"Cepat sana temui calon suami mu, keburu mati kedinginan dia itu," kata Fikri sambil berlalu pergi melewati Nada yang masih memikirkan nasib Ayahnya.Tetapi sesaat kemudian Nada pun tersadar, kemudian melihat Fikri."Apaan sih, ngomongnya gitu banget!" Gerutu Nada.Dengan segera menemui Tama yang masih berada di luar sana, benar saja ternyata Tama menggigil kedinginan.Melihat Nada yang menemuinya membuat Tama pun tersenyum."Sayang, Mas, minta maaf ya. Mas, salah. Janji nggak akan ulangi lagi," kata Tama dengan wajah penuh penyesalan.Bahkan terlihat memohon pada Nada agar tak lagi marah padanya.Namun Nada hanya diam saja menatap wajah Tama."Sayang," panggil Tama dengan suara pelannya berharap mendapatkan maaf."Masuk!"Setelah mengatakan itu Nada pun langsung masuk.Sementara Tama mengangguk dengan cepat, bahkan hatinya begitu bahagia. Paling tidak saat ini Nada sudah mau bicara padanya.Tanpa menyia-nyiakan waktu lagi Tama langsung mengikut di belakang tubuh Nada."Duduk, Nada bu
Andai saja sejak dari dulu tau adik dari Fikri lah yang akan dicintainya, sudah pasti Tama akan menunjukan sikap yang paling baiknya.Bahkan membuat Fikri pun sampai bangga karena memiliki calon adik ipar seperti dirinya.Karena sudah pasti Tama akan menjadi seorang yang sangat baik.Tapi itu hanyalah andai-andai saja, sebab semua jalan yang sudah ditentukan hanya bisa dijalani saja dan berusaha untuk menjadi seorang yang lebih baik."Sudah malam, masih saja berduaan begini," kesal Fikri."Kami nggak ngapa-ngapain kok Kak," jawab Nada berusaha untuk membela dirinya.Terutama takut jika saja Fikri mencabut restu yang sudah diberikannya."Iya, karena aku datang tepat waktu. Kalau tidak?" Fikri pun menggantung ucapannya sambil melihat Tama, "entah apa yang sudah kalian lakukan di sini," lanjut Tama lagi.Sementara Tama hanya bisa diam saja, persis seperti seorang anak kecil yang dihukum oleh gurunya berdiri di depan kelas, karena tidak mengerjakan tugas sekolah.Sejak kapan Tama jadi dem
Tiba-tiba saja sekitarnya di penuhi dengan bintang yang bertaburan.Langit tampak begitu indah dengan bulan yang bersinar terang benderang.Tetapi, ada yang jauh lebih membahagiakan, yaitu Nada yang sedang memakai gaun berbulu domba dan berpadu bulu angsa berwarna putih.Bahkan di sekitarnya juga dipenuhi dengan banyaknya kelinci yang berlalu lalang dengan penuh semangat.Nada pun berjongkok dan menangkap seekor kelinci, kemudian menggendong dan menciumnya.Namun, sesaat kemudian ada yang memeluknya dari belakang.Nada pun tersentak, ternyata Tama yang memeluknya.Nada sungguh sangat bahagia tanpa bisa mengucapkan dengan kata-kata.Ada hal yang lebih membuat Nada bahagia yaitu pakaian Tama persis seperti artis India.Dengan dadanya yang terbuka, menampakan bulu halus di sana."Kamu cantik sekali," kata Tama.Memuji kecantikan Nada hingga akhirnya menyelipkan setangkai bunga mawar merah di telinga Nada.Jantung Nada pun kian berdegup kencang, karena rasanya sentuhan tangan Tama begitu
Hari ini pernikahan pun akhirnya tiba, Nada yang tampil dengan gaun pengantin tambak begitu anggun.Karena sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kinanti, tidak pecicilan untuk hari ini saja.Itulah yang sedang dilakukan oleh Nada, berusaha keras untuk bisa menjadi pendiam adalah suatu hal yang sangat menyulitkan."Anak Bunda, cantik sekali," Kinanti pun menghampiri Nada ke kamarnya.Memastikannya jika anaknya sudah selesai berhias dibantu oleh beberapa MUA profesional.Ternyata benar, putrinya itu sudah menjadi seorang ratu yang begitu mempesona."Ya, ampun calon istri orang. Cantik sekali," Mentari yang datang bersama mertuanya itu juga tersenyum melihat Nada yang begitu cantiknya.Rasanya tidak percaya saat ini adik iparnya tersebut akan menikah."Hehe, ya dong," kata Nada dengan senyuman.Tapi sesaat kemudian wajah Nada berubah menjadi murung, karena merasa sedih."Kok, cemberut. Kenapa?" tanya Kinanti yang menyadari wajah Nada yang berubah tiba-tiba."Sarah kok belum datang ya Bun
"Aku harap kau tidak akan pernah menyakitinya," kata Fikri dengan senyuman.Ada bahagia, sedih dan haru bercampur menjadi satu padu.Tama pun mengangguk kemudian keduanya pun berpelukan ala-ala sahabat yang sedang berbahagia.Tama pun begitu terharu saat ini dimana restu yang sudah di dapatnya seakan begitu berpengaruh besar dalam hidupnya kedepan."Kau! Jangan lagi menjadi anak kecil!" Kata Fikri memperingati Nada."Hehehe," Nada pun cengengesan sambil tersenyum pada Fikri."Cengengesan lagi!" Fikri pun menyentil dahi adiknya itu.Tetapi percayalah jika itu sentilan rasa sayang seorang Kakak pada adiknya yang kini sudah menikah."Sakit tau Kak!" Nada pun menginjak kaki Fikri hingga meringis."Dasar adik durhaka!" Kata Fikri kesal."Udah ah, apaan sih!" Kata Mentari yang juga ikut dalam kebahagiaan yang dirasakan oleh Nada."Tau nih, udahlah. Kakak ipar, apa kau tidak ingin mengucapkan selamat hari kebagian pada ku?" Tanya Nada."Aku juga ikut dong," Diva pun ikut bergabung bersamanya
Acara pernikahan sudah selesai, rasanya sangat melelahkan sekali. Namun, meskipun demikian ini adalah hal yang teramat sangat membahagiakan yang tak dapat hanya diungkapkan dengan kata-kata.Selamat datang di dunia mu yang baru Nada, ini adalah awal dari segalanya.Awal dari kehidupan mu yang akan berbeda jauh dari sebelumnya, sebab sudah menyandang status sebagai sebagai seorang istri.Artinya kamu harus belajar untuk menjadi dewasa dan juga bisa menjadi manusia penuh dengan rasa hormat, dan penuh dengan rasa bahagia.Nada kini sedang berada di depan cermin, menatap wajahnya sambil melepaskan handuk yang melilit di rambutnya.Karena dirinya sudah di buat basah oleh dua Kakaknya yang usil namun begitu baik.Hingga akhirnya pintu pun terbuka, tampak Tama di sana.Dengan perlahan Tama pun melangkahkan kakinya untuk masuk.Ingat! Mulai hari ini, ataupun tepatnya malam ini keduanya harus terbiasa berbagi dalam segala hal.Termasuk kamar.Itulah yang kini terjadi, Tama dan Nada dalam satu
Akhirnya Nada pun kembali membuat penantian Tama tidak sia-sia.Bahkan harus mendengarkan penjelasan Nada yang lagi-lagi begitu membingungkan. "Apa sudah selesai?""Hehe," Nada pun cengengesan."Sudah bisa peluk?" Tanya Tama lagi menggoda Nada.Nada pun mengangguk yakin, bibirnya terus saja tersenyum bahagia karena sudah menjadi seorang istri.Hingga akhirnya Tama pun melingkarkan tangannya pada pinggang Nada."Kenapa tegang sekali?" Tanya Tama."Mas, katanya malam pertama itu sakit. Beneran nggak sih?" Nada pun tersenyum kecut setelah bertanya pada Tama, rasanya cukup menegangkan sekali.Hingga Tama pun tertawa mendengar pertanyaan Nada.Ya tetapi, sampai di sini Tama semakin yakin jika istrinya itu benar-benar masih ting-ting.Meskipun sebenarnya Tama tidak perduli pada itu semua, bagi dirinya keperawanan tidak penting karena dirinya juga sudah menyandang status janda.Bahkan ranjang bukan lagi menjadi hal aneh baginya, tetapi semenjak sekarang ini dirinya sudah berjanji akan melup
"Wah, gimana malam pertanyaannya bro," Fikri pun menghampiri Tama yang duduk di sofa yang ada di depan kamarnya.Wajah Tama tampak kesal, di pagi hari ini. Bukankah seharusnya bersinar terang seperti matahari yang sedang menyinari bumi atau mungkin karena malam pertanyaannya gagal.Padahal sudah tidak tahan, namun pinggangnya malah sakit karena ranjang yang roboh."Semangat dong ya?" Tanya Kenan yang juga ikut bergabung.Ketiganya sudah tidak lagi asing, sehingga jika pun menjadi keluarga seperti inipun tidak lagi ada sesuatu yang harus diperkenalkan."Apa baik-baik saja? Seharusnya begitu ya?" Tambah Fikri lagi dengan perasaan puas mengejek Tama habis-habisan.Hingga akhirnya Tama pun menatap Kenan dan Fikri dengan perasaan curiga.Apakah mungkin dua orang itu yang membuatnya menjadi seperti ini?Sial."Ada apa? Kenapa kau menatap kami begitu?" Tanya Kenan."Tau, nih kami tidak ada hubungannya dengan ranjan mu itu," tambah Fikri.Setelah itu Fikri dan Kenan pun tertawa, sementara Tam