"Ya, aku menunggumu untuk menjelaskan!"Kenan pun terus menatap Diva, sebab dari tadi tak juga berbicara apa-apa.Sejenak Diva menimbang, sambil menatap wajah Kenan yang terus menatapnya penuh intimidasi.Tapi kenapa harus malu juga, bukankah Diva tidak mencuri atau melakukan pekerjaan keimanan lainnya."Aku malu sekali saat Abi menghubungi ku dan memberitahu kamu bekerja di kantin," Kata Kenan lagi.Agar Diva tahu jika yang memberitahukan kepadanya adalah Bayu sendiri, sebagai seorang suami yang bertanggung jawab tentunya Kenan tak ingin dipandang sebelah mata.Apa lagi di tegur langsung oleh mertuanya sendiri, itu sungguh sangat memalukan."Abi?" Diva mendesus setelah menatap wajah Kenan, awalnya sempat berpikir jika dirinya tak lagi memiliki mata-mata setelah menikah.Tetapi sama saja, kebebasan hakiki tak pernah didapatkannya.Rasanya lelah jika harus hidup dalam pantauan selama 24 jam."Iya!""Aku nggak punya uang, kamu tau? Sejak Abi tahu aku dan Nada mabuk, semua pasilitas yang
"Bagaimana skripsi mu?""Puyeng, bantuin ya," Diva pun menangkup kedua tangannya, berharap Kenan mau membantunya.Kenan pun mengangguk setuju, apa saja jika untuk Diva pasti akan di lakukan olehnya.Apa lagi tujuannya menjadi dosen adalah Diva, andai saja tahu mungkin dirinya sudah di ejek habis-habisan oleh Diva karena begitu bersemangat ingin mendekati."Kamu ikut aku ke kantor, ya.""Tapi aku harus balik ke kampus.""Ngapain? Dosen kamu di sini!" "O, iya," Diva memang aneh, apa lagi sejak kemarin di nikahi oleh Kenan.Mungkin situasi yang baru ini masih membutuhkan waktu untuk bisa menepatkan diri.Namun, entah sampai kapan. Tetapi, semua memang sangat mendadak. Hingga benar-benar membutuhkan waktu untuk melakukan banyak pendekatan.Saling mengenal layaknya seorang suami istri pada umunya, bukan hanya sekedar sahabat saja seperti dulunya.Canggung yang kini menjadi musuh terberat bagi keduanya."Kamu ini ada-ada saja."Kenan pun mengulurkan tangannya pada Diva, dengan ragu Diva pu
Diva pun membuatkan secangkir kopi untuk Kenan.Tak sulit untuk melakukan semua itu. Sebab, dirinya sudah terbiasa menyeduhnya kopi untuk Abi Bayu."Selesai," Diva tersenyum bangga menatap secangkir kopi buatannya.Sesaat kemudian kembali ke ruangan Kenan, masih saja pria itu duduk di tempatnya tanpa berpindah sama sekali.Perlahan Diva meletakan pada meja kemudian duduk di sofa."Bagaimana?" Diva penasaran dengan komentar yang akan diberikan oleh Kenan tentang kopi buatannya, sebab itu adalah untuk yang pertama kalinya.Ini sungguh luar biasa.Kenan hanya menunjukkan wajah datarnya, sedangkan Diva benar-benar menunggu dengan penasaran."Kurang manis," kata Kenan.Akhirnya setelah menunggu lama Diva mendengar komentar Kenan, merasa sedikit kecewa sebab, berharap akan mendapatkan pujian."Masa sih?""Cobain."Kenan memberikan cangkir di tangannya pada Diva, dengan rasa ragu menyeruput kopi tersebut.Hingga akhirnya tatapan bingung pun dilayangkan pada Kenan."Perasaan pas deh, nggak te
"Kenan!""Apa?""Aku bisa melaporkan mu, pada polisi!""Benarkah?"Kenan terkekeh geli mendengar apa yang di katakan oleh istrinya tersebut.Bagaimana bisa istrinya itu melupakan status mereka saat ini.Lagi pula bukankah itu adalah hal yang wajib terjadi jika sudah menikah?"Kenan, geli!" Diva menyingkirkan tangan Kenan yang semakin menjadi-jadi."Tapi, geli-geli nikmat itulah yang di cari," ujar Kenan dengan santainya."Maksudnya?""Ya begitulah," Kenan terus tersenyum melihat kekonyolan Diva, "kamu mau tidak aku bantu soal yang tadi?""Iya, mau!" Jawab Diva cepat.Siapa yang tidak mau menyelesaikan pendidikannya, Diva pun sudah bosan terus-menerus harus memikirkan tugas-tugas menumpuk."Ya sudah, kalau begitu. Mas, butuh suntikan semangat dari kamu," goda Kenan sambil menindih Diva."Kenan! Kamu mau apa?" Peluh pun mulai bercucuran, udara terasa begitu sulit untuk di dapatkannya.Tak pernah sedekat ini membuatnya benar-benar tidak nyaman, tanpa jarak sama sekali."Kenan?" Diva sema
"Kamu mesum banget sih! Aku ini masih perawan, gara-gara kamu aku jadi ternodai!" Seru Diva dengan suara yang menggebu-gebu.Marah dan kesal atas apa yang di lakukan oleh Kenan, sehingga tak dapat menahan amarah yang meninggi."Belum, kalau cuma begitu kamu belum ternodai," kata Kenan sambil terkekeh kecil."Maksud kamu?""Masih nanggung itu, kalau yang ternodai sesungguhnya itu seperti ini," Kenan pun membopong tubuh Diva.Membuat sang pemilik tubuh panik, sambil meronta-ronta ingin diturunkan.Sesaat kemudian Kenan pun menurunkannya, tetapi di atas ranjang dan segera menindihnya."Kenan!""Aku sudah menurunkan mu.""Tapi, kamu mau apa?" Diva semakin panik dan menegang."Diva, aku sudah tidak bisa lagi menahannya. Semakin hari kamu semakin menjadi fantasi liar di otak ku, aku mohon." Wajah Kenan tampak begitu menginginkan, tetapi bagaimana dengan Diva."Kenan, tolong mengerti. Aku belum bisa.""Aku ini suami mu, ingat itu. Jangan melupakan, atau kamu tidak menganggap ku begitu?" Kena
Bagaimana jika ternyata nanti Kenan pergi dengan keadaan marah, kecewa dan malah tak bisa dihubungi seperti beberapa waktu lalu.Bagaimana jika Kenan menghilang tiba-tiba dan kemana nanti Diva mencarinya?Pikiran Diva benar-benar kacau karena memikirkan Kenan.Diva sudah pernah merasa rindu saat Kenan menghilang begitu saja, bagaimana dengan status pernikahan mereka jika saja terjadi lagi saat ini.Tidak.Itu adalah mimpi buruk, sehingga tak ingin merasakan untuk kedua kalinya.Mungkin jika pun Kenan pergi ke luar kota tanpa dirinya boleh saja, namun tidak dalam keadaan seperti ini."Kenan, aku ikut ya," mata Diva berkaca-kaca berharap Kenan mengijinkannya untuk ikut, dirinya tak ingin jauh dari Kenan."Tidak usah, aku tidak lama."Diva pun menundukkan kepalanya kemudian meneteskan air matanya, membuat Kenan merasa tidak enak hati."Diva, aku tidak ingin kehilangan kendali. Kamu belum siap, sedangkan aku melihat kamu itu adalah cobaan terberat," jelas Kenan agar Diva mengerti, mungkin
Diva memeluk Kenan di bawah selimut tebal yang menutupi tubuh polos keduanya, "Mas Kenan, nggak akan lari dari tanggung jawabkan?""Lari? Tanggung jawab?" Kenan bingung dengan pertanyaan istrinya tersebut."Kan, kalau Diva tiba-tiba hamil gimana?" "Tiba-tiba? Dari mana datangnya tiba-tiba hamil, kalau tidak dihamili?" "Ish!" Diva pun mencubit perut Kenan, kesal sekali rasanya ulah manusia yang sudah membuatnya tak suci lagi itu."Tapi kamu lebih cantik dari yang di foto itu ternyata," Kenan membayangkan kembali saat dirinya tanpa sengaja melihat Diva hanya dengan bikini di kolam renang, tetapi juga mengabadikan gambar tersebut.Sedangkan Diva malah bingung dengan perkataan suaminya itu."Kamu punya wanita lain ya?" Wajah Diva pun berubah masam, dirinya takut jika benar Kenan memiliki wanita yang lain selain dirinya.Belum lagi dirinya sudah tak perawan lagi akibat suaminya tersebut."Iya, sih. Wanita itu cantik dan mirip dengan mu.""Apa?""Tunggu dulu, mau kemana? Lihat dulu orangn
Ponsel Kenan terus saja bergetar, membuat Diva meliriknya.Sesaat kemudian panggilan pun mati, malah terlihat ada 20 panggilan tidak terjawab.Membuat Diva merasa penasaran, apa lagi yang menghubungi adalah Fikri.Apa ada yang terjadi di rumah pikirnya sehingga begitu banyak panggil dari Fikri."Mas, Kak Fikri. Takutnya ada yang penting, soal Bunda mungkin, takutnya mau ngabarin apa gitu," Diva menggerakkan tangan Kenan.Hingga akhirnya mata pria itu terbuka dengan paksa, padahal dirinya begitu lelah.Tetapi ponselnya lagi-lagi berbunyi, dan Kenan pun menerimanya."Bajingan, kau ada di mana? Apa kau lupa tadi sudah mengatakan bahwa kau yang berangkat?" Cerca Fikri dari sebrang sana dengan penuh kekesalan.Kenan pun mengacak rambutnya, kesal pada Fikri dan dirinya sendiri yang malah lupa dengan keberangkatannya.Itu semua terjadi karena Diva, wanita sexi yang membuatnya kehilangan akal sehat dalam sekejap saja.Begitu pun saat ini.Apapun akan di tinggalkan oleh seorang Kenan jika tawa