Bab 42. Bisakan Menjadi Istrinya?

"Mas Suma, ke-kenapa? Jelek ya?" tanyaku ragu.

"Bahaya kamu, Ran!" ucapnya tiba-tiba.

"Maksudnya?" tanyaku heran. Aku dekatkan dudukku ke arahnya. Tak sabar aku ingin tahu, apa yang dia maksud.

"Ternyata, kalau kamu dibiarkan bisa melesat seperti anak panah. Itu yang saya takutkan!"

Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan. Ditariknya dudukku lebih mendekat. Mungkin wajahku kelihatan ketidakmengertianku.

"Lihat ini, kamu membuat sesuatu yang sederhana, tetapi diluar dugaan orang lain. Yang gilanya lagi, tidak hanya sekedar indah tetapi usefull! Good job! Ini baru Maharaninya Kusuma," katanya sambil memelukku erat. Hmm, belum apa-apa sudah menambahkan namanya.

Aku tersenyum lega menyambutnya. Semoga kerja kerasku berhasil.

"Besuk, kita mulai produksi sampelnya. Masih cukupkan waktunya?" bisiknya dengan lembut. Dikecup keningku dengan lembut. Kami tersenyum bersama, satu langkah terlewati.

Kerja kalau ditemani orang terkasih memang membuat lebih semangat. Apalagi dapat du
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo