Bab 309.  Obrolan

Saat anak kita beranjak dewasa, yang dia butuhkan pada orang tua adalah teman bicara. Dia sudah mampu berpikir dan memutuskan sesuatu. Tidak tepat kalau sebagai orang tua kita mengatur ini dan itu. Walaupun dengan dalih kasih sayang.

Sambil berpikir apa dan kemana biduk catur ini dijalankan, kami berbincang santai. Kali saling melontarkan candaan, bahkan ejekan. Terlebih saat aku lontarkan pertanyaan tentang teman perempuan.

“Jadi Wisnu sampai sekarang tidak pernah pacaran?” tanyaku dengan tatapan menyelidik. Aku tahu Maharani begitu keras mendidik anaknya, tapi kadang anak laki-laki semakin dilarang justru tergoda untuk melanggar.

Dia menggeleng, kemudian mengambil kue kering yang ada di toples.

“Beneran? Papi tidak akan bilang Mama. Ini rahasia kita,” desakku sambil mencondongkan tubuh ini ke depan.

Dia justru tertawa dan melontarkan tuduhan. “Papi mau jadi mata-mata Mama, ya?’

“Untuk apa? Papi Cuma heran, cowok sekeren kamu kok tidak laku.”

“Siapa bilang tidak ada yang naksir Wisnu
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo