Satu Minggu sudah berlalu Adam benar-benar tidak bisa bertemu dengan Kinanti, Agatha menutup akses bagi Adam untuk menemui Kinanti seperti apa yang di inginkan oleh Kinanti sendiri.Apapun akan di lakukan oleh Agatha demi cucunya, sekalipun masih berada dalam kandungan.Sehingga hari ini Adam segera menuju perusahaan untuk menemui Agatha."Pa, dimana Kinanti?" Adam langsung masuk tanpa perduli Agatha sedang rapat bersama beberapa bawahannya.Agatha menatap Adam, menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi."Rapat satu jam lagi di lanjutkan!" Agatha meminta karyawan untuk keluar dari ruangan nya.Setelah semua keluar pintu tertutup kembali, Agatha beralih menatap putra bungsunya."Pa, Kinanti di mana?" Tanya Adam untuk kedua kalinya tidak sabar menunggu Agatha dalam menjawab pertanyaan nya."Kinanti, baik, janinnya juga baik, dan dia tidak ingin bertemu dengan mu," papar Agatha dengan santai."Pa, katakan dimana Kinanti, Adam suaminya, dan lebih berhak!""Ya, tapi dia tidak mau bertemu d
"Adam, ini semua ada penjelasan nya."Sayangnya Adam tak perduli, segera naik ke dalam mobilnya dan pulang menuju rumah, saat Adam sampai, mobil Renata juga ikut masuk kemudian turun dengan berlari secepat mungkin menyusul Adam yang sudah lebih dahulu masuk ke dalam kamar."Adam tolong dengarkan aku," Renata masih mencoba untuk bernegosiasi, rasanya ini tidak adil sebab tidak semua permasalahan murni dari dirinya."Apa lagi yang harus aku dengar! Tentang mu dan Zidan yang pernah bermain di belakang ku?! Kau, aku, dan dia, sahabat awalnya tapi, kalian tega menusuk ku dari belakang tanpa rasa malu.""Baik, aku bersalah! Lalu bagaimana dengan mu sampai menghamili wanita lain, menikahinya, dan hidup dalam satu atap bersama ku di rumah ini. Selama itu kamu seakan dingin padanya, tak mengenal dan tak ingin kenal, tapi ternyata apa?! Dia juga istri mu!" Teriak Renata sambil mencengkram erat keras kemeja Adam."Aku dan dia bukan di sengaja, tapi terjadi tanpa di sengaja, jangan tepat kan masa
Pintu tertutup rapat dan di kunci tanpa ada perasaan ingin membukanya kembali. Adam pun tak ingin menyerah, bahkan menunggu hingga pintu terbuka kembali sekalipun tak ada niatan di hati Kinanti untuk membukanya.Tok tok tok."Kinanti, tolong buka pintunya."Adam terus mengetuk pintu hingga satu jam berlalu masih setia berdiri di depan pintu berharap akan ada seseorang membukakan pintu.Sayang nya Kinanti tak mengijinkan siapa pun membuka pintu untuk Adam, tak ingin bertemu dan berdekatan yang hanya membuatnya stress.Sekalipun malam semakin larut Adam tak perduli, bahkan dengan perlahan duduk pada anak tangga masih menunggu untuk di bukakan pintu.Jam menunjukan pukul 23 : 00 artinya sudah hampir 6 jam Adam berada di sana tapi, sampai detik inipun belum ada tanda-tanda pintu akan di buka.Sulit sekali meluluhkan hati Kinanti, rasa sakit mengajarkan segala sesuatunya sehingga tak ingin mudah iba sekalipun Adam masih setia berdiri di teras.Kinanti membuka pintu balkon berdiri di sana
Sudah berulangkali kali Kinanti menolak bertemu dengan Adam, bahkan dengan terang-terangan mengatakan bahwa tak ingin bertemu dengan Adam lagi. Tapi hari ini pun Adam kembali lagi demi bisa bertemu dengan Kinanti, bahkan malam ini Adam rela tidur di depan pintu utama demi membuktikan kesungguhannya memohon maaf pada Kinanti.Ia duduk sambil bersandar pada daun pintu, dengan kaki setengah terlipat dan menatap ke arah gerbang. Pakaian kusut, tubuh bau keringat dan wajahnya terlihat kelelahan.Hingga saat malam semakin larut Adam tertidur lelap.Tiba-tiba langit gelap, petir menggelar dan hujan pun turun dengan derasnya. Adam terjaga dengan cepat berdiri dan memeluk tubuhnya yang kedinginan.Adam melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya."Jam 00 : 01."Artinya sudah cukup lama berada di depan pintu tapi sampai saat ini pun belum ada tanda-tanda pintu di buka."Haaaaatchihhhhh."Adam berulang kali menggosok hidungnya, kemudian memeluk tubuhnya sendiri karena, merasa kedinginan
Kinanti benar-benar menyetujui usulan sahabatnya Serena, membenarkan memberikan pelajaran untuk Adam tanpa ada rasa iba seperti apa yang sudah di lakukan Adam pada dirinya selama ini."Serius aku pakai ini?" Kinanti menatap tubuhnya di cermin, gaun tidur sexy terlihat pas di tubuh indahnya. "Serius dong, namanya balas dendam," Serena tersenyum penuh kemenangan.Kinanti mengangguk setuju, kemudian pintu kamar terbuka Adam terlihat berdiri di ambang pintu kamar."Kinan, aku tidur dulu. Ya," Serena menunjukan jam dinding sudah menunjukan hampir subuh dan rasanya menang sudah sangat mengantuk.Kinanti mengangguk lalu Serena keluar.Sementara Adam masih betah berdiri di sana memandangi Kinanti, tubuh sexy dengan perut membuncit.Kapan terakhir kali meraba tubuh itu? Ah! Adam tidak tahu, yang ia tahu menginginkan lagi."Keluar!" Kinanti menunjuk pintu, meminta Adam keluar dari kamarnya."Kinanti, Mas ingin tidur memeluk mu," pinta Adam dengan melas.Kinanti memandangi tubuh lusuh Adam, b
Kinanti menikmati sarapan paginya dengan bahagia, rasanya puas melihat Adam tersiksa.Kinanti bukan wanita jahat, tapi Adam mengajarkan dirinya melakukan ini. Mengubah dirinya menjadi wanita keras dan pembangkang, kapan akan bahagia bisa terus disiksa lahir batin.Tidak.Kali ini tak lagi sama, cinta tak mampu melumpuhkan ego. Begitu pun dengan luka, tertutup kabut kebencian, hanya seorang wanita lemah pejuang kebahagiaan.Manusia dengan punya batas kesabaran, kali ini pun sama kesabaran itu sudah sampai pada batas, hingga kedepannya tak lagi ingin terperangkap akan cinta yang semu tak pernah di balas Adam padanya.Padahal selama ini hanya menurut, tanpa menuntut. Tak satu kali pun di pandang, di tatap dengan sepenuh hati lalu, bertanya akan perasaan wanita rapuh seperti dirinya."Kamu sarapan apa?"Suara Adam membuat selera makanya rusak, seketika berdiri dan meninggalkan makannya yang belum habis.Adam menatap punggung Kinanti yang semakin menjauh.Adam mendesus sambil tertunduk le
Kinanti tersenyum miring menatap wajah Adam dari kejauhan, sebenarnya ini bukanlah dirinya tapi Serena mengajarkan dirinya akan kecurangan demi membalaskan sakit hati. Sakit hati seiring dengan kehancuran yang di lakukan Adam.Wajah Adam terlihat gusar, shock, kebingungan mendengar kata-kata nya barusan. Itulah yang memang di harapkan, biarkan Adam bingung dalam pikirannya.Hingga membuat batin tersiksa, ini hanya sebuah cara untuk bisa membuat Adam tahu bahwa ada wanita lain yang terluka selain dari Renata istri tercintanya.Kinanti segera menuju taman belakang melihat bunga-bunga indah kesayangannya yang tengah bermekaran, selama ini menyiram bunga sudah menjadi salah satu kebahagiaan untuk nya."Selamat pagi," Kinanti menyapa bunganya dan segera menyiraminya."Udah sarapan?" Tanya Serena.Kinanti tersadar kedatangan Serena."Udah, tapi terganggu karena, suami tak jelas ku itu," jawab Kinanti dengan malas."Em," Serena mengangguk kemudian berbisik pada Kinanti, "biarkan dia yakin u
"Kinanti," desah Adam saat Kinanti mulai memasukan milik Adam pada mulutnya.Ini menjijikan bagai seorang jalang tak berharga diri, tapi sudah terlanjur tidak mungkin lagi mundur."Sial!"Adam pun membalikkan posisi menjadi Kinanti yang berada di bawahnya, dan mulai melakukan penyatuan."Ah.....Mas," desah Kinanti merintih dengan nikmat dan berteriak.Adam semakin bersemangat untuk melakukan nya.Semakin Kinanti berteriak menggema maka semakin membuatnya bahagia dan terperangkap jauh dalam gejolak panasnya berada dalam diri Kinanti.Kenapa bisa Kinanti begini, bermain sesukanya tanpa ada rasa malu seperti biasanya tapi biarlah.Biarkan semua begitu jika ini bisa membuat bahagia dan Adam memilih untuk tetap menikmati.Setelah sampai pada puncaknya keduanya terkapar, Adam bahkan tertidur lelap di samping Kinanti.Kinanti segera bangun sekalipun tubuhnya terasa remuk, tapi tetap menuju kamar mandi sambil memijat dahinya yang terasa pusing.Segera mengguyur tubuhnya, bayangan wajah Renata