Bab 121 gratis

Pagi-pagi sekali rumah Kinanti sudah di gedor, bahkan sampai membuat Fikri menangis karena, suara keributan.

"Siapa, sih. Kok nggak sopan banget," gerutu Serena.

Kinanti berusaha menenangkat Fikri, tidur lelap bocah itu terganggu karena, suara gedoran pintu yang sangat kencang.

Sesekali terdengar seorang wanita berteriak meminta untuk di bukakan pintu.

Serena membuka pintu dan melihat dua orang wanita, satunya sudah cukup berumur dan satunya lagi mungkin sebaya dengan dirinya.

"Ada apa ya Bu?" Serena masih berusaha untuk tetap tenang, menimbang orang tersebut lebih tua darinya harus di hormati.

Andai saja wanita tersebut adalah wanita seumur dirinya, mungkin saat membuka pintu barusan langsung membenturkan kepala wanita tersebut pada sudut pintu.

"Saya, Desi Ibunya Ilham dan ini Nara calon istrinya Ilham!" Terang wanita paruh baya tersebut penuh kemarahan dan napas yang naik turun.

Serena mengangguk sambil berpikir keras, bingung pada Ibu yang kini berdiri di hadapannya.

"Ya, ada apa Bu?" Tanya Serena lagi.

"Ibu, Ibu. Aku bukan Ibu mu! Kamu pasti Kinanti! Wanita janda yang merayu putra ku!" Tebak Desi, sekalipun belum bertanya jelas siapa wanita di hadapannya tersebut.

"Saya buk-" belum juga Serena selesai berbicara lagi-lagi Desi memotong perkataannya.

"He, dengar baik-baik. Anak ku itu, aku sekolahkan tinggi-tinggi agar menjadi orang sukses dan mendapatkan calon istri baik-baik, bukan janda gatal seperti mu!" Napas nya naik turun, terbakar amarah.

Bobot wanita itu cukup besar hingga terlihat begitu menyeramkan saat marah.

"Bu, saya ini bukan Kinanti!"

"Lalu, Kinanti yang mana?" Desi merasa sedikit malu, padahal sudah menebak pasti wanita yang membuka pintu adalah janda anak satu dan ingin di jadikan istri oleh anaknya Ilham.

Setelah mendengar namanya terus di sebutkan, Kinanti membaringkan Fikri di ranjang. Kembali terlelap walaupun sempat terganggu karena, suara teriakan seorang wanita.

"Saya, Kinanti Bu. Ada apa ya?" Kinanti berdiri di samping Serena, menatap wanita berbobot mungkin sekitar 90 kg di hadapannya.

Untuk jalan saja sudah cukup sulit, di tambah kini mengomel membuatnya terlihat aneh dan mengerikan.

Jangan lupakan alis matanya seperti kartun Sinchan yang begitu tebal dan lebar, mungkin juga bisa di sebut jalan tol.

"Jadi kamu Kinanti?"

"Silahkan masuk Bu," Kinanti dengan sopan mempersilahkan Desi untuk masuk.

"Saya tidak sudi masuk ke rumah mu ini, saya hanya memperingatkan bahwa jangan kamu dekati anak saya. Apa lagi merayunya. Saya tidak sudi kamu menjadi menantu saya!"

"Maaf Ibu siapa?"

"Saya Desi, Ibu dari Ilham dan tadi malam dia mengatakan untuk melamar kamu. Saya katakan bahwa, saya tidak sudi kamu menjadi menantu saya! Lihat ini, dia calon menantu saya. Sebagai seorang Ibu saya tentu ingin yang terbaik untuk anaknya dan dia jauh lebih baik dari pada janda gatal seperti kamu!"

Kinanti menatap wanita yang berdiri di samping Desi, lipstik berwarna ungu, pakaian begitu menyempit di tubuhnya.

Bukan bermaksud meremehkan. Akan tetapi, rasanya seperti tidak sesuai penampilan dan tubuhnya.

"He. Ibu Desi yang terhormat, sahabat saya Kinanti tidak akan mengejar-ngejar putra anda, justru putra anda yang datang ke sini untuk memohon kembali pada sahabat saya."

Serena malah geram pada Desi, menganggap seorang janda hina. Padahal ucapannya jauh lebih hina dan menjijikan.

"Udah, nggak enak kalau di dengar orang," Kinanti berusaha untuk meredam keadaan yang semakin memanas.

Serena tak akan mau kalah begitu saja dalam berdebat, pantang baginya di rendahkan tanpa membalas.

"Bu, jika memang tidak ingin saya menjalin hubungan dengan anak anda. Karena, saya seorang janda, saya akan memutuskan hubungan kami. Ibu tidak perlu khawatir," Kinanti pun tak mau memiliki hubungan dengan seseorang jika memang orang tuanya tak merestui, lagi pula sejujurnya Kinanti belum siap untuk menjalin hubungan baru.

"Bagus, awas kalau kamu masih berani mengganggu anak ku janda sialan!"

"He......Pergi dari sini." Serena sudah tak tahan lagi, apa lagi saat mendengar kalimat hinaan kembali keluar dari mulut Desi.

Desi menatap Serena dengan sinis, baginya wanita seperti Serena tak pantas mengucapkan kalimat kasar padanya.

"Sombong, tinggal di rumah begini saja. Anak saya Ilham sudah membeli rumah dari hasil kerja keras nya sendiri. Dan lebih bagus dari pada rumah ini. Tapi, sepertinya ini juga hanya rumah kontrakan," Desi tersenyum miring puas menghina Serena dan Kinanti.

"Ya ampun, ini lampir pen banget gua timpuk!"

"Udah," Kinanti segera berdiri di depan Serena, takut apa yang di ucapkan Serena menjadi kenyataan, "Ibu mohon maaf, kalau memang sudah selesai berbicara boleh pergi? Saya berjanji tidak akan pernah berhubungan lagi dengan putra anda."

"Baiklah, saya pegang janji kamu. Atau......"

"Atau apa?" Tanya Serena yang berdiri di belakang Kinanti.

"Udah, Ibu saya janji dan tolong pergi dari rumah saya."

Desi tersenyum sinis dan pergi dengan membawa calon menantu yang tepat menurutnya tersebut.

Serena ingin sekali meremas mulut Desi, dan kesal pada Kinanti yang terus menghalangi keinginannya tersebut.

Segera Kinanti menghubungi Ilham untuk menemuinya, mengembalikan cincin yang di berikan padanya. Memutuskan hubungan mereka sekalipun cukup membuat Ilham kecewa begitu dalam.

Kinanti tak ingin lagi gagal dalam pernikahan, lebih baik mengakhiri sejak saat ini. Kasihan putranya jika nanti merasakan kesedihan jika dia menikah tanpa restu.

_________________________

Jangan lupa bahagia teman-teman, dan Author kasih gratis buat satu bab ini. Hehehe. Salam kenal.

Buat pembaca lama yang ngikutin Author komen dong. Nanti author balas komennya. hehehe.

Buat pembaca baru juga komen dan kenalin kalau kalian pembaca batu author, nanti author balas komen kalian.

Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo