"Bagaimana keadaan mu?"
Kinanti tersentak tak kala suara berat dan tertahan seorang pria menyapa nya. Sejenak Kinanti menghentikan pekerjaannya yang tengah menggoreng telur untuk majikan kecil yang bernama Davina.Lalu memutar tubuhnya untuk melihat siapa pria yang berada di belakang nya."Tuan berbicara dengan saya?""Bagaimana keadaan mu sekarang?"Adam tidak ingin menjawab pertanyaan Kinanti. Sebab, Adam tidak suka bertanya dan di jawab dengan pertanyaan kembali."Saya baik Tuan," jawab Kinanti dengan menundukkan kepalanya.Sejak berada di rumah sakit, Adam selalu memikirkan Kinanti. Hingga sore hari saat setelah sampai di rumah Adam langsung menuju dapur untuk mencari keberadaan Kinanti.Adam berjalan satu langkah, hingga keduanya cukup berdekatan. Tangan Adam bergerak memegang dahi Kinanti, kemudian mengangguk.Kinanti terkejut saat Adam memegang dahinya, dan menurutnya itu cukup berlebihan."Apa kau bisa menutupi apa yang sudah terjadi di antara kita?"Adam tidak bisa tenang, takut jika Kinanti memberitahukan pada Renata ataupun anggota keluarga lainnya tentang apa yang sudah terjadi di antara mereka.Saat ini mungkin Adam terlalu egois, tetapi bagaimana pun Renata baru kemarin menjadi istri nya dan Adam tidak tega menyakiti hati wanita yang sangat di cintai nya.Kinanti mengangguk lemah, Adam memikirkan perasaan Renata tetapi tidak dengan perasaan nya."Saya sangat mencintai nya," lanjut Adam berusaha agar Kinanti setuju dengan permintaan nya, "Atau aku bisa memberi mu sejumlah uang, sesuai yang kau mau."Kinanti mendadak gagu, "Uang?"Adam mengangguk, meyakini jika Kinanti setuju dengan tawaran nya.Kinanti mangguk-mangguk, malang sekali nasib wanita itu. Mungkin menurut Adam uang bisa membeli harga diri nya."Saya akan menutup mulut saya, tidak usah khawatir," jawab Kinanti dengan yakin.Adam mengangguk, "Terima kasih."Adam berlalu pergi, melangkahkan meninggalkan dapur."Uang?" Kinanti tersenyum getir, tampaknya menurut orang kaya seperti Adam harga diri adalah uang.-----Hari-hari terus berlalu, Kinanti tidak lagi larut dalam luka yang tidak berkesinambungan.Semua telah direlakan tanpa ada sisa-sisa benci sedikit pun, dan hal yang paling membuat Kinanti semakin kuat adalah Ilham kekasihnya tetap mau menerima walaupun semua sudah Kinanti katakan tentang kemalangan nya.Walaupun pada hakekatnya Kinanti tetap tidak menyebut nama orang yang sudah menodainya, dan hal menariknya kata maaf di iringi dengan tawaran rupiah."Mbak Kinan," Davina sudah sangat kesal pada Kinanti.Sudah beberapa hari ini Kinanti terus saja muntah-muntah, dengan tubuh lelah dan juga merasa pusing."Maaf ya, Mbak Kinan masuk angin," jawab Kinanti tidak enak hati.Davina mengangguk, walaupun cukup membuat kesal. Duduk di kursi meja makan dengan manis, sambil menunggu Kinanti menyuapinya kembali. Tapi, lagi-lagi Kinanti mendadak bangun dari duduknya berlari menuju wastafel.Davina menopang kepalanya menggunakan tangan pada meja, perut yang sudah lapar membuatnya kesal pada Kinanti."Kamu kenapa?" tanya Adam yang baru saja ikut bergabung di meja makan.Tangan Adam menarik kursi untuk Renata, setelah itu melakukan hal yang sama dan duduk manis berhadapan dengan Davina."Mbak Kinan bikin kesel, dari kemarin terus aja muntah-muntah Vina lapar Yah," kata Davina dengan raut wajah kesal."Dari kemarin?""Vina, pagi ini Mbok Sum saja yang suapin ya," Mbok Sum yang mendengar keluhan Davina segera mengambil alih pekerjaan Kinanti.Davina mengangguk karena sudah sangat lapar."Mbok Sum," Adam sedikit ragu untuk bertanya, tetapi cukup penasaran juga dengan kata-kata Davina, "Apa Kinanti sakit?""Sayang!" Renata sangat tidak suka, bagai manapun Adam adalah suaminya. Tidak akan ada wanita yang rela melihat suaminya memberikan perhatian pada wanita lain.Adam mengelus kepala Renata, "Sayang, aku ini seorang dokter dan siapapun yang sakit aku harus menolong," jelas Adam.Renata mendesis berulangkali Adam meyakinkan dengan profesi nya tapi, sampai saat ini juga Renata tidak bisa terima akan perhatian Adam pada Kinanti yang cukup berlebihan.Adam tidak lagi bertanya perihal Kinanti di hadapan Renata, tetapi apa yang di katakan oleh Davina masih mengganggu pikirannya.Selesai sarapan pagi, Adam mengantarkan Renata ke rumah kedua orang tuanya kemudian berjanji akan menjemputnya nanti malam.Adam tidak lantas menuju rumah sakit tempatnya bekerja, akan tetapi Adam memutar balik arah dan kembali ke rumah.Melihat Mbok Sum yang tengah menyapu halaman, Adam seketika turun dari mobil dan mendekati Mbok Sum."Mbok Sum, apa Kinanti di dalam?"Mbok Sum cukup terkejut, Adam datang lalu bertanya dengan tiba-tiba."Kenapa menanyakan Kinanti?" tanya Sarah.Kali ini Adam yang terkejut melihat Sarah berdiri di hadapannya, apa yang akan Adam katakan untuk bisa lolos dari pertanyaan Sarah."Kinanti?" tanya Adam kembali seolah tidak mengerti.Sarah malah bingung, merasa tidak salah mendengar."Adam nanya Davina Ma," kata Adam sambil melebarkan mata memberi kode pada Mbok Sum.Mbok Sum hanya mengangguk dalam kebingungannya, dan berusaha membenarkan apa yang di katakan oleh Adam."Bukanya tadi kamu nanyak Kinanti? Kinanti sedang mengantar Derren dan Davina ke sekolah," Sarah benar-benar bingung."Mbok, tadi saya bertanya tentang Davina kan?" Adam terus menatap Mbok Sum, berharap bisa di ajak kerjasama."I-iya Bu Sarah, tadi Tuan Adam nanyak Davina," Mbok Sum sebenarnya tidak ingin berbohong, tetapi karena takut pada Adam terpaksa dilakukan.Sarah mengangguk, lalu pergi karena merasa salah mendengar.Tidak berselang lama, sebuah mobil Alphard berwarna putih terparkir. Seorang wanita turun dengan tergopoh-gopoh."Kinanti?" panggil Mbok Sum.Kinanti tidak perduli, terus berlari masuk fokus hanya segera menuju kamar mandi."Mbok Sum apa dia sering muntah-muntah?" Adam ingin segera mendapatkan jawaban, karena sejak padi tadi belum ada jawaban yang pasti."Iya Tuan, dari kemarin juga. Seperti orang hamil saja," jawab Mbok Sum asal.Blush!Seketika wajah Adam memerah, jantung mulai berdetak kencang karena takut apa yang di katakan oleh Mbok Sum benar."Tuan!" Mbok Sum sudah memanggil Adam beberapa kali tapi malah diam seakan hanyut dalam pikiran.Adam tersadar tetapi tidak perduli sama sekali, hingga tiba-tiba terdengar suara teriakan Sarah dari dalam sana."Aaaaaaa!"Adam seketika berlari masuk, melihat Sarah yang berteriak dengan Kinanti yang tergeletak di dapur."Kinanti!" Sarah menepuk pipi Kinanti hingga berulangkali.Terbaring di atas sofa, tubuh lemah dengan wajah pucat masih belum sadarkan diri."Adam Kinanti kenapa?" tanya Sarah panik."Em," Adam hanya diam, bahkan semakin aneh saat selesai memeriksa keadaan Kinanti."Adam," Sarah menggerakkan lengan Adam, telinganya sudah tidak sabar mendengarkan penjelasan Adam."Tidak ada apa-apa, hanya masuk angin," jawab Adam dengan suara kecil, jari-jemarinya memijat dahi yang terasa mendadak pusing sambil menatap tubuh lemah Kinanti yang masih terbaring di atas sofa.Setelah tersadar dari pingsannya Kinanti duduk di kursi taman yang terletak di bagian belakang rumah, sesekali tangannya memijat kepalanya yang masih terasa sedikit pusing."Kinan!"Renata memanggil, hingga membuat Kinanti tersadar dari lamunan panjangnya."Iya Bu Renata." Dengan sigap Kinanti bangun dari duduknya, menatap Renata yang kini berdiri di hadapan nya."Buatkan saya makanan, saya sedang lapar!"Kenapa harus Kinanti, bukankah ada ART lainnya?Kinanti Anastasia seorang perawat cantik yang bekerja merawat dua bocah kecil keluarga Sanjaya, namun anehnya Renata malah memerintah nya untuk memasak. Sedangkan tugas Kinanti hanya mengurusi kebutuhan dua bocah lucu.Tidak ingin berdebat, kaki Kinanti segera berjalan kearah dapur."Mbak Kinan, masak apa?" sepulang sekolah Davina langsung mencari Kinanti di dapur, kali ini pun sa
"Pergi dari sini Jalang, jangan pernah kembali. Memalukan!"Suara pintu di banting dengan kencang membuat Kinanti tersentak.Tidak ada kasih sayang sedikitpun untuk dirinya. Bahkan Ibu kandung terasa seperti Ibu tiri.Bahkan pergi ke rumah Rahmat juga sama saja. Ibu tirinya tidak menyukai Kinanti.Tangan yang bergetar memungut beberapa helai pakaian yang berserakan di teras, dengan berderai air mata memasukan pakaiannya kedalam tas dan membawanya pergi.Dunia seakan begitu kejam, tak berbelas kasih padanya walaupun hanya secuil saja.Seorang pria berdiri di samping mobilnya sambil melihat seorang wanita yang di usir oleh wanita paruh baya. Bahkan Adam sendiri tidak tahu siapa wanita Tersebut. Beberapa saat lalu Kinanti pergi dari kediaman Adam, dan saat itu juga Adam mengikuti dengan diam-diam. Saat Kinanti masuk ke sebuah rumah sederhana sebenarnya Adam ingin pergi teta
Rahmat sangat menyayangi Kinanti, sekalipun sudah bercerai dari Fatimah. Hanya saja Kinanti tidak bisa tinggal bersama dengannya karena, Lastri tidak menyukai Kinanti.Rahmat mempersilahkan Kinanti dan Adam masuk, duduk di kursi kayu yang terlihat begitu kusam. Tetapi, bersih karena rajin di bersihkan."Saya Adam Pak." Adam mulai mengutarakan maksud dan tujuannya menemui Rahmat, "Saya datang ke sini, ingin meminta Bapak untuk menikahkan kami," jelas Adam sambil melihat mata Kinanti yang berkaca-kaca menahan sesak di dada.Lastri terlihat tidak suka, bahkan untuk air putih saja tidak ada terhidang."Saya terserah kepada Kinan saja," Rahmat menatap wajah Kinanti yang menahan air mata, tanpaknya Rahmat tahu putrinya tidak baik-baik saja."Saya ingin Bapak menikahkan kami saat ini juga," kata Adam lagi.Rahmat cukup shock, kemudian ia beralih menatap Kinanti penuh tanya."Hay, ken
Kinanti tidak tahu dimana letak kesalahan nya sehingga saat ini bisa terjebak dalam situasi yang begitu menyulitkan.Terkadang bingung akan takdir yang seakan mempermainkan bertanya-tanya mengapa harus ia yang berada di posisi ini, bahkan tidak jarang Kinanti iri melihat kebahagiaan orang-orang di luar sana.Mengapa tidak bisa seperti mereka, jalan terjal yang di lalui terasa begitu sulit. Kadang kala pernah berpikir untuk mengakhiri hidup demi mengakhiri takdir.Tapi tidak. Kinanti masih berusaha untuk bertahan berdiri tegak dan meyakinkan diri akan ada secercah kebahagian setelah kesakitan."Sudah satu minggu kau berada di rumah ku! Mana suami mu itu? Apa jangan-jangan kau cuman di nikahi lalu, di buang seperti sampah!"Mata Lastri seakan menatap remeh, tapi sejenak Kinanti juga membenarkan apa yang dikatakan oleh Ibu tirinya.Menuangkan air pada gelas dan meneguk dengan perlahan, sekalipun ha
"Mbak Kinan!!!" Seru Davina, bocah berusia 5 Tahun yang selama ini di asuh Kinanti, "Vina kangen Mbak Kinan," tuturnya lagi.Davina terus memeluk Kinanti, begitu juga dengan sebaliknya.Kinanti tersenyum getir alasan Adam buru-buru pulang adalah pergi bersama Renata. Sekaligus istri sahnya.Miris.Wanita ssexy berstatus istri di samping Adam seakan kesal pada Kinanti raut wajahnya seakan menunjukkan bertapa Kinanti terlalu menyita waktunya."Vina, cepat masuk ke dalam mobil!" titah Renata.Davina terdiam sambil menatap Kinanti, tanpaknya bocah lucu tersebut tidak ingin berjauhan lagi dengan pengasuh nya. Kinanti."Vina, jangan membuang-buang waktu!""Mbak Kinan balik ke rumah ya, Vina kangen," rengek bocah itu seakan tidak perduli pada Renata.Kinanti terdiam, perlahan tangannya bergerak mengelus rambut hitam panjang milik bocah yang terasa berat melepaskan diri d
Lalu bagaimana dengan status istri yang di berikan Adam padanya?"Kamu kuat Kinanti, demi anak mu." Batin Kinanti.Langkah kaki Kinanti terasa berat menutup pintu dengan pelan dan bersandar pada daun pintu. Air mata yang dari tadi tertahan kini lepas dengan begitu saja, bayang-bayang menikah dengan seseorang yang akan membahagiakan nya kini pupus sudah.Kinanti tidak ingin menangis, akan tetapi ada perasaan lega setelah nya dan membuatnya semakin kuat dalam menghadapi segalanya. Sehingga setiap ingin menangis Kinanti melepaskan dengan sejadi-jadinya.Ponsel Kinanti berdering seseorang di seberang sana menghubunginya, dengan cepat menghampiri lalu menyambar ponsel yang tergeletak asal di atas ranjang."Berdehem beberapa kali agar suara kembali menjadi normal."Halo," tangan Kinanti mendekatkan ponsel pada telinganya.Mendengarkan apa yang akan di katakan oleh kekasihnya yang menghub
"Kinanti, Mas ingin kita menikah," pinta Ilham.Degh!Impian Kinanti kini telah datang, menjadi istri Ilham adalah hal yang selalu di tunggu-tunggu tetapi sayang.Harapan tinggal harapan, impian hanya sebatas mimpi yang tidak mungkin menjadi nyata. Manik mata indah nya mulai berembun dan menitihkan air mata."Maaf Mas, aku tidak bisa."Tangan Kinanti perlahan terlepas dari genggaman Ilham, bertapa terkejutnya saat mendengar penolakan Kinanti."Kau tidak pernah mencintai ku? Atau kau sudah memiliki pengganti ku?" Cerca Ilham penuh luka."Bukan Mas."Tidak tahu harus berbicara apa, ragu untuk menjelaskan kepada Ilham tentang apa yang sudah di lalui."Kau menemukan yang lebih baik dari ku," tebak Ilham dengan suara putus asa.Kinanti menggeleng."Lalu?" Ilham masih menunggu penjelasan Kinanti, a
Kinanti berdiri di sisi jalan, menatap kendaraan berlalu lalang melintas di jalanan."Kinanti!!!!"Kinanti memutar tubuh dan melihat sebuah mobil sedan yang terlewat beberapa meter dari nya mundur kembali. Serena berteriak sambil mengeluarkan kepala dari kaca mobil yang di buka."Kamu dari mana Ren?""Masuk dulu!"___________"Duduk dan minum," Serena memberikan secangkir jus jeruk di atas meja."Kamu masih betah aja tinggal di apartemen, enggak pengen ngumpul sama keluarga?""Enggak, lagian kamu tahu kan Kinanti dari apartemen ini ke rumah sakit dekat!""Iya sih."Kinanti meneguk jus jeruk buatan Serena, keduanya cukup lama tidak bertemu mengingingat kini tidak lagi bekerja di rumah sakit yang sama."Kamu masih bekerja di keluarga Agatha Sanjaya?"Kinanti mengangguk lemah dengan kepala tertunduk, tanpa sengaja matany