Pikiran Nada benar-benar tidak baik-baik saja, bahkan lagi-lagi sampai larut malam begini Tama belum juga kembali.Ini sudah berulang kali terjadi, bahkan satu Bulan pernikahan Tama terus saja seperti ini.Semakin menjadi-jadi dan membuat Nada bingung.Nada pun memutuskan untuk mencarinya di tempat hiburan malam, meskipun awalnya ragu.Tetapi akhirnya Nada pun membulatkan tekadnya, lagipula bukankah biasanya Tama sangat suka berada di sana?Bukankah itu adalah tempat yang selalu dikunjungi oleh Tama, mungkin saja setelah menikah pun suaminya itu masih saja suka ke sana.Ya, Nada benar. Tempat hiburan malam.Setelah sampai di sana Nada pun mengedarkan pandangannya, asap rokok yang bertebaran membuatnya ter-batuk-batuk.Tetapi, tujuannya adalah Tama.Belum lagi pemandangan yang membuat mata tidak nyaman, apa lagi kalau bukan karena wanita dan laki-laki berbaur tanpa jarak.Belum lagi pakaian wanita itu yang tampaknya tak cukup bahan.Tetapi sampai saat ini pun Nada tidak juga melihat Ta
Sesampainya di rumah Tama langsung saja membawa Nada ke dalam kamar mandi, mengguyur tubuh Nada dengan air dingin meskipun sebenarnya malam semakin larut saja.Tama benar-benar marah setelah melihat Nada mabuk-mabukan bersama dengan lelaki lain, bahkan menuju hotel.Beruntung dirinya bisa melihat sebelum akhirnya Nada benar-benar bersama lelaki di dalam kamar hotel.Perlahan Nada pun membuka matanya, kepalanya terasa begitu berat dan tubuhnya pun menggigil.Melihat sekelilingnya seperti berputar, kemudian Nada pun melihat Tama di hadapannya yang sedang bertolak pinggang.Nada tak ingin salah dalam melihat seseorang, mengusap wajahnya beberapa kali dan melihat wajah Tama tampak seperti dua.Mungkin karena dirinya belum hilang dari pengaruh minuman itu.Hingga Tama pun lagi-lagi mengguyurnya dengan air dingin, agar Nada bisa sadar sepenuhnya."Mas, dingin," kata Nada yang perlahan melihat wajah Tama dengan jelas dan yakin jika itu adalah Tama.Tama pun sudah yakin jika kini Nada sudah m
Pagi harinya Nada pun terbangun dengan wajah pucatnya, tersadar pakaiannya ternyata masih yang semalam.Segera Nada pun menuruni ranjang untuk mengganti pakaiannya, meskipun langkah kakinya terasa berat seiring dengan kepalanya yang masih pusing.Belum lagi kamar yang berantakan karena beling yang berserakan di mana-mana.Semetara Tama entah di mana keberadaannya, hingga tanpa sengaja Nada pun menginjak serpihan guci."Ah," Nada pun terkejut merasa sakit pada kakinya.Dan sedikit membungkuk untuk melepaskan serpihan benda tersebut.Tampak cairan merah pun mengalir begitu saja dari sana.Tama pun muncul dan melihatnya, segera Tama pun mendekati Nada dan mengangkat Nada, membawanya keluar dari kamar tanpa ada yang berbicara sama sekali.Bahkan Nada sendiri tak ingin berbicara karena tidak ingin mengundang pertengkaran lagi, berharap semoga malam tadi adalah pertengkaran pertama dan terakhir kalinya.Sungguh Nada sangat takut melihat Tama yang menjelma menjadi asing di matanya.Setelah d
Nada hanya terdiam dan menyadari segala kesalahan yang mungkin saja pernah di lakukan hingga membuat Tama menjadi seperti ini.Namun apa? Nada sendiri tidak tahu apa kesalahannya.Hingga ponselnya pun berdering tertulis nama sang Ayah di sana.Dengan perlahan Nada pun meraih ponselnya dan menerima panggilan tersebut."Halo Yah," jawab Nada setelah meletakan ponsel pada daun telinga."Kamu sedang apa?" Tanya Adam dari sebrang sana, "kamu baik-baik saja?" tanya Ad dengan begitu banyaknya pertanyaan.Nada hanya diam saja, seakan bingung harus menjawab seperti apa.Karena sejujurnya Nada tidak baik-baik saja, lantas bagaimana jika Adam tahu tentang dirinya saat ini.Mungkin sebaiknya Adam tidak perlu tahu akan semua ini.Nada yakin Tama hanya sedang beradaptasi dengan pernikahan mereka.Meskipun sulit tetapi Nada masih berusaha untuk mengerti."Kenapa hanya diam saja?" tanya Adam dari sebrang sana, saat ini dirinya butuh sedikit saja jawaban agar perasaannya lebih baik, "Ayah, hanya sedan
Pagi harinya Nada pun terbangun dirinya merasa begitu hangat dan juga nyaman, membuatnya tak ingin bergeser dari posisi tersebut, tak di sangka ternyata Tama tidur di sampingnya sampai pagi.Bibir Nada pun tersenyum sambil melihat Tama yang berada di sampingnya.Hingga akhirnya Nada pun semakin memeluk Tama dengan eratnya.Ini adalah suatu hal yang sulit terjadi, setelah sat bulan menikah mungkin bisa dihitung dengan jari akan jari seperti ini.Nada tak mau memikirkan banyak hal, yang dia tahu hanya ingin di pelukan hangat suaminya.Semakin hari rasanya cinta Nada semakin besar, meskipun sebenarnya Nada bertanya-tanya penyebab perubahan sikap Tama yang cukup mengejutkan.Hingga akhirnya Tama pun terbangun karena suara ponselnya yang berbunyi.Tak disangka ternyata yang menghubungi adalah Kinanti."Halo," jawab Tama dengan suara khas bangun tidur, lagi pula tidak biasanya Kinanti menghubunginya pagi-pagi begini.Mungkin karena sesuatu hal yang sangat penting, dan apapun alasannya harus
Nada masih sibuk dengan pikirannya membersihkan rumah, hanya untuk sekedar menghilangkan rasa bosan saja.Bahkan Nada tidak memberikan ijin pada beberapa pekerja yang biasa membersihkan apartemen tersebut.Lagi-lagi dengan alasan yang sama, Nada ingin sedikit disibukkan dengan pekerjaan hingga tidak terlalu memikirkan Tama dengan segala perubahan sikapnya."Ya ampun, kuku aku patah," Nada menatap kuku-kukunya, merasa sedikit bersedih.Tapi sudahlah, karena sebentar lagi bisa di perbaiki lagi."Kenapa kamu yang mengerjakan semua ini?" Tama pun kembali dan tiba-tiba saja bertanya pada Nada.Nada pun sampai terkejut melihat Tama yang bahkan sudah masuk dan tidak disadari jika tidak bersuara.Tapi bukan itu yang membuat Nada bertanya-tanya, melainkan melihat jam pulang Tama saat ini.Mata Nada langsung tertuju pada jam dinding, memastikan apakah dirinya yang salah ataupun memang benar.Tapi tidak, Nada memang benar. Bahkan jam menunjukkan pukul 16:00 wib."Ada apa? Apa ada yang aneh?" Tam
Sesampainya di kediaman Adam dan Kinanti, akhirnya keduanya pun memutuskan untuk segera memasuki rumah.Ternyata sudah di tunggu oleh keluarga besar yang duduk di ruang tamu."Anak Bunda," Kinanti pun tersenyum saat melihat Nada yang berjalan masuk ke dalam rumah.Sambil perlahan bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Nada yang juga sedang berjalan ke arahnya.Hingga akhirnya Nada pun langsung memeluk Kinanti dengan eratnya.Begitu juga dengan Kinanti yang memeluk putrinya tidak kalah erat seakan ibu dan anak itu telah lama tidak bertemu."Kamu apa kabar?" Tanya Kinanti yang melepaskan Nada dengan perlahan kemudian mencium dahi putrinya dengan penuh cinta.Menatap wajah Nada dengan penuh cinta yang tulus, cinta seorang ibu yang tak akan pernah bisa luntur terhadap anaknya."Baik," jawab Nada sambil tersenyum.Hingga kemudian matanya tertuju pada Adam yang masih duduk di tempatnya.Tepat di sofa yang sebelumnya Kinanti juga duduk di sana, bersebelahan dengan Adam.Nada langsung ber
"Wah, masakan Bunda tetap saja tidak ada yang menandinginya," kata Nada sambil menatap begitu banyak makanan yang sudah tersaji di atas meja makan.Tetapi Nada tidak langsung mengisi piringnya sendiri, melainkan mengisinya piring Tama terlebih dahulu.Mengisi piring suami yang teramat di cintainya itu, biarlah luka hati dengan sejuta kegundahan hanya simpan saja tanpa ada yang perlu tahu."Sudah cukup, ini terlalu banyak," Tama pun meminta Nada untuk berhenti menambahkan makanan lainnya, karena tidak akan mungkin juga bisa menghabiskannya."Ya udah, ayo di cobain. Masakan Bunda yang paling istimewa di rumah ini," kata Nada dengan senyuman seakan begitu bangga akan Kinanti adalah wanita yang penuh cinta itu begitu memiliki banyak kelebihan.Kemudian Nada pun ikut duduk di samping Tama. Mengisi piringnya dengan nasi dan juga lauk dan sayur yang sudah tersaji.Semuanya tampak begitu nikmat hingga dirinya tidak ingin terlewatkan untuk mencicipi semuanya."Anak Bunda sudah dewasa ya, biasa