"Namanya Dimas aja ya, Mama suka namanya," kata Dara dengan penuh semangat.Serena dan Bayu pun mengangguk setuju, melihat wajah Dara yang berseri-seri tentunya tidak akan membuat keduanya tega untuk menolak."Serena, setuju saja Ma. Namanya bagus," jelas Serena."Bayu juga setuju Ma," Bayu pun mengangguk dengan cepat."Wah, namanya Dimas ya," Mala menimpali sambil menatap cucunya dengan rasa bahagia.Tidak lama kemudian Kinanti pun sampai bersama dengan Adam."Hay, semuanya," sapa Kinanti sambil berjalan masuk.Keduanya datang berdua saja, baby Nada masih terlalu kecil untuk bepergian terlalu jauh.Sehingga Kinanti dan Adam lebih memilih untuk pulang setelah melihat keadaan Serena dengan waktu sebentar saja.Kinanti dan Serena sudah seperti air dan beras, keduanya tidak bisa dipisahkan lagi. Sebab, Kinanti tidak bisa melupakan Serena yang selalu ada dalam menolongnya semasa hidupnya masih dalam kesulitan.Untuk itu Kinanti pun langsung meminta Adam mengantarkan dirinya menuju Bali, d
"Ini serius?" Kinanti pun ikut panik melihat Zahra menahan sakit."Bawa ke UGD saja," kata Adam memberikan saran.Dengan cepat Ferdian mengangkat tubuh Zahra, membawanya menuju UGD.Zahra pun terus memegangi tangan Ferdian, sambil merasakan rasa sakit yang kian terasa."Anda mau apa?" Ferdian menahan seorang dokter yang ingin memeriksa keadaan istrinya.Dokter tersebut pun bingung, bertanya-tanya penyebab Ferdian menghentikan dirinya yang ingin memeriksa pasien yang ada di hadapannya."Aku tidak mau dokter laki-laki, harus dokter wanita!"Zahra mengusap wajahnya, saat seperti ini pun suaminya itu masih saja cemburu."Tapi ini sudah menjadi pekerjaan saya Bapak," kata Dokter tersebut berharap Ferdian mengerti."Kami pikir saya bodoh? Saya juga dokter! Bedanya bukan dokter kandungan!" Tegas Ferdian."Dok, mohon maaf. Sebaiknya dokter wanita saja," Adam pun ikut bersuara karena dirinya tahu Zahra harus ditangani sesegera mungkin."Baik," dokter tersebut pun mengangguk, kemudian memanggil
"Mas, Zahra udah nggak tahan lagi."Ferdian menahan malu, wajahnya memerah seketika itu juga."Sabar, pasti sakit sekali ya. Tapi nanti kalau sudah melihat wajah bayi-bayi mungil kamu sudah lupa dengan sakit ini," ujar Ajeng.Ferdian pun melihat Zahra, begitu juga dengan sebaliknya.Bukan tidak tahan sakit, melainkan tidak tahan karena ada hasrat yang ingin di tuntaskan.Zahra pun tidak mengerti mengapa bisa dirinya ingin sekali menuntaskan hasratnya, padahal sudah akan melahirkan.Apa lagi Ferdian yang kebingungan harus bagaimana, dirinya sendiri tidak masalah.Sungguh keinginan yang sangat menyulitkan.Namun, Ajeng tidak tahu apa-apa. Hingga wajahnya terlihat santai dan hanya memikirkan tentang Zahra dan kedua cucunya yang akan segera lahir ke dunia ini.Ajeng hanya memikirkan rasa sakit yang dirasakan oleh menantunya.Dimana sebagai seorang wanita tentunya pernah merasakan hal tersebut."Sabar," kata Ferdian sambil menggosok punggung istrinya.Entah berguna atau tidak, tapi percayal
"Selamat ya bestie," Serena mengunjunginya Zahra yang barusan melahirkan dua orang putra.Keduanya berada dalam rumah sakit yang sama, tanpa ada yang menduga keduanya bisa melahirkan dihari yang sama ini."Makasih, mana si ganteng Dimas?" Tanya Zahra dengan antusias."Sama Omanya di kamar. Aku nggak nyangka kita bisa barengan lahirannya," ujar Serena tersenyum bahagia, walaupun duduk di atas kursi roda tidak lantas membuatnya menjadi murung."Iya bener, sih. Kayaknya kita buatnya juga waktunya barengan," kata Zahra dengan suara yang sangat pelan agar hanya keduanya yang mendengar..Serena tersenyum dan mengangguk, ikut membenarkan apa yang dikatakan sahabatnya."Hay," Kinanti pun kembali muncul, dirinya bolak balik luar kota hanya untuk melihat keadaan Zahra.Sesampainya Sarah di rumah, Kinanti pun kembali berangkat menuju Bali.Melihat keadaan Zahra yang sudah melahirkan dua orang putra beberapa saat yang lalu."Kinan," seru Zahra sambil merentangkan tangannya."Zahra!" Kinanti pun b
Zahra pun sudah dibawa pulang ke rumah, bersama dengan dua anaknya yang sangat tampan dan begitu menggemaskan.Suasana rumah pun menjadi ramai, sebab mereka semua tinggal satu rumah untuk sementara waktu ini.Tapi setelah 2 bulan usia babi twins D mereka akan berpindah ke rumah baru yang sudah selesai proses renovasi.Nama anak Zahra dan Ferdian adalah Daffa dan Davi."Hay, anak Papi," Ferdian pun menggendong anak sulungnya dengan rasa bahagia, tidak menyangka kini sudah menjadi orang tua untuk dua anak sekaligus."Hai anak Ibu," Zahra pun menggendong bayi bungsunya dan menciumnya dengan gemas.Ferdian memang di panggil Papi, sedangkan Zahra tidak mau.Karena merasa dirinya lebih cocok dipanggil Ibu seperti dirinya memanggil Ibunya.Ferdian tidak mempermasalahkan sama sekali, karena semua terserah kepada istrinya."Dia lucu sekali," kata Ferdian dengan penuh kasih sayang, "tapi wajah mereka lebih mirip ke kamu," Ferdian sedikitpun kecewa akan hal tersebut."Sama Mas juga mirip kok," Z
"Mas, kenapa?" Zahra pun melihat suaminya berdiri di depan kamar, tapi tidak sendirian.Ada Adam juga, hingga menimbulkan pertanyaan besar."Besok-besok lakukan lagi, agar kalian dapat hukuman lagi!" Ajeng pun melenggang pergi memasuki kamar cucunya.Seketika Adam dan Ferdian merasa terbebas, hingga segera berdiri dengan normal.Keduanya saling tatap penuh permusuhan, tidak ada kata damai dalam hal tersebut."Mas, kok belum kembali ke kamar?" Kinanti bertanya dari arah lainnya, sebab awalnya Adam berpamitan keluar sebentar. Tetapi tidak kembali juga sampai saat ini, sehingga menyusul untuk melihat Adam, apa lagi dirinya mendengar suara Ajeng hingga semakin membuatnya penasaran."Ya sayang, ada gangguan sedikit!" Adam pun menatap Ferdian dengan kesal."Pergi!""Memang aku juga mau pergi, lihat istri ku sudah tidak sabar menantikan aku. Karena kami mau tempur!" Kata Adam lagi."Mas-""Ayo sayang, Mas juga udah nggak tahan," kata Adam terus memanas-manasi Ferdian."Dasar gila!" Adam pun
Beberapa Bulan kemudian.Adam dan Kinanti tampak bahagia dengan anak-anak mereka.Begitu juga dengan Ferdian, dua anak laki-laki sudah mampu menambah bertapa kokohnya pernikahan mereka yang awalnya hanyalah sebuah jebakan dari Ferdian sendiri.Beralih lagi pada Zidan dan Renata, kini mereka tampak lebih bahagia setelah mengarungi badai rumah tangga yang menerjang.Semua tampak indah dengan hadirnya dua orang anak, satu laki-laki yang bernama Bintang, dan satu perempuan yang diberi nama Mentari."Daddy!" Seru Mentari saat Bintang buang air tepat diatas pangkuannya.Gaunnya yang baru saja di beli oleh Mala seketika kotor.Mentari pun menangis kesal karena dirinya sangat menyukai gaun barunya itu."Aduh sayang," Renata pun mengambil putra bungsunya.Kini berat badan Bintang sudah terbilang normal, terlebih lagi Zidan sudah mencarikan ahli gizi terbaik untuk putranya.Saat Mentari sedang kesal pada adiknya tiba-tiba saja Serena datang."Tante," Mentari pun menunjukkan gaunnya yang basah k
Beberapa Bulan kemudian, Serena pun melahirkan seorang Bayi perempuan yang diberi nama Diva.Bayi mungil itu terlihat sangat cantik, dengan berat badan normal."Cucu Oma," Dara tampak begitu bahagia melihat kehadiran cucu keduanya, dirinya kini sudah tinggal bersama Bayu dan Serena di rumah baru yang di berikan Bayu untuk Serena sebagai hadiah karena sudah melahirkan dua anak nya."Wah lucu sekali," Kinanti pun tersenyum melihat Diva, tidak menyangka kini mereka semua sudah memiliki anak-anak yang lucu.Renata pun ikut menjenguk Serena yang masih berada di rumah sakit, kebagian jelas terlihat saat ini di wajah-wajah para wanita yang sudah bergelar Ibu."Dasar nenek lampir!" Fikri menyentil kepala Mentari.Mentari yang sedang berdiri sambil melihat baby Diva pun kesal.Dirinya tersenyum miring pada Fikri, seakan menatapnya dengan remeh.Fikri kesal karena Mentari terlihat menantangnya, sesaat kemudian menarik rambut panjang Mentari dengan kuatnya."Mommy!" Teriak Mentari meminta pertolo