebar.

Kepalanya terlebih dahulu menelusup masuk. Setelah merasa aman, barulah kakinya melangkahkan kakinya dengan sangat berhati-hati.

Ia takut sang pemilik kamar tiba-tiba muncul dan melihat dirinya masuk tanpa izin sebelumnya. Setelah meletakkan jas pengantin yang dibawa ke sofa, tubuh tinggi semampai itu berbalik. Namun, Kinanti terkejut karena ternyata majikannya ada di belakangnya. Dari mana munculnya Adam? Dan, sejak kapan Adam ada di dalam kamar juga?

Bibir Kinanti ingin mengucapkan kalimat, tetapi dalam sekejap Adam membawanya menuju ranjang.

Kepalanya menggeleng dengan peluh yang semakin meluncur, tanpa ba-bi-bu tubuhnya seketika di tindih.

"Tuan jangan!!!" seru Kinanti dengan berderai air mata.

Adam bagaikan seorang pria tuli, bahkan sama sekali tidak peduli akan teriakan Kinanti yang begitu kencang.

Mahkota yang sudah di jaga oleh Kinanti selama 24 Tahun lamanya, lenyap seketika. Cakaran yang diciptakan kuku Kinanti pada punggung Adam sama sekali tidak berpengaruh, apa lagi membuat Adam tersadar atas apa yang kini tengah terjadi.

Kinanti meremas sprei dengan sekuat tenaga, rasa sakit pada tubuhnya seiring dengan sakit hati yang kini semakin terasa.

----

Pagi harinya seorang pria bertubuh kekar merasa terusik saat cahaya matahari menyentuh wajahnya.

Ia mengerjapkan mata perlahan lalu duduk dengan kepala yang terasa berat dan tidak nyaman.

Mata yang terbuka dengan perlahan menangkap ranjang yang berantakan, dengan rasa penasaran tangannya bergerak menyingkirkan selimut tebal menutupi pinggangnya.

Adam terbelalak melihat diri tanpa sehelai benangpun, pakaian miliknya berceceran di lantai. Otaknya berusaha mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi padanya.

Tetapi, ada hal yang semakin membuat Adam kebingungan. Netra nya menangkap secercah noda merah pada sprei.

"Darah?"

Sambil berusaha mengumpulkan kepingan-kepingan ingatan yang menghilang.

Tadi malam saat keluar dari rumah Zidan, Adam terus memegang kepalanya yang terasa pusing. Semakin lama rasa pusing tersebut berubah menjadi rasa panas, bahkan konsentrasi saat mengemudikan mobil juga mulai menghilang.

Ia ingat melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, bahkan banyak pengguna jalanan lainnya yang marah padanya. Sampai akhirnya Adam memarkirkan mobil dengan asal, turun dan berjalan sambil berlenggok-lenggok merasakan tubuhnya semakin tidak terkendali.

Ia menaiki anak tangga dengan gelagat aneh yang semakin menjalar pada tubuh, kemudian langsung masuk kedalam kamar dan menutup pintu dengan rapat.

Lampu yang redup tapi masih bisa melihat seorang wanita yang tengah berdiri sambil meletakan sesuatu.

"Renata."

Gelap mata dan tubuh yang tidak terkendali membuat Adam tidak melihat dengan baik siapa wanita yang kini tengah menunggunya. Bahkan sama sekali belum tersadar ada kehadiran dirinya.

Adam yakin, hanya Renata yang berani masuk ke dalam kamarnya malam hari begini. Mungkin juga Renata ingin memberikan sebuah kejutan sebelum malam pertama mereka esok hari pikir Adam.

Besok pagi mereka akan menikah. Perasaan aneh itu semakin menjalar dengan menguasai diri.

Adam merasa tidak ada salahnya melakukan hubungan malam ini juga sebab esok hari Renata sudah sepenuhnya menjadi miliknya.

"Sayang."

Adam langsung membawa wanita di hadapannya, mengangkatnya menuju ranjang lalu menindihnya dengan cepat.

Tok tok tok.

Belum selesai Adam mengingat semuanya, tiba-tiba terdengar Suara ketukan pintu membuat Adam tersadar dari lamunannya, dengan secepat mungkin Adam membereskan pakaian yang berantakan. Lalu melilitkan handuk pada pinggang.

"Ma?"

Adam melihat Sarah, ibunya, masuk ke dalam kamarnya tanpa menunggu jawaban Adam, mungkin karena dari tadi tidak mendengar jawaban darinya.

"Mama pikir kamu masih tidur karena tidak ada jawaban. Jadi, Mama langsung masuk saja," jelas Sarah.

Adam mengangguk mengerti, tetapi perhatiannya juga masih tertuju pada secercah noda merah pada sprei nya.

"Kamu baik-baik saja?" Sarah menepuk pundak putra nya. Sepertinya Sarah dapat melihat raut cemas pada wajah anak bungsunya.

Adam lagi-lagi hanya mengangguk lemah, seakan mengerti dengan apa yang di katakan oleh Sarah.

"Kamu mandi gih. 30 menit lagi acara akan di mulai."

Setelah Sarah keluar dari kamar, Adam langsung mengguyur tubuh di bawah shower. Merasakan ada sensasi perih pada punggungnya. Tetapi, Adam sama sekali tidak peduli.

Selesai memakai pakaian pengantin, Adam segera keluar dari kamar. Tetapi, tanpa sengaja Adam berpapasan dengan Kinanti.

Dengan mata sembab dan raut wajah pucat, Kinanti menatap Adam. Sedetik kemudian, Kinanti masuk ke dalam kamar Adam untuk mempersiapkan malam pertama Adam dan Renata sebagai pengantin baru. 

Akad nikah diselenggarakan dengan sangat baik tanpa ada kendala sedikitpun. Adam dan Renata saling bertukar cincin dan juga saling tersenyum pada kamera digital yang siap mengabadikan momen kebahagiaan keduanya.

Adam dan Renata kini sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Mulai saat ini juga Renata akan tinggal di kediaman keluarga besar Adam Agatha Sanjaya, seorang dokter OGBYN dengan karir yang begitu cemerlang.

Namun, sampai akad nikah selesai, Adam masih memikirkan kejadian malam kemarin. Sampai akhirnya, Adam memutuskan untuk melihat rekaman CCTV yang terpasang di depan pintu kamar.

Rekaman mulai menyala, memperlihatkan seorang wanita masuk ke dalam kamar Adam membawa jas pengantin. Namun, sebelum wanita itu keluar. Adam juga masuk.

Cukup lama menunggu sampai akhirnya wanita yang sebelumnya masuk mulai keluar dengan wajah dan pakaian yang berantakan. Wanita itu menangis dengan terus meremas baju yang ia kenakan.

"Kinanti."

Adam mengusap wajahnya sampai beberapa kali, sambil berharap jika noda darah pada sprei bukan milik Kinanti.

"Kinanti atau Renata?"

Adam masih merasa semalam ia tidur bersama Renata, akan tetapi rekaman Cctv menunjukan sebaliknya. Renata tidak tampak sama sekali memasuki kamarnya dalam rekaman CCTV, yang ada hanya Kinanti, perawat yang mengasuh dua keponakannya.

Adam menyandarkan tubuh pada sofa kemudian menarik napas dengan berat sambil berdebat dengan pikirannya yang tengah kacau.

-----

Sedangkan di dalam kamar lainnya, seorang wanita berusaha membalut lukanya dengan sekuat tenaga. Tetap tenang dan sabar walaupun hatinya sangat terluka.

Hati terasa remuk, mengingat kejadian malam kejam yang tidak berbelas kasih. Air mata Kinanti tidak berhenti, terus menerus membasahi pipi.

Ia duduk di lantai sambil bersandar pada ranjang yang berada di belakangnya.

Bayang-bayang rasa perih bercampur luka masih sangat membekas di hati, ingatan kepiluan itu tidak bisa hilang. Walaupun sudah berusaha menghilangkan ingatan itu dengan susah payah.

Leia este capítulo gratuitamente no aplicativo >
capítulo anteriorpróximo capítulo

Capítulos relacionados

Último capítulo