"Fikri dan Kenan sama Kakek," kata Rahmat.Rahmat merasa bahagia ketika kedua cucunya datang mengunjunginya, momen seperti ini terbilang langka. Sehingga tidak akan menyia-nyiakan begitu saja."Ayah masih sakit, sebaiknya istirahat," kata Kinanti tidak memberikan ijin."Ayah sudah sembuh, apa lagi kalau bermain dengan cucu Ayah," Rahmat tersenyum bahagia melihat cucu-cucunya yang tampan."Tapi Ayah.......""Sayang," Adam menegur Kinanti.Melihat Rahmat begitu bahagia bersama cucunya membuat Adam tidak tega untuk melihatnya, mungkin bagi kita benar jika terlalu lelah bisa membuat keadaan lebih buruk.Tetapi tidak bagi sebagaimana seorang, seperti Rahmat yang begitu bahagia saat kedua cucunya datang mengunjunginya.Bahkan sakitnya pun terasa sehat."Baiklah, tapi nanti Fikri dan Kenan harus menjaga Kakek," ujar Kinanti pada kedua anaknya."Siap ibu negara, hehe," keduanya cengengesan saat Kinanti memberikan perintah."Ayah juga jangan lupa untuk istirahat," Kinanti tersenyum melihat waj
Semuanya berjalan dengan pasangan masing-masing, Kinanti dan Adam berjalan paling depan.Kemudian Zidan dan Renata, berlanjut Serena dan Bayu. Sedangkan yang paling belakang ada Ferdian dan Zahra.Di antara ke empat pasangan suami istri itu hanya Zahra dan Ferdian yang tidak berpegang tangan.Keduanya hanya diam tanpa bicara, bahkan bibir Zahra terus mengerucut saat Ferdian sesekali meliriknya."Apa lihat-lihat!" Ketus Zahra.Pemandangan yang indah seketika terasa rusak karena melihat wajah Ferdian, ingin sekali menelan suami sialannya itu hidup-hidup agar terakhir di toilet. Setelah itu mata indahnya tidak akan melihat wajah menyebalkan Ferdian lagi.Ferdian hanya diam saat Zahra mengibaratkan bendera perang, tidak ada senyum apa lagi jawaban.Wajahnya hanya datar tanpa bicara, sampai akhirnya tanpa sengaja Zahra menginjak kulit pisang dan terjatuh di atas aspal."Aduh," Zahra meringis menahan sakit pada bokongnya yang tersentak."Zahra," Serena berhenti melangkah dan menoleh kebelak
"Mas, turunin, udah jauh!" Kinanti melihat ke belakang, tidak terlihat Imas sama sekali.Bahkan mereka sudah berlari begitu jauh."Apa benar?" Adam pun berhenti dengan napas yang terengah-engah.Kinanti pun turun dari punggung Adam, tidak tega melihat suaminya dengan napas yang terengah-engah merasakan lelah."Sayang, apakah banyak yang seperti itu di desa ini? Kalau banyak sebaiknya kita pulang secepatnya, atau tetap berada di dalam rumah saja," kata Adam masih melihat ke belakang, memastikan bahwa benar-benar tidak ada wanita tua dan tidak waras barusan mengejar mereka.Sedangkan di depan sana, Zidan, Renata, Serena, Bayu, Ferdian dan Zahra juga berhenti berlari.Adam dan Kinanti pun bergabung bersama yang lainnya.Semua masih mengatur napas, mencari udara sebanyak-banyaknya agar bisa menjadi normal kembali.Terkecuali Kinanti, sebab dirinya di gendong oleh Adam.Tiba-tiba saja Kinanti tertawa terbahak-bahak, hingga yang lainya bingung."Sayang, apa kau sedang kesurupan?" Adam pun m
Sekembalinya ke rumah, Kinanti bergegas menuju kamar mandi, membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, dengan pakaian bersih."Dasar jorok!" Ejek Zahra saat Kinanti mulai bergabung bersama mereka yang duduk di teras rumah.Kinanti pun tersenyum sambil mengusap wajahnya beberapa kali, pertama kalinya peristiwa itu terjadi.Sungguh hamil kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya, dirinya selalu ceria, mudah tertawa hanya karena hal yang terbilang biasa saja.Mungkin hormon kehamilan yang membuat nya menjadi demikian."Apa kabar!" Sapa Bayu saat melihat seorang pria bersepeda motor melewati jalan tepat berada didepan rumah Rahmat.Melihat Bayu seketika pria itu memarkirkan sepeda motornya, kemudian turun dan berjalan ke arah Bayu.Bayu pun berdiri dari duduknya, berjalan dan bersalaman ala pria dengan pria tersebut."Aku baik, kau apa kabar?" Tanya Pria itu sambil sebelah tangannya menepuk pundak Bayu layaknya teman dekat."Aku baik juga," Bayu menjawab tidak kalah antusias, lama tid
"Mas, apaan 'sih?" Tanya Kinanti bingung.Sepertinya tidak ada masalah tetapi Adam malah membuat masalah.Adam pun melengos pergi ke kamar, entah mengapa dirinya mendadak tidak terkendali saat ini."Mas!" Panggil Kinanti masih berada di luar.Kinanti pun melihat Bayu."Ini karena kamu!""Kenapa aku?" Tanya Bayu bingung."Ngapain kamu panggil Hendra barusan?""Suami mu saja yang sensitif!" Bayu pun berusaha untuk membela dirinya."Itu Afifah juga nanyain kamu, kamu pernah cium dia kan?" Tanya Kinanti kesal."Cium?" Tanya Serena yang dari tadi hanya diam saja mendadak berbicara."Mana ada!" Elak Bayu takut Serena marah.Kinanti pun segera masuk menyusul Adam yang sudah masuk terlebih dahulu.Kinanti pun mendorong pintu kamar dengan perlahan, setelah itu melangkah masuk mendekati suami nya yang tengah duduk di sisi ranjang.Perlahan Kinanti duduk di samping Adam, ingin membujuk suaminya agar suasana menjadi lebih baik."Mas," Kinanti pun menyadarkan kepalanya pada lengan Adam.Adam menat
"Sekarang cuci tangan mu itu!" Adam menatap tangan Kinanti yang menggantung.Kinanti masih diam di tempatnya, tidak mengerti mengapa Adam memintanya mencuci tangan."Kenapa masih diam?" Seru Adam melihat Kinanti masih berdiri di tempatnya tanpa ada niatan untuk bergerak."Cuci tangan? Buat apa?" Kinanti pun memberanikan diri untuk bertanya, sambil berpikir jika benar otak Adam sedang konslet karena emosi."Aku tidak suka di memegang tangan mu! Cuci sekarang!"Kinanti pun menatap tangannya, tidak ada yang kotor sama sekali."Kami cuma salaman Mas, tangan Kinan nggak kotor!" Kinanti pun menunjukkan tangannya pada Adam, "bersih!" Imbuh Kinanti meyakinkan Adam."Bagi Mas, kotor!" Adam pun menarik Kinanti menuju kamar mandi, mencuci tangan Kinanti dengan air mengalir dan memberikan sabun hingga beberapa kali, kemudian dibilas hingga di rasa bersih.Kinanti hanya diam menerima, meskipun sebenarnya kesal, dirinya tidak ingin membantah takut ada keributan dan sampai ditelinga Rahmat yang belu
Di tempat lainnya, seorang wanita juga tengah membersihkan tubuhnya.Renata juga merasa lelah setelah perjalanan panjang, hari yang mulai gelap membuatnya ingin mengistirahatkan tubuh lelahnya.Setelah selesai dengan ritual mandi, tubuhnya terasa lebih segar.Segera memakai piama dan memoles wajahnya dengan beberapa peralatan kecantikan malam.Setelah itu Renata membuka tasnya dan mengambil benda kecil, tidak lupa segelas air yang tersedia di meja dan meneguk sebuah pil.Zidan terdiam di ambang pintu kamar yang terbuka lebar, dirinya mendadak mematung setelah melihat Renata meminum pil KB.Zidan tidak mungkin salah melihat, obat itu sudah menjadi bagian dari hidupnya sebagai seorang dokter kandungan.Dalam hati Zidan bertanya-tanya, apakah Renata tidak mau mengandung anaknya lagi?Beberapa saat kemudian mata Zidan melihat Renata menyimpan kembali pil tersebut ke dalam laci meja rias.Artinya kemana saja Renata membawa dan tidak lupa untuk menelannya, buktinya sebelumnya mengambil dari
"Apa ada hubungannya dengan dulu Serena meminum pil KB, ada efek sampingnya ke rahim?" Tanya Renata lagi penasaran.Zidan memiringkan tubuhnya menatap Renata, dirinya terdiam tanpa menjawab.Renata pun mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur."Kamu merasa tertekan nggak sama aku?" Zidan tidak ingin membahas perihal orang lain, dirinya hanya ingin berbicara dengan Renata dari hati ke hati.Tidak ingin ada salah paham Zidan ingin transparan dalam urusan rumah tangga di antara mereka berdua."Kok nanya gitu?" Renata kembali bertanya kepada Zidan, sebab dirinya tidak merasa hal yang sama seperti dulu.Kini Zidan jauh berbeda, apa lagi Mentari sangat bahagia memiliki keluarga yang lengkap."Aku minta kamu kasih aku anak satu lagi saja, minimal 2 anak," pinta Zidan penuh harap.Renata tidak tahu apakah harus mengatakan iya atau tidak.Sampai akhirnya ingatan beberapa Tahun silam kembali berputar.Flashback on.Beberapa tahun lalu, Renata pendarahan hebat. Usia kandungannya masih 7 Bulan,