Lalu bagaimana dengan status istri yang di berikan Adam padanya?
"Kamu kuat Kinanti, demi anak mu." Batin Kinanti.Langkah kaki Kinanti terasa berat menutup pintu dengan pelan dan bersandar pada daun pintu.Air mata yang dari tadi tertahan kini lepas dengan begitu saja, bayang-bayang menikah dengan seseorang yang akan membahagiakan nya kini pupus sudah.Kinanti tidak ingin menangis, akan tetapi ada perasaan lega setelah nya dan membuatnya semakin kuat dalam menghadapi segalanya. Sehingga setiap ingin menangis Kinanti melepaskan dengan sejadi-jadinya.Ponsel Kinanti berdering seseorang di seberang sana menghubunginya, dengan cepat menghampiri lalu menyambar ponsel yang tergeletak asal di atas ranjang."Berdehem beberapa kali agar suara kembali menjadi normal."Halo," tangan Kinanti mendekatkan ponsel pada telinganya.Mendengarkan apa yang akan di katakan oleh kekasihnya yang menghubungidirinya. Bibir Kinanti bergetar, menahan isak tangis."Kinanti, kamu kemana saja. Berhari-hari aku menghubungi kamu, tidak satu kali pun kamu menjawab panggilan ku?" Cecer Ilhan dengan pertanyaan yang seakan membuat perasaan Kinanti begitu remuk."Maaf ya Mas, Kinanti lagi sibuk banget," bohong Kinanti.Entah dengan cara apa Kinanti menjelaskan pada Ilham, kekasih yang sudah mencintainya selama ini. Bahkan keduanya sudah berpacaran sejak kuliah."Besok kita ketemu, Mas kangen," pinta Ilham."Iya," Kinanti mengangguk.Tidak ada alasan untuk menolak bertemu dengan Ilham, lagi pula pernikahan nya dengan Adam hanya menunggu waktu saja.Bukan maksud membohongi Ilham. Akan ada masanya menjelaskan semuanya tapi tidak saat ini.***Morning sickness yang di alami oleh Kinanti cukup membuatnya tidak nyaman, apa lagi saat sedang menyuapi Derren dan Davina sarapan.Kinanti dengan terpaksa harus memakai masker, demi mengurangi rasa mual yang berlebihan."Mbak Kinan, pakek masker itu pas keluar rumah!" Ujar Davina."Kamu sakit Kinanti?" Tanya Hanna.Kinanti mengangguk, "Saya sedang flu Bu," kata Kinanti memberi alibi.Semua kembali hening, sesekali hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring. Duduk di kursi meja makan dengan menikmati sarapan pagi.Jika sebelum di nikahi Adam, Kinanti hanya biasa saja melihat kemerahan keduanya tetapi, berbeda dengan sekarang.Sekarang ada perasaan aneh, ingin marah, menangis tapi tidak bisa melakukan apa-apa tidak berhak menutut walaupun hanya sedikit kasih sayang dari Adam.Impian ingin di manja di saat sedang mengandung harus di kubur Kinanti dalam-dalam."Mbak Kinan, Vina udah kenyang.""Derren juga udah kenyang Mbak Kinan."Kinanti mengangguk lembut lalu memberikan mineral pada Davina dan Derren."Seger!!!!""Ayo berangkat sekolah."Derren dan Davina mencium punggung tangan semua anggota keluarga yang duduk di kursi meja makan seperti biasa, setelah itu barulah keduanya berangkat bersekolah.Selepas mengantarkan kedua majikannya bersekolah Kinanti meminta supir menurunkan dirinya di pinggir jalan, setelah supir mobil pergi Kinanti berjalan menuju taman mencari Ilham yang sudah menunggunya."Kinanti," Ilham langsung memeluk Kinanti.Rasa rindu yang di rasa sudah sampai pada puncaknya, sehingga meluapkan dengan pelukan yang mungkin bisa mengobati sedikit saja kerinduannya."Mas Rindu," tutur Ilham semakin memperkuat dekapannya.Kinanti tersenyum, tidak di pungkiri bahwa rasa cinta pada Ilham juga teramat besar.Lantas apa mungkin bisa bersama?Apa mungkin cinta Ilham masih besar setelah tahu kehamilannya?Ilham membawa Kinanti untuk duduk di kursi, tangan keduanya tidak pernah lepas saling menggenggam."Kamu kemana saja?"Belum puas dengan jawaban Kinanti, Ilham masih membutuhkan jawaban yang lebih tepat sehingga pertanyaan itulah yang terus berulang kali ia utarakan."Nanti Kinanti cerita ya Mas, Kinanti janji. Tolong," satu butir air mata jatuh tanpa bisa di tahan, lehernya bagai tercekat saat ini."Hey," Ilman panik, jari-jemarinya mengusap sisa-sisa air mata pada pipi Kinanti, "Kamu ada masalah?"Kinanti tertunduk, tangannya terus menggenggam tangan Ilman begitu erat.Ilham tidak kuasa melihat kesedihan Kinanti, dengan cepat tangan Ilham menarik Kinanti kembali kedalam pelukannya.Sebuah mobil berhenti di sisi jalanan, kaca mobil nya terbuka dan melihat istri gelap nya tengah berpelukan dengan seorang pria."Apa yang di lakukan oleh wanita itu?!""Kinanti, Mas ingin kita menikah," pinta Ilham.Degh!Impian Kinanti kini telah datang, menjadi istri Ilham adalah hal yang selalu di tunggu-tunggu tetapi sayang.Harapan tinggal harapan, impian hanya sebatas mimpi yang tidak mungkin menjadi nyata. Manik mata indah nya mulai berembun dan menitihkan air mata."Maaf Mas, aku tidak bisa."Tangan Kinanti perlahan terlepas dari genggaman Ilham, bertapa terkejutnya saat mendengar penolakan Kinanti."Kau tidak pernah mencintai ku? Atau kau sudah memiliki pengganti ku?" Cerca Ilham penuh luka."Bukan Mas."Tidak tahu harus berbicara apa, ragu untuk menjelaskan kepada Ilham tentang apa yang sudah di lalui."Kau menemukan yang lebih baik dari ku," tebak Ilham dengan suara putus asa.Kinanti menggeleng."Lalu?" Ilham masih menunggu penjelasan Kinanti, a
Kinanti berdiri di sisi jalan, menatap kendaraan berlalu lalang melintas di jalanan."Kinanti!!!!"Kinanti memutar tubuh dan melihat sebuah mobil sedan yang terlewat beberapa meter dari nya mundur kembali. Serena berteriak sambil mengeluarkan kepala dari kaca mobil yang di buka."Kamu dari mana Ren?""Masuk dulu!"___________"Duduk dan minum," Serena memberikan secangkir jus jeruk di atas meja."Kamu masih betah aja tinggal di apartemen, enggak pengen ngumpul sama keluarga?""Enggak, lagian kamu tahu kan Kinanti dari apartemen ini ke rumah sakit dekat!""Iya sih."Kinanti meneguk jus jeruk buatan Serena, keduanya cukup lama tidak bertemu mengingingat kini tidak lagi bekerja di rumah sakit yang sama."Kamu masih bekerja di keluarga Agatha Sanjaya?"Kinanti mengangguk lemah dengan kepala tertunduk, tanpa sengaja matany
Suara alarm berbunyi pertanda Kinanti harus bangun dan mengurus keperluan dua majikan nya, padahal Kinanti baru bisa tertidur saat subuh tadi.Dengan kepala yang terasa pusing Kinanti berjalan menuju kamar mandi, morning sicknees sudah menjadi kegiatan rutin nya setiap pagi.Setelah mencepol rambut dengan asal, Kinanti segera menuju kamar Davina dan Derren membangunkan keduanya untuk berangkat bersekolah."Derren, bangun yuk," Kinanti membangunkan kedua majikannya dengan kelembutan, walaupun sulit tetapi kesabaran Kinanti tidak ada batasnya."Mbak Kinan, bisa enggak jam nya si puter lagi," kata Derren.Kinanti tersenyum terkadang ia merasa bukan sedang menjadi pengasuh, tetapi sudah seperti seorang ibu yang mengurus anak-anak. Apa lagi Davina dan Derren sangat menghargai dirinya berkat Hanna yang selalu mengajarkan kedisiplinan dan cara menghormati orang yang lebih tua."Ayo bangun, Davina juga
"Sayang," Adam cepat-cepat memegang lengan Renata, berusaha untuk membujuk istrinya agar kembali tersenyum."Kamu ngapain perhatian sama dia?""Enggak ada yang lain selain kamu," Adam langsung memeluk Renata dengan eratnya, "ini hanya tentang pekerjaan, lalu bagaimana dengan pasien wanita lainnya di rumah sakit?" Tanya Adam.Renata mulai meredamkan rasa marahnya, kini ia mulai mengerti dengan perasaan Adam yang notabenenya seorang dokter kesembuhan pasien adalah suatu keutamaan."Kami sudah di sumpah untuk menjalankan tugas ini," ujar Adam lagi tanpa melepaskan Renata dari pelukan nya."Maaf ya, mungkin aku berlebihan," Renata merasa bersalah dan mulai memeluk Adam dengan erat.Tanpa sengaja Kinanti melewati taman, di mana Adam dan Renata tengah berpelukan dengan penuh kehangatan. Bahkan Kinanti mendengar sendiri alasan Adam barusan.Adam menatap Kinanti yang tengah menatapnya, sesaat kemudian Ki
Hari-hari terus berlalu Adam kini lebih memperhatikan keadaan Kinanti, bahkan ini sudah menjadi malam yang ke empat Adam menemani Kinanti makan malam."Kamu mau makan apa?" Kinanti tersentak saat keluar dari kamar langsung di suguhkan dengan pertanyaan.Adam tersenyum melihat reaksi Kinanti, sebenarnya Adam sudah menunggu Kinanti keluar dari dalam kamar untuk makan malam sejak tadi."Anda di sini tuan?" Pertama kalinya Kinanti bertanya pada Adam, bahkan ini kali pertama Adam mendengar Kinanti berbasa-basi."Tidak terlalu lama, saya hanya takut kau tidak minum susu dan malah makan mie instan," jawab Adam.Kinanti mengangguk mengerti."Mau makan apa?"Kinanti terdiam dan menatap Adam keinginan nya sebenarnya sangatlah sederhana, tetapi tidak tahu apakah Adam bisa mengabulkan nya atau tidak."Kau ingin sesuatu?" Tanya Adam lagi.
Hari Minggu adalah hari yang sangat di tunggu-tunggu oleh para pekerja yang wajib bekerja mulai dari hari Senin sampai dengan Sabtu.Begitu juga dengan Adam.Hari ini Adam memutuskan untuk seharian berada di rumah, selain ingin bersama dengan keluarga Adam juga ingin memiliki waktu untuk memberikan sedikit perhatian pada Kinanti.Walaupun Kinanti hanyalah sebatas istri gelap Adam ingin memberikan sedikit keadilan untuk janin yang masih berada di rahim Kinanti, anak tidak bersalah yang kini menjadi korban karena kekeliruan malam itu."Renata, temani aku joging ya," pinta Adam."Sayang, aku mengantuk," Renata masih memejamkan mata dan merasa malas untuk bangun pagi ini."Ya sudah aku pergi sendiri saja ya."Setiap hari Minggu Adam selalu menyempatkan diri untuk berolahraga raga, berlari kecil mengelilingi kompleks perumahan tempat dimana ia tinggal.Banyak warga yang ti
Ting.Ponsel Kinanti bergetar, dengan perlahan tangannya bergerak mengarah pada saku celana.Kinanti menatap Ilham kembali."Kenapa?" Tanya Ilham melihat raut wajah bingung Kinanti."Mas, aku pulang dulu ya, dia menghubungi aku dan mungkin aku juga bisa meminta bercerai darinya nanti," kata Kinanti.Ilham merasa tersentuh dengan kata-kata Kinanti, senyuman bahagia Ilham tidak bisa di tutupi di iringi menganggukkan lembut."Kamu hati-hati."Kinanti bangun dari duduknya dan segera beranjak, tidak lama berselang ponselnya berdering kembali."Halo tuan." Perasaan Kinanti begitu was-was tetapi keputusan bercerai dari Adam adalah tepat, mengingat Adam juga pasti bahagia sebab tidak lagi membebaninya.Juga tidak lagi ada rasa takut di hati Adam untuk di ketahui oleh Renata, wanita yang sangat dicintai Adam."Kamu di mana?" Adam sudah kembali kerumahnya dan mengambil mobilnya, kini ia tengah
"Tu-tuan, sa-saya. Mau bicara!!"Adam tidak perduli ia terus melajukan mobilnya membelah jalan raya."Mau makan sesuatu?" Tanya Adam sekilas melirik dengan wajah datarnya.Kinanti tidak bisa berbicara saat ini, bagaimana bisa mengatakan minta talak sedangkan Adam memperlakukan nya seperti ini.Kenapa Adam bisa berubah seketika.Entah di mana Adam yang cuek dan yang biasanya Arogan seakan tidak menganggapnya istri sama sekali."Kinanti!"Adam kembali menepikan mobilnya lalu, beralih menatap istri keduanya."Tuan saya ingin bicara," kata Kinanti dengan susah payahnya."Aku tidak mau bicara dengan wanita yang tidak menghargai suaminya!" Tandas Adam."Tidak menghargai?" Kinanti bingung kesalahannya di mana dan mengapa Adam mengatakan seakan mereka adalah pasangan suami istri yang sebenarnya, bukankan menikah hanya sebuah paksaan karena keadaan."Aku tidak mau kau memanggil ku Tuan!" Tegas Adam.Kinan