"Tidur pun tidak nyenyak kalau gini!" Serena pun bergegas bangkit dan memilih keluar dari kamar.Mungkin sejenak berjalan-jalan bisa menyegarkan pikiran.Sekelilingnya terlihat mewah, sangat megah dengan desain yang begitu memanjakan mata."Kayaknya kok mules ya, lapar juga iya," Serena memegang perutnya yang sudah sangat membuncit.Kemudian melihat sekelilingnya, dirinya membutuhkan makanan. Kalau tidak isinya bisa berdemo.Serena pun mencari restoran, kemudian duduk di salah satu meja.Setelah memesan makanan, matanya pun kembali mengedar melihat sekiranya.Sampai akhirnya Serena melihat Bayu duduk dikursi lainya, bersama dengan beberapa pria dan juga ada satu orang wanita."Bayu, makan bareng dan aku nggak diajak?" Serena mengacak rambutnya, kesal sekali pada Bayu yang tidak mengajaknya ikut makan bersama.Tiba-tiba mata Bayu tertuju padanya, Serena pun membuang tatapannya pada arah lainnya.Setelah makanan datang, Serena langsung memakannya.Menikmati dengan penuh kenikmatan, bahk
"Mana ambulance nya?""Sedang perjalanan menuju ke sini Bos.""Sudahkah, jumpa-jumpa di jalan saja," Bayu pun mengangkat Serena, kemudian membawanya masuk ke dalam mobil.Manager bernama Steven itu pun menggaruk kepalanya bingung."Memangnya bisa begitu" Tanyanya bicara sendiri, "memangnya mereka sedang janjian?"Benar-benar kebingungan dan tidak tahu harus melakukan apa."Hey, cepat! Kenapa masih diam saja!"Terdengar suara Bayu dari arah lainya, seketika Steven pun mengangguk."Iya Bos!""Lama sekali, istri ku mau melahirkan!""Mohon maaf Bos, saya tidak bisa menangani orang melahirkan," kata Steven.Bayu pun mengetuk kepala Steven dan ingin membentur pada mobil."Aduh bos sakit!""Bayu, cukup!" Kata Serena berseru dari dalam mobil, membuat Bayu mengurungkan niatnya untuk membentur kepala Steven."Maaf Bos," Steven pun menangkup kedua tangannya dengan ketakutan."Kamu mengemudikan mobilnya tolol!" "O," Steven pun bernapas lega, dengan bodohnya sempat berpikir akan menjadi bidan dad
"Namanya Dimas aja ya, Mama suka namanya," kata Dara dengan penuh semangat.Serena dan Bayu pun mengangguk setuju, melihat wajah Dara yang berseri-seri tentunya tidak akan membuat keduanya tega untuk menolak."Serena, setuju saja Ma. Namanya bagus," jelas Serena."Bayu juga setuju Ma," Bayu pun mengangguk dengan cepat."Wah, namanya Dimas ya," Mala menimpali sambil menatap cucunya dengan rasa bahagia.Tidak lama kemudian Kinanti pun sampai bersama dengan Adam."Hay, semuanya," sapa Kinanti sambil berjalan masuk.Keduanya datang berdua saja, baby Nada masih terlalu kecil untuk bepergian terlalu jauh.Sehingga Kinanti dan Adam lebih memilih untuk pulang setelah melihat keadaan Serena dengan waktu sebentar saja.Kinanti dan Serena sudah seperti air dan beras, keduanya tidak bisa dipisahkan lagi. Sebab, Kinanti tidak bisa melupakan Serena yang selalu ada dalam menolongnya semasa hidupnya masih dalam kesulitan.Untuk itu Kinanti pun langsung meminta Adam mengantarkan dirinya menuju Bali, d
"Ini serius?" Kinanti pun ikut panik melihat Zahra menahan sakit."Bawa ke UGD saja," kata Adam memberikan saran.Dengan cepat Ferdian mengangkat tubuh Zahra, membawanya menuju UGD.Zahra pun terus memegangi tangan Ferdian, sambil merasakan rasa sakit yang kian terasa."Anda mau apa?" Ferdian menahan seorang dokter yang ingin memeriksa keadaan istrinya.Dokter tersebut pun bingung, bertanya-tanya penyebab Ferdian menghentikan dirinya yang ingin memeriksa pasien yang ada di hadapannya."Aku tidak mau dokter laki-laki, harus dokter wanita!"Zahra mengusap wajahnya, saat seperti ini pun suaminya itu masih saja cemburu."Tapi ini sudah menjadi pekerjaan saya Bapak," kata Dokter tersebut berharap Ferdian mengerti."Kami pikir saya bodoh? Saya juga dokter! Bedanya bukan dokter kandungan!" Tegas Ferdian."Dok, mohon maaf. Sebaiknya dokter wanita saja," Adam pun ikut bersuara karena dirinya tahu Zahra harus ditangani sesegera mungkin."Baik," dokter tersebut pun mengangguk, kemudian memanggil
"Mas, Zahra udah nggak tahan lagi."Ferdian menahan malu, wajahnya memerah seketika itu juga."Sabar, pasti sakit sekali ya. Tapi nanti kalau sudah melihat wajah bayi-bayi mungil kamu sudah lupa dengan sakit ini," ujar Ajeng.Ferdian pun melihat Zahra, begitu juga dengan sebaliknya.Bukan tidak tahan sakit, melainkan tidak tahan karena ada hasrat yang ingin di tuntaskan.Zahra pun tidak mengerti mengapa bisa dirinya ingin sekali menuntaskan hasratnya, padahal sudah akan melahirkan.Apa lagi Ferdian yang kebingungan harus bagaimana, dirinya sendiri tidak masalah.Sungguh keinginan yang sangat menyulitkan.Namun, Ajeng tidak tahu apa-apa. Hingga wajahnya terlihat santai dan hanya memikirkan tentang Zahra dan kedua cucunya yang akan segera lahir ke dunia ini.Ajeng hanya memikirkan rasa sakit yang dirasakan oleh menantunya.Dimana sebagai seorang wanita tentunya pernah merasakan hal tersebut."Sabar," kata Ferdian sambil menggosok punggung istrinya.Entah berguna atau tidak, tapi percayal
"Selamat ya bestie," Serena mengunjunginya Zahra yang barusan melahirkan dua orang putra.Keduanya berada dalam rumah sakit yang sama, tanpa ada yang menduga keduanya bisa melahirkan dihari yang sama ini."Makasih, mana si ganteng Dimas?" Tanya Zahra dengan antusias."Sama Omanya di kamar. Aku nggak nyangka kita bisa barengan lahirannya," ujar Serena tersenyum bahagia, walaupun duduk di atas kursi roda tidak lantas membuatnya menjadi murung."Iya bener, sih. Kayaknya kita buatnya juga waktunya barengan," kata Zahra dengan suara yang sangat pelan agar hanya keduanya yang mendengar..Serena tersenyum dan mengangguk, ikut membenarkan apa yang dikatakan sahabatnya."Hay," Kinanti pun kembali muncul, dirinya bolak balik luar kota hanya untuk melihat keadaan Zahra.Sesampainya Sarah di rumah, Kinanti pun kembali berangkat menuju Bali.Melihat keadaan Zahra yang sudah melahirkan dua orang putra beberapa saat yang lalu."Kinan," seru Zahra sambil merentangkan tangannya."Zahra!" Kinanti pun b
Zahra pun sudah dibawa pulang ke rumah, bersama dengan dua anaknya yang sangat tampan dan begitu menggemaskan.Suasana rumah pun menjadi ramai, sebab mereka semua tinggal satu rumah untuk sementara waktu ini.Tapi setelah 2 bulan usia babi twins D mereka akan berpindah ke rumah baru yang sudah selesai proses renovasi.Nama anak Zahra dan Ferdian adalah Daffa dan Davi."Hay, anak Papi," Ferdian pun menggendong anak sulungnya dengan rasa bahagia, tidak menyangka kini sudah menjadi orang tua untuk dua anak sekaligus."Hai anak Ibu," Zahra pun menggendong bayi bungsunya dan menciumnya dengan gemas.Ferdian memang di panggil Papi, sedangkan Zahra tidak mau.Karena merasa dirinya lebih cocok dipanggil Ibu seperti dirinya memanggil Ibunya.Ferdian tidak mempermasalahkan sama sekali, karena semua terserah kepada istrinya."Dia lucu sekali," kata Ferdian dengan penuh kasih sayang, "tapi wajah mereka lebih mirip ke kamu," Ferdian sedikitpun kecewa akan hal tersebut."Sama Mas juga mirip kok," Z
"Mas, kenapa?" Zahra pun melihat suaminya berdiri di depan kamar, tapi tidak sendirian.Ada Adam juga, hingga menimbulkan pertanyaan besar."Besok-besok lakukan lagi, agar kalian dapat hukuman lagi!" Ajeng pun melenggang pergi memasuki kamar cucunya.Seketika Adam dan Ferdian merasa terbebas, hingga segera berdiri dengan normal.Keduanya saling tatap penuh permusuhan, tidak ada kata damai dalam hal tersebut."Mas, kok belum kembali ke kamar?" Kinanti bertanya dari arah lainnya, sebab awalnya Adam berpamitan keluar sebentar. Tetapi tidak kembali juga sampai saat ini, sehingga menyusul untuk melihat Adam, apa lagi dirinya mendengar suara Ajeng hingga semakin membuatnya penasaran."Ya sayang, ada gangguan sedikit!" Adam pun menatap Ferdian dengan kesal."Pergi!""Memang aku juga mau pergi, lihat istri ku sudah tidak sabar menantikan aku. Karena kami mau tempur!" Kata Adam lagi."Mas-""Ayo sayang, Mas juga udah nggak tahan," kata Adam terus memanas-manasi Ferdian."Dasar gila!" Adam pun