"Kalian ngomongin apa sih?" Tanya Kinanti.Sebab ketiga wanita itu bingung melihat suami mereka yang tiba-tiba menjadi aneh."Ada, ini sesuatu yang penting," jawab Adam tanpa menjelaskan pada istrinya."Ada-ada saja," Kinanti pun beralih menatap Zahra, "tapi nanti kalau anaknya lahir dikasih nama siapa?" Kinanti merasa iri pada Zahra.Tentu saja, sebab sekali hamil saja langsung mengandung anak kembar.Wanita mana yang tidak menginginkannya?"Belum kepikiran sih," jawab Zahra dengan polosnya."Gimana kalau namanya, Zapi dan Zadi!" Usul Serena."Ahahahhaha," Zahra seketika tertawa mendengar nya."Kamu itu cocoknya gabung sama Kenan. Nama adiknya Daki," ujar Kinanti sambil tersenyum-senyum."Zafi itu Zahra Ferdian, Zadi juga sama. Zahra Ferdian," Serena masih kekeh dengan usulan nama bayi yang menurutnya sangat unik itu."Nggak sekalian Nadi dan Fizza?" Seloroh Zahra."Sudahlah, sebaiknya kalian pulang aja, aku bisa kelepasan ketawa karena kegilaan kalian!" Omel Kinanti."Kamu ngusir?"
"Kamu mau beli apa? Abang mau beli minuman," kata Bayu.Bayu menepikan mobilnya di depan sebuah supermarket, kemudian melirik Serena."Adek mau pilih sendiri aja.""Kamu disini saja, nanti kecapean. Barusan juga kebanyakan ketawa.""Ya udah, minuman dingin aja."Bayu pun segera turun dan memasuki supermarket, kemudian mencari beberapa barang termasuk makanan dan minuman pesanan Serena.Saat Bayu sedang memilih beberapa benda, terasa ada yang menepuk pundaknya.Bayu pun menoleh dengan sedikit terkejut."Apa kabar?" Tanya wanita tersebut."I-iya, baik," Bayu sedikit gelagapan, sedikit tidak nyaman."Kamu kenapa? Kayaknya shock banget?" Tanya Afifah lagi."Nggak papa, kamu apa kabar?" Tanya Bayu kembali bertanya hanya untuk berbasa-basi."Aku beli susu hamil, aku udah nikah. Nanti kapan-kapan kita ketemuan dan aku akan mengenalkan suamiku.""Iya," Bayu pun mengangguk, tidak tahu harus mengatakan apa.Sebab buru-buru karena takut Serena marah, karena terlalu lama menunggu.Sedangkan Seren
Sudah 2 jam lebih 2 detik Serena berada di rumah kedua orang tuanya, dan ini sudah kali yang ke 100 mungkin Serena melihat jam tangannya, tetapi sampai saat ini pun Bayu tidak menyusulnya sama sekali.Mengambil ponselnya dari dalam tas, berharap ada panggilan masuk dari Bayu.Wajah kesal Serena semakin terlihat, tidak ada sama sekali panggilan telpon dari suaminya tersebut."Atau dia lagi mesra-mesraan sama wanita itu di rumah! Awas saja kalau iya!" Serena pun meremas ponselnya dan ingin melempar.Tetapi teringat wajah Bayu, itu adalah ponselnya yang dibeli oleh Bayu.Akhirnya Serena pun mengurungkan niatnya, memilih memeluk ponselnya.Tapi hanya sebentar saja, meletakan ponselnya pada ranjang dan segera menuju dapur.Duduk di kursi meja makan sambil memanggil seorang Art."Bik, Serena mau nasi putih. Telur mata sapi 5 pakai kecap manis!" Sesaat kemudian makanan pun sampai, tapi merasa kesal karena telurnya tidak sesuai dengan keinginan nya."Kok cuma 4! Serena bilang 5!""Itu 5 Neng
"Mommy," Mentari bersorak gembira melihat kepulangan kedua tangannya.Beberapa hari tidak bertemu tentu membuat kerinduan yang begitu mendalam.Renata pun memeluk putrinya dengan erat, menciumi pipi, hidung, kening dan bibir putrinya dengan penuh kerinduan."Tari kangen.""Mommy, juga kangen banget."Kemudian Mentari beralih memeluk Zidan, "Daddy nggak kangen Tari?"Zidan pun tersenyum melihat putrinya, kemudian mengangkat Mentari."Kangen sekali," kata Zidan dan menciumi wajah putrinya."Bagaimana?" Tanya Mala yang juga menyambut kepulangan Renata dan Zidan pagi ini.Renata hanya bisa menunduk dengan wajah pucatnya.Tidak ada yang perlu dijelaskan oleh bibirnya, semua masih saja sama.Dirinya sudah pasrah dengan apapun yang akan terjadi kedepannya.Mala pun mengerti dengan perasaan Renata, mengusap punggung Renata dengan penuh kasih sayang mungkin bisa meringankan sedikit beban menantunya tersebut."Daddy, ke kamar dulu ya. Daddy mau istirahat," pamit Zidan setelah menurunkan Mentari
"Apa kabar," Renata pun tersenyum saat memasuki kamar Kinanti.Berjalan dengan kaki jenjangnya perlahan semakin mendekati sang pemilik kamar."Baik, apa kabar?" Kinanti pun menyapa dengan tidak kalah antusias.Beberapa lama tidak bertemu ada rasa rindu sedikit banyaknya dalam hati keduanya, bukan soal masa lampau yang menyakiti.Tapi masa-masa yang terlewati penuh dengan keikhlasan dan kesabaran, lalu menciptakan sebuah hubungan. Sehingga kini seakan keluarga tanpa pernah berada dalam dilema yang sama."Mana baby nya?""Ini Tante," Kinanti pun menirukan suara anak kecil, menunjukan baby Nada yang kini dipeluknya.Renata tersenyum bahagia sambil mencolek wajah mungil bayi itu."Akhirnya, dapat anak cewek juga," ujar Renata penuh haru."Iya, dan sepertinya lengkap sudah," lanjut Kinanti dengan raut wajah bahagia.Seorang ibu yang melahirkan dengan rasa sakit yang begitu luar biasa.Anehnya rasa sakit terasa sirna setelah melihat wajah mungil buah hati tercinta.Semua ibu tentu begitu,
"Zidan, sakit ya?" "Enak, pengen lagi. Ini namanya gigitan rasa cinta," celetuk Zidan tiba-tiba sambil melihat wajah Renata yang ketakutan."Ish! Kamu gitu ih! Ku pikir kamu kesakitan!" Renata pun menggaruk meja, kesal rasanya pada Zidan."Maaf deh, aku kamu kan love-love jadi kalau gigitan kamu ya aku aman-aman aja. Paling sedikit kena virus," ujar Zidan panjang lebar."Virus?" Renata bingung, dan mengapa Zidan mengatakan virus, "emangnya aku apaan!""Virus cinta!" "CK!" Renata terdiam sambil membuang pandangannya kearah jalanan, melihat kendaraan yang terus berlalu-lalang.Tapi tidak dengan hatinya, hatinya malah sedang berlalu-lalang di awan saat gelapnya malam hampir datang.Sayangnya tidak ada artinya dengan sinar cinta yang kini mulai bersemi di dalam hati wanita yang sudah dua kali membina rumah tangga itu."Kamu mikirin apa?" Tanya Zidan saat melihat wajah Renata tidak juga melihat kearahnya.Renata pun berusaha tenang, menyimpan senyuman yang sebenarnya sudah terukir di relu
"Zidan, berhenti di depan situ."Zidan pun kembali menghentikan laju mobilnya, padahal belum juga setengah perjalanan menuju rumah."Apa?""Aku mau beli buah, aku ke ATM sebentar," segera Renata turun, lalu kembali setelah mengambil beberapa lembar rupiah dari ATM.Zidan terdiam saat tangan Renata menghitung beberapa lembar uang setelah mengambil dari mesin ATM."Katanya kamu nggak bawa dompet?" Akhirnya Zidan bertanya juga, sebab dirinya sendiri sedang kebingungan."Aku emang nggak bawa dompet," jawab Renata santai, sambil menatap ke depan."Tapi bisa narik uang di ATM?""Aku bawa ATM doang, aku selalu taruh di belakang ponsel," Renata memperlihatkan pada Zidan, kemudian menyimpan kembali ke dalam sakunya.Huuuufff.Zidan menarik napas dengan berat, jika ternyata istrinya membawa ATM mengapa dirinya harus repot-repot mencuci piring?"Kenapa nggak bilang!""Bilang apa?" Mendadak Renata meneguk saliva, merasa gemetaran saat wajah Zidan berjarak beberapa senti darinya.Glek.Terasa ber
"Happy birthday Mom!" Seru Mentari saat Renata akan memasuki kamarnya.Renata terkejut, matanya melebar seketika itu juga."Bukan happy birthday sayang," Mala pun menimpalinya, "happy anniversary, buat Mom dan Daddy," jelas Mala."Oh, iya. Maaf Mom, Tari salah," Mentari pun menunjukkan gigi ompong nya, melihat Renata dengan cengengesan.Zidan yang menyusul Renata pun ikut tercengang melihat sekitarnya.Anniversary?Dalam hati bertanya-tanya apakah benar hari ini adalah hari pernikahannya dengan Renata.Zidan tidak mengingat sama sekali."Kalian lupa ya?" Tanya Mala, "Mama ingat, makanya semua Mama siapkan bersama dengan Mentari," Mala tersenyum manis, dirinya sebenarnya ingin membuat suasana rumah menjadi nyaman.Renata pun bisa merasakan cinta yang besar di sekelilingnya, sehingga bisa menghadapi segala sesuatunya dengan senyuman dan juga kekuatan.Tidak merasa sendirian.Seiring dengan keluarga yang akan menjadi pendukung dalam suka maupun duka."Zidan?" Tanya Renata.Zidan pun meng